Jani terbangun dengan matanya yang masih berat. Dia menatap sekeliling yang bukan kamarnya. Lalu dia melihat ke arah tubuhnya sendiri yang masih berpakