Home / Romansa / Imperfect Love / Perempuan Manja

Share

Imperfect Love
Imperfect Love
Author: Kanietha

Perempuan Manja

Author: Kanietha
last update Last Updated: 2022-08-03 18:18:31

“Mas By!”

Byakta tersentak dari lamunannya. Sepanjang hari memikirkan Mai, membuat Byakta tidak bisa berkonsentrasi dengan semua ritual sakral yang sudah dijalaninya sejak dini hari. Sampai detik di mana Byakta sudah berada di kamar pengantin bersama sang istri, ia masih belum mendengar kabar apapun dari sang Permaisuri hati.

Kira-kira, bagaimana kondisi Mai saat ini. Apakah persalinannya berjalan lancar? Apakah, ibu dan bayinya sehat-sehat saja? Apakah, Mai masih memikirkan dirinya?

Ah, sepertinya Byakta terlalu bodoh jika masih mempertanyakan hal tersebut. Tentu saja Mai sudah tidak lagi memikirkan Byakta sama sekali. Wanita mandiri nan arogan itu sudah memiliki suami seperti Raj di sisinya. Seorang pria yang jelas-jelas melebihi Byakta jika dilihat dari sisi mana pun. Jadi, wajar saja rasanya jika Sinar ngotot menjodohkan putrinya dengan Raj.

Jika hendak membandingkan diri dengan Raj, tentu saja Byakta bukanlah siapa-siapa. Untuk itu, Byakta haruslah sadar diri dan mundur dengan teratur.

“Ya, Yas?” Byakta menelan ludah. Seluruh tubuhnya menegang, ketika melihat dua buah hanger yang dipegang oleh gadis yang sudah sah menjadi istrinya. Seorang gadis yang sifatnya sangat bertolak belakan dengan Mai, dan tidak ada sedikit pun kesamaan di antara keduanya.

“Mas By suka yang warna apa? Merah atau hitam?”

Byakta melihat wajah Yasmen bersemu merah. Ia bisa melihat banyak binar bahagia, yang terpancar dari kedua bola mata bening gadis yang selalu terlihat ceria itu.

Byakta lantas beranjak dari sofa. Ia menghampiri Yasmen yang baru keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih terbungkus dengan handuk di atas kepala. Kedua tangan Byakta terangkat, lalu menurunkan kedua hanger dengan lingerie yang tergantung di sana.

“Malam ini, tolong pakai piyamamu,” pinta Byakta dengan tersenyum lembut pada Yasmen. “Aku masih capek, dan sebaiknya kita tidur malam ini.”

Yasmen tetap memasang senyum walau terpaksa. Malam pertama yang sudah sering ia bayangkan bersama Byakta, kini musnah seketika. Namun, ia mencoba berbesar hati. Mungkin, pria yang sudah dicintainya sejak bertahun-tahun lalu itu, memang sangat lelah karena prosesi pernikahan mereka.

“Tidur.” Yasmen hanya berceletuk, tapi sebenarnya tidak membutuhkan jawaban dari Byakta.

“Ya.” Byakta mengangguk dan tetap mempertahankan senyumnya. “Masih ada hari besok, kan? Dan kamu juga butuh istirahat karena pasti kecapekan.”

Ingin rasanya Yasmen berteriak jika dirinya tidak merasa lelah. Rasa cintanya yang begitu besar pada Byakta, membuat Yasmen terkadang bisa lupa diri dan menjadi bodoh.

“Tapi aku nggak bawa piyama tidur, Mas.”

Byakta yang baru hendak melangkah menuju kamar mandi, langsung terpaku. Entah mengapa, di kepalanya saat ini langsung terlukis visual Yasmen, memakai lingerie merah yang masih dipegang oleh gadis itu.

“Aaa … yaaa, pake baju yang lain.” Tenggorokan Byakta tercekat. Bagaimanapun juga, Byakta adalah pria normal. Meskipun hatinya berada di tempat lain, tapi tubuhnya bisa saja berkhianat jika ia khilaf malam ini. Apalagi, status mereka sudah halal dan keduanya bisa melakukan apapun sebebas-bebasnya.

“Nggak ada.” Yasmen mengerjap polos menatap Byakta. Yasmen mengerti jika pria itu belum mencintainya, tapi, tidak bisakah Byakta melakukan kewajibannya sebagai seorang suami malam ini? Paling tidak, Yasmen ingin sekali merasakan bibir Byakta menempel di atas bibirnya.

Semenjak melihat dan mengenal Byakta, otak Yasmen benar-benar tercemar dengan banyak adegan dewasa yang hanya ingin ia lakukan dengan pria itu. Di mata Yasmen, hanya Byakta seoranglah yang paling tampan di dunia. Bahkan, ketampanan para pria yang merupakan bibit unggul di keluarga besar Sagara, lenyap seketika karena kehadiran Byakta.

Dari Bira, Pras, Nando, sampai Qai pun … semua lewat!

“Nggak ada, baju lagi?” Byakta ingin menegaskan sekali lagi. Siapa tahu saja, Yasmen lupa. “Terus, buat dipakai besok pagi?”

“Ada dress buat kita ke bandara besok, jadi nggak mungkin aku make itu, kan, Mas.”

“Kopermu?” buru Byakta.

“Koper kita maksudnya?” ralat Yasmen. “Udah dipindah ke ruangan lain, jadi sudah nggak ada apa-apa di sini.”

“Di ruang mana?” Byakta membalik tubuh memunggungi Yasmen. “Biar aku ambilkan piyama tidur—”

“Aku juga nggak bawa piyama di koper.” Yasmen menggigit bibir bawahnya lalu memberanikan diri memangkas jarak dengan Byakta, setelah menjatuhkan kedua lingerienya begitu saja. Kedua tangan Yasmen langsung melingkar erat di tubuh berotot sang suami, dan menyandarkan sisi wajahnya pada punggung Byakta. Untuk pertama kali dalam hidup Yasmen, ia akhirnya bisa memeluk pria di luar garis keturunan keluarga Sagara.

“Koperku isinya cuma lingerie, pakaian dalam, sama dress sama perlengkapan lain.”

Otak Byakta mulai kacau. Memikirkan, berapa banyak lingerie yang dibawa Yasmen untuk mereka bulan madu selama lima hari di negeri Singa. Byakta yang hanya membatu ketika sang istri memeluknya dari belakang, kemudian menggeleng kecil. Mencoba mengenyahkan pikiran kotor yang ada dikepala.

Akan tetapi … sekotor-kotornya otak Byakta, bukankah tidak masalah jika ia melakukan semuanya bersama Yasmen?

Namun, Byakta merasa seperti pria munafik jika berani melakukan hal tersebut pada Yasmen. Byakta sama sekali tidak memiliki rasa sedikit pun pada gadis itu. Selama ini, Yasmen hanya seperti seorang adik kecil bagi Byakta. Adik yang selalu bersikap ramah, dan banyak tanya setiap keduanya bertemu.

Mengapa harus Bira yang meminta Mario agar Byakta menikahi Yasmen. Kenapa bukan Pras saja yang memintanya?

“Mas, kok, diem?” Yasmen menghidu dalam-dalam aroma tubuh Byakta yang akhirnya bisa ia dekap sedekat ini.

“Yas …” Byakta menyentuh kedua tangan Yasmen, dan melepas pelukan hangat itu dari tubuhnya. Ia berbalik, dan berusaha bersikap tenang. “Aku mau mandi. Jadi, kamu … tidurlah duluan.”

“Terus, aku tidur pake baju apa?” tanya Yasmen dengan polosnya.

“Ah! Kamu bisa …” Byakta berjalan cepat menuju closet room yang berada pada lorong menuju kamar mandi. Byakta menggeser pintu lemari dinding, dan berniat mencari pakaiannya sendiri. Namun … kosong.

Byakta mengumpat sejadi-jadinya, tapi hanya di dalam hati. Siapa gerangan yang memiliki ide seperti ini? Baik Yasmen maupun Byakta, tidak memiliki baju ganti sama sekali untuk dipakai. Bahkan, Yasmen yang ia tinggalkan di kamar barusan, masih memakai bathrobe seusai mandi beberapa saat yang lalu.

“Nggak ada apa-apa, kan?” celetuk Yasmen yang segera menyusul Byakta. “Mereka nggak nyisain baju ganti buat dipakai.”

“Aaa … kalau gitu aku mandi dulu.” Kepala Byakta mulai memanas. Untuk itu, ia harus segera mengguyur seluruh tubuhnya dengan air dingin. “Kamu, bisa tidur dengan bathrobe itu sementara,” tunjuknya pada balutan kain yang menyelimuti tubuh sang istri.

“Nggak pake bathrobe juga nggak papa, kan, Mas?” ungkap Yasmen kembali menghabiskan jarak dengan Byakta. “Kita juga sudah suami istri.”

