Ari bekerja seperti biasa namun harinya suram dan tak bersemangat masih teringat istrinya yang sedang marah, lalu Zoya menghampirinya dengan wajah yang memerah seperti menahan amarah dia mendekati Ari yang sedang mode malas.
"Ari, aku tidak terima diperlakukan seperti ini oleh istrimu. Pokoknya aku akan melaporkan istrimu." ucap Zoya tiba-tiba dan itu berhasil membuat Ari terkejut."Ada apa? apa yang kamu bicarakan?". kata Ari tidak mengerti."Istrimu, telah menghinaku dan mencemarkan nama baikku. Ini buktinya." Zoya mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan pesan yang dimanipulasi olehnya seolah ini memang benar kesalahan Lisa.Ari mengambilnya dan melihat isi tulisan tersebut, setelah dibaca semua dia jadi emosi dan menyalahkan Lisa menganggap bahwa itu benar.Zoya tersenyum puas melihat ekspresi wajah Ari yang seperti marah."Pokoknya aku tidak terima, aku akan membawa masalah ini kejalur hukum ingat itu." ancamnya membuat Ari berwajah pias."Bu, kenapa harus dibawa kejalur hukum? ini kan masalah pribadi." Ari mencoba membela diri."Masalah pribadi katamu, ini menyangkut harga diriku dan aku ingin istrimu dipenjara." ucapnya dengan nada yang serius seolah memberitahukan bahwa dirinya yang menjadi korban disini.Ari terdiam, dia tau Zoya adalah wanita kaya bisa melakukan apapun karena dia memiliki uang, jika istrinya dipenjara bagaimana nasib anaknya yang masih kecil dan bagaimana tanggapan keluarga besarnya nanti.Jika istrinya dipenjara dia pun bisa ikut terseret karena ini juga kesalahannya dan jika sampai terdengar sampai telinga ibunya yang sakit-sakitan dia khawatir ibunya akan drop dan malah terjadi sesuatu yang membahayakan nyawanya.Ari kemudian mengusap wajahnya kasar, kenapa jadi begini dia tidak pernah menduga jika hal seperti ini akan terjadi. Untuk apa juga Lisa menghubungi Zoya sehingga membuat Zoya menjadi marah, dia akan bertanya nanti dirumah."Zoya kumohon jangan lakukan itu, ibuku sakit-sakitan kalau dia tau masalah ini aku takut kalau dia akan drop dan terjadi sesuatu dengannya dan lagi aku mempunyai anak yang masih kecil yang masih butuh ibunya. Aku mohon jangan lakukan itu." ucap Ari dengan memohon karena hanya ini yang bisa dia lakukan karena dia juga pria yang miskin dan tidak punya apa-apa.Zoya tersenyum puas, padahal dirinya hanya menggertak saja tapi tidak disangka respon Ari begitu takut dan berlebihan sehingga membuat dirinya semakin ingin berbuat lebih."Tidak bisa, aku tetap akan melakukannya." kekehnya dengan tersenyum samar yang tak terlihat oleh Ari dan menghilangkan tangan di dada.Ari mendesah nafas kasar, wanita ini sangat keras kepala."Atau... aku ingin dia meminta maaf padaku dengan bersujud dikakiku dan memohon padaku. Bagaimana?" seringai licik tercipta diujung bibirnya.Ari terhenyak mendengarnya, tidak mungkin Lisa mau melakukan itu apalagi terhadap wanita yang merusak rumah tangganya tapi dia harus bagaimana?."Bagaimana? kamu sanggup atau juga... kamu menceraikannya dan menikahiku dan aku tidak akan melaporkannya. Banyak pilihan bukan silahkan kau pilih sendiri dan aku tunggu jawabanmu."Setelah mengatakan itu Zoya melenggang pergi dengan hati yang penuh kepuasan membiarkan Ari berada dalam kebimbangan yang nyata dan saat berbalik dia tersenyum miring dan berkata dalam hatinya.'Ternyata mudah mempermainkan orang kecil, aku tidak perlu bersusah payah.'Sekarang Ari menjatuhkan dirinya ditanah dengan menyugar rambutnya secara kasar kemudian mengepalkan tangannya, mengeraskan rahangnya ingin mengeluarkan segala emosi kemarahan serta kesalahannya.Dia tidak mungkin menceraikan Lisa dan menikahi Zoya karena sebenarnya Ari sangat mencintai Lisa dan hanya bermain-main dengan Zoya. Sekarang dirinya menyesal kenapa dulu begitu tergoda dengan wanita itu."Ari kamu tidak apa-apa?" Hendra menepuk pundak Ari dengan pelan.Hendra satu-satunya