“Yas …” Byakta mengusap wajah lelah berkali-kali lalu menyugar rambut hitamnya ke belakang. Lebih baik, ia berterus terang pada Yasmen tentang semua hal. “Please, kasih aku waktu untuk menyesuaikan diri. Kamu tahu, kan, kalau kita mendadak dijodohkan dan—"

“Raya,” putus Yasmen sudah lama tahu tentang hubungan Byakta dengan mantan tunangannya. Wajah manja nan ceria yang ditunjukkan Yasmen sedari tadi, kini musnah hanya dalam hitungan detik. “Cewek matre seperti dia, nggak pantes buat kamu ingat, Mas! Dia bahkan jalan sama mas Raj, padahal kalian waktu itu sudah lamaran. Untung aja waktu itu mas Raj belum nikah sama mbak Mai. Coba kalau sudah nikah, terus aku lihat dengan mata kepalaku sendiri, aku langsung minta papi untuk—”

“Aku mau mandi.” Wajah Byakta pun seketika berubah dingin, karena mengingat hubungan peliknya dengan Raya. “Dan satu yang harus kamu ingat, Yas. Raya bukan perempuan matre, dia itu perempuan mandiri dan pekerja keras. Dan Raya bukan perempuan manja yang bisanya cuma nadahin tangan ke ke orang tua seperti kamu. Jadi, paham, kan, di mana letak beda, antara kamu … dan Raya.”

~~~

Hai, hai ... buat pembaca baru, bisa baca My Arrogant Lawyer yang season dua dulu yaa. Yang sudah baca, cuss hyuk, ngumpul sini buat meramaikan kisah Mas By, sama Yasmen.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (11)
goodnovel comment avatar
Rema Melani
jatuh cinta sama tulisanmu,.. mbaaa,. #kanietha,.. kisss
goodnovel comment avatar
Ratna Sari
maaf ya Thor, infoin dong sebenarnya anak sinar dgn Pras ada brp sih ? soalnya di novel dearest cahaya cuma di ceritain ada 3 yaitu sikembar sama Rendra. gk ada diceritain ttg yg cewe.
goodnovel comment avatar
mega silvia
oh pantesan....aku blm baca sampai habis kisah sinar ma Pras jd blm nyambung ..........
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Imperfect Love   Give Away ~~

    Haluu Mba beb tersaiank … Saia langsung aja umumin daftar penerima koin GN untuk lima top fans pemberi gems terbanyak Imperfect Love : ArPi Kim : 1.000 koin GN + pulsa 200rb Mulya Purnama : 750 koin GN + pulsa 150 rb Elin land : 500 koin GN + pulsa 100 rb Miss Ziza Ziza S : 350 koin GN + pulsa 50 rb Ziza Ziz S : 200 koin Gn + pulsa 25 rb Untuk nama yang saia tulis di atas, bisa klaim koin GN dengan screenshoot ID dan kirim melalui DM Igeeh @kanietha_ . Jangan lupa follow saia duluuuh .... Saia tunggu konfirmasi sampai hari Minggu, 2 April 2023, ya, jadi, saia bisa setor datanya hari Senin ke pihak GN. Daaan, kiss banyak-banyak atas dukungan, juga atensinya untuk Bee and Hunny ~~ Kita ketemu lagi di GN, Insya Allah habis lebaran yaaa .... Kissseeess …..

  • Imperfect Love   Bon~Bira 5

    Apa ini? Asisten nyonya besar keluarga Sagara tiba-tiba menelepon dan meminta Arista datang ke kediaman atasannya. Bukan di rumah jabatan yang ditempati saat ini, tetapi di rumah pribadi kediaman Sagara. Bahkan, Arista dijemput langsung oleh salah satu sopir keluarga tersebut. Arista seperti di sidang. Duduk seorang diri dan menghadapi empat orang yang mentapnya dalam diam. “Maaf, Bu Aida.” Daripada hanya didiamkan, Arista akhirnya membuka mulut. “Kenapa saya dipanggil ke sini? Apa ada masalah, atau butuh bantuan saya?” Tatapan Arista tertuju sekilas pada Bira yang duduk paling ujung, di samping Pras. Jangan-jangan, pertemuan kali ini adalah buntut dari pembicaraan Arista dan Bira malam itu. Jangan-jangan, semua ucapan yang dikatakan Bira saat itu bukan hanya gurauan belaka. Jangan-jangan … Semakin dipikirkan, Aristas semakin sakit kepala karena takut menebak-nebak jawabannya. “Saya minta maaf kalau harus minta kamu datang mendadak seperti sekarang.” Aida berujar dengan sikap ang

  • Imperfect Love   Bon~Bira 4

    Arista mengerjap dengan mulut yang terbuka. Berdiri mematung pada celah pintu mobil yang sudah dibuka Vincent sebelumnya. Mendengar perkataan Bira dan wajah serius pria itu, Arista jadi tidak bisa mengeluarkan kata-kata. “Becanda, Ris.” Bira spontan tertawa saat melihat Arista membeku dengan wajah tegang. Wanita itu mungkin syok akibat mendengar ucapan Bira barusan. “Buruan masuk, aku sudah lapar.” “Ahh …” Mulut Arista ikut melempar tawa, garing. Ia mengangguk, kemudian masuk ke dalam mobil dan menggeser bokongnya ke sisi pintu yang lain, karena Bira jelas akan duduk di sebelahnya. “Jangan terlalu tegang,” kata Bira setelah menutup pintu. “Kerja sama aku memang harus serius, tapi santai aja.” “Iya, Mas.” Arista kembali tertawa, terkesan dipaksakan. “Lagian, masa’ buaya dipercaya.” Bira tertawa. “Eh, tapi aku serius masalah yang tadi. Aku memang lagi nyari istri, soalnya lagi pusing disuruh nikah terus sama nyonya besar.” Arista berdecak. “Cewek-cewek di Casteel High, kan, banyak

  • Imperfect Love   Bon~Bira 3

    “Kenapa belum pulang?” Bira menatap layar komputer yang dipandang Arista. Wanita itu memandang situs web yang berisikan berbagai video, yang bisa diunggah oleh penggunanya di berbagai belahan dunia manapun asal memiliki akses internet.“Hujan deras, Mas,” kata Arista sembari mengangkat wajah, menatap Bira yang berdiri di sampingnya. Dari pria itu datang ke kantor di pagi hari, sampai pulang di sore hari, atau malam sekali pun ketika mereka lembur, wangi parfum Bira tetap setia menempel di tubuh pria itu. Intensitas wanginya tidak berubah sedikit pun. “Saya nggak bawa jas hujan.”“Terus kenapa belum pulang?” ulang Bira kembali mempertanyakan hal yang sama. “Kita nggak lembur, dan kamu sebenarnya bisa pulang duluan.”“Hujan deras, Mas.” Arista juga mengulang jawaban yang sama, dan mulai menahan kekesalannya.“Aku tahu sekarang hujan deras, tapi kenapa kamu belum pulang?” tanya Bira sekali lagi. “Pesan taksi, kek! Gajimu di sini lebih besar dari Firma Sagara, masa’ bayar taksi buat pulan

  • Imperfect Love   Bon~Bira 2

    Pagi itu, Bira berhenti di depan meja sekretarisnya sebelum memasuki ruang kerja. Perangkat komputer di meja Arista tampak belum menyala, pun dengan kursi kerja yang masih rapi menempel rapat dengan sisi meja.Bira mengeluarkan ponsel. Melihat notifikasi yang masuk di dalamnya. Tidak ada nama Arista di sana. Itu berarti, wanita itu tidak memberi info sama sekali tentang ketidakhadirannya, atau mungkin keterlambatannya. Kalau begitu, biarlah Bira menunggu kabar dari wanita itu sembari melakukan pekerjaannya.Saat Bira baru membuka pintu, hawa sejuk pendingin udara langsung menerpa wajahnya dengan suhu seperti biasa. Itu artinya, sudah ada seseorang yang menyalakan pendingin ruangannya lebih dulu, dan itu pasti Arista.“Mas Bira!”Bira terkejut mendengar seruan yang dilontarkan dengan nada kesal padanya. Namun, entah mengapa seruan tersebut juga terdengar sedikit manja. Sedikit mengusik indra pendengarannya.“Arista? Kamu kenapa?”“Mas Bira pasti tahu kalau pak Lex sudah nikah sama bu

  • Imperfect Love   Bon~Bira 1

    Bira berhenti melangkah di depan meja sekretaris barunya. Ia bersedekap, lalu menghela saat melihat paras manis itu memanyunkan bibirnya.“Pagi, Mas Bira.” Arista tidak mengerti, mengapa ia harus dipindahkan dari Firma Sagara ke Casteel High seperti sekarang. Sejak awal menginjakkan kaki di dunia kerja, Arista sudah berada di firma hukum tersebut dan semua karyawan yang ada di sana sudah seperti keluarga baginya.Namun, perintah tiba-tiba dari Pras membuatnya tidak bisa mengajukan protes. Memangnya, karyawan mana yang berani membantah titah seorang Pras? Arista mungkin masih bisa bernegosiasi bila Lex yang memberinya perintah. Akan tetapi, sayangnya orang tersebut adalah Pras.Pria arogan yang selalu saja bertindak sesuka hati.“Pagi.” Bira berdecak, karena Pras benar-benar mengganti sekretaris lamanya dengan Arista. Apapun alasan yang ada di balik itu, Bira harus tetap menutup mulut dan tidak boleh membocorkannya pada siapapun. Jika Arista bertanya, maka Bira cukup mengatakan semua i