teman yang mengetahui masalah Ari dan sekarang dia prihatin dengan yang terjadi pada Ari. Dari awal Hendra sudah memperingati Ari tapi nasi sudah menjadi bubur sekarang Ari tinggal menerima akibatnya.Ari mendongak menatap Hendra dengan wajah yang sangat kasihan."Hen, maafkan aku yang tidak mendengarkanmu? sekarang aku harus menerima akibat dari kesalahanku." ucap Ari menunduk lemah."Sudahlah tidak perlu disesali yang sudah terjadi biarlah terjadi, sekarang adalah bagaimana kamu menyelesaikannya?" kata Hendra bijak."Kamu laki-laki tidak boleh cengeng meski kamu miskin tapi kamu punya harga diri jangan sampai istri dan anakmu yang terkena imbas dari kesalahanmu, kasian mereka." sambungnya lagi berusaha menguatkan.Ari hanya terdiam tidak mampu menjawab dirinya hanya dilandasi perasaan yang dilema berat tapi dia yakin suatu saat masalah ini akan selesai, dia hanya butuh nyali dan ide untuk mengacaukan pikiran wanita itu.****Ari pulang kerumah dengan cepat karena dia ingin menanyakan pada Lisa tentang Zoya. Meski disisi lain tidak mungkin Lisa melakukan itu tapi mendengar nada serius dari Zoya membuatnya harus melakukan ini."Lisa,,, aku ingin bicara denganmu?" ucap Ari begitu datang ke kontrakan dan didepan dia langsung bertemu dengan istrinya yang sedang duduk sambil mengasuh Laras."Bicara saja!" jawabnya datar."Kita bicara dirumah, ikut aku!" lalu Ari masuk duluan dengan motornya diikuti Lisa dibelakangnya.Entah kenapa perasaan perempuan itu menjadi tidak tenang jantungnya sedari tadi berdegup kencang merasakan sesuatu yang tidak enak apalagi Lisa sempat melihat raut wajah suaminya yang tak biasa seperti menyiratkan perasaan marah yang ingin segera ditumpahkan.Setelah sampai dirumah, Ari duduk diikuti Lisa dan mulai bertatap serius tapi Lisa menatapnya datar tanpa ekspresi."Jadi mau di ba_"."Ini saya bayar cash". Vijar langsung memberikan beberapa uang pecahan merah pada si pemilik kontrakan, mata si ibu langsung berbinar terang melihat uang itu."Ah.. terima kasih ini untuk waktu berapa bulan yah?". dia ambil uang itu dengan senyum lebar dan bertanya berapa lama Vijar akan tinggal karena Vijar memberikan uang lebih dari bayar satu kali sewa kontrakan.Vijar berfikir, "Mungkin tidak lama, tergantung orang yang saya temui mau di ajak pulang atau tidak". sambil melirik Laras yang langsung membuang muka karena sadar dia yang di maksud Vijar."Apakah kurang? kalau kurang akan saya tambahi". lanjutnya melihat ibu pemilik itu."Ah.. tidak tidak.. ini lebih dari cukup. Terima kasih semua fasilitas yang di butuhkan ada di dalam. Silahkan beristirahat, saya mau kembali dulu". Ibu itu kemudian melenggang pergi tak lupa wajahnya selalu berseri sambil terus menciumi aroma uang itu.Vijar masuk lebih dulu di susul Laras tanpa berfikiran ap
Tak terasa sudah malam, waktunya makan malam dan makan malam kali ini berbeda karena keluarga dari ayah Laras yang biasanya jika malam makan masing-masing tapi kini mereka berkumpul bersama di satu ruangan dengan beralaskan tikar ada yang spesial malam ini selain kedatangan Laras dan Saga juga kedatangan tamu spesial Laras yang mengaku calon suami Laras yang tampannya luar biasa dengan tubuh tinggi dan tegap.Mereka makan pun dengan canggung dan tak sanggup menatap Vijar yang auranya sangat mendominasi sehingga mereka hanya bisa saling lirik dalam diam.Laras hanya bisa menghela nafas melihat suasana canggung dan tegang yang di akibatkan oleh Vijar meski pria itu tidak melakukan apa-apa sedang Vijar dan Saga mereka berdua hanya duduk anteng sambil melahap makanan yang ada sungguh sangat santai dan tak mempedulikan mereka yang tidak nyaman di sana."Kak Vijar cepat makannya, katanya mau lihat kontrakannya". seru Laras berusaha membuat keluarga itu merasa nyaman dengan car