  • Imperfect Love   Bulan Madu yang Tertunda

    “Rajaaa.” Hari masih terbilang masih pagi, tapi Yasmen mulai mengeluarkan “tanduknya” karena baru saja menginjak sebuah lego yang membuat telapak kakinya nyeri seketika. Padahal, Yasmen sudah berulang kali memberitahu putranya, agar selalu membereskan semua mainannya ketika sudah selesai bermain. Namun, berapa kali pun Yasmen berujar dan memberi perintah, hasilnya tetap saja sama. Setelah bermain, bocah yang sudah berusia lima tahun itu, langsung meninggalkan semua mainannya begitu saja. Alhasil, Susilah yang akan membersihkan semuanya seperti biasa dan Yasmen hanya bisa mengelus dada. Anehnya, Raja akan selalu bersikap patuh bila sudah berada di rumah Pras. Mana berani bocah itu menghambur mainannya yang ada di sana. Seusai bermain, Raja akan selalu membereskan semua barangnya pada tempatnya, walaupun dalam keadaan yang tidak sempurna. Ternyata, merawat dan mendidik anak tidak semudah bayangan Yasmen. Keinginan untuk memiliki banyak anak pun Yasmen urungkan seketika, karena itu sem

  • Imperfect Love   Biarin

    Ternyata, semua tidak seperti yang ada di bayangan Yasmen. Setelah sebulan tinggal di rumah Bira, akhirnya Yasmen mengerti bagaimana perasaan Byakta. Mungkin hampir sama seperti yang dirasakan Yasmen saat ini, ketika memutuskan tinggal di rumah Mario.Bukan … kedua mertua Yasmen bukanlah sosok mertua kebanyakan, yang ada di sinetron maupun novel-novel online yang bertebaran di jagat maya. Justru sebaliknya. Mario dan Miskah bahkan terlalu baik, hingga membuat Yasmen semakin merasa tidak nyaman berada di rumah tersebut. Ditambah, tidak adanya asisten rumah tangga di rumah Mario, membuat Yasmen yang terbiasa memerintah jadi semakin segan berada di rumah mertuanya.Tidak mungkin, kan, Yasmen menyuruh mertuanya untuk membuatkannya ini dan itu? Belum lagi, Yasmen mau tidak mau harus tahu menempatkan diri. Ia harus berusaha bangun lebih pagi, walaupun, semalam hanya tidur beberapa jam karena putranya yang terus meminta ASI. Dan masih banyak hal lain yang membuat Yasmen semakin tidak enak ha

  • Imperfect Love   Siapa Namanya

    Akhirnya, Yasmen bisa pulang dari rumah sakit dan langsung menuju ke rumah orang tuanya. Yasmen sudah menetapkan hati, untuk tidak menambah anak lagi. Ditambah dengan proses menyusui yang penuh dengan drama, semakin membuat Yasmen enggan untuk hamil, dan melahirkan di masa mendatang. “Apa itu, Bu?” Yasmen melihat Susi membawa sebuah nampan ketika memasuki kamarnya. “Sayur bening, tapi pake daun katuk,” jawab Susi meletakkan satu mangkok sayur di nakas. Setelahnya, ada sebuah piring yang sudah berisi nasi dan ayam goreng bagian dada dengan potongan besar di atasnya. Susi juga meletakkan segelas air putih, dan segelas susu. “Di suruh makan sama ibu. Pelan-pelan aja, yang penting dihabisin.” “Tapi aku sudah makan tadi di rumah sakit, Bu.” Yasmen melihat boks bayi yang letaknya tidak sampai satu meter dari tempat tidurnya. “Mbak Yasmen sekarang menyusui, jadi makannya harus banyak dan bergizi biar ASInya juga lancar,” terang Susi kemudian bergeser ke samping boks bayi untuk melihat bay

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status