Setelah kepergian semua orang yang berada di rumah itu termasuk Saga kini hanya tinggal Laras dan Vijar yang saling diam. Laras diam karena dia gugup sedang Vijar diam karena sedang menatapnya lekat sambil menahan diri untuk tidak menyerang Laras akibat kerinduan."Em.. kak apa kabar? kenapa kakak bisa sampai disini?". tanya Laras memberanikan diri karena sedari tadi tidak bisa menahan rasa penasarannya.Vijar yang mendapat pertanyaan itu sontak bergerak lalu mendekatkan wajahnya pada wajah Laras hingga mau tak mau Laras memundurkan wajah."Aku tidak menyangka untuk mendapatkanmu aku harus bertentangan dengan ayahku, tapi tidak mengapa aku senang melakukannya. Untuk pertanyaanmu kenapa aku bisa sampai disini, tentu saja aku bisa. Aku Vijar Dipta Mahendra bisa melakukan apa saja yang aku inginkan termasuk dirimu". ucap Vijar santai dengan akhir kalimat yang terdengar mengerikan di telinga Laras karena di iringi dengan seringainya."Lalu apa kakak sudah tau kenapa aku
Laras berjalan gugup dengan mata yang bergerak awas, di sekitarnya banyak pasang mata yang memandang ke arah mereka lebih tepatnya sih memandang ke arah lelaki tinggi dan tampan yang berjalan di sisinya mungkin mereka terpesona sekaligus penasaran siapakah pria ini semua orang juga bisa menebak bahwa dia orang kaya dan apa hubungannya dengan Laras dan Saga kakak beradik yang baru saja menginjakkan kaki disini.Saga di sampingnya hanya diam saja dengan tatapan yang tanpa ekspresi, Saga juga tampan kehadirannya membuat para gadis remaja kalang kabut di tambah kedatangan pria lain yang lebih dewasa datang memasuki kampung mereka semakin gegerlah para kaum hawa di sana.Di sisi lain Martin yang baru pulang bekerja merasa heran dengan kelakuan para ibu-ibu dan juga keadaan di sekitarnya. Kenapa ramai begini? tapi kebanyakan di dominasi oleh kaum hawa. Martin pun jadi penasaran ada apa ini? dia pun membelah kerumunan dan mencoba bertanya."Eh, Bu ada apa ini ramai-ramai?". tan
Pria itu yang ternyata Vijar masih bersandar di samping mobilnya dengan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya, dia sengaja pergi sendiri meninggalkan Rendi dengan semua tanggung jawabnya termasuk menangani Della yang pasti marah karena telah di tinggal diam-diam. Vijar juga sengaja mematikan ponselnya agar tidak ada yang mengganggunya karena dia ingin segera bertemu dengan gadisnya.Vijarpun mendapat alamat ini dari Rendi yang telah berusaha mencarinya, sebenarnya dirinya juga bisa namun dia terlalu malas jadilah akhirnya dia hanya terima matengnya saja.Vijar juga tidak mempedulikan tatapan mata para ibu-ibu juga gadis yang berlalu lalang apalagi ada yang sengaja caper terhadapnya itu semua sudah biasa dia alami namun dia merasa risih saja karena di sini mereka sangat terang-terangan tidak seperti di kota yang hanya dalam diam seperti sekarang ini ada ibu-ibu genit yang mendekatinya."Mas, cari siapa?". tanyanya dengan wajah genit."Saya cari calon istri say
Kini dua kakak beradik itu sudah ada di rumah Rasti kakak sepupunya dari ibu, rumahnya tidak besar tidak juga kecil namun sangat nyaman dan sejuk karena di sepanjang rumahnya terdapat banyak sekali tanaman hias maupun pohon-pohon kecil yang tidak berbuah sepertinya kakak sepupunya ini sangat menyukai jenis tanaman langka yang hanya untuk pajangan namun Laras senang melihatnya karena dia juga menyukai tanaman namun bedanya dia menyukai tanaman yang membuahkan hasil jadi dia berencana jika memiliki rumah sendiri ingin mempunyai lahan luas untuk perkebunan."Rumah kak Rasti sejuk banget yah!". ucap Laras fokus memandangi semua koleksi tanaman milik kakak sepupunya."Mamah emang suka begini kak, kadang aku riweh karena sempit aku jadi nggak bisa naruh barang aku" itu Selin yang menyahut, ya anak usia 8 tahun itu sudah berkenalan sewaktu di mobil tadi dan karena Selin anaknya yang mempunyai sifat cerewet dan humble jadi dia sangat akrab dalam sekejap."Selin, barang kamu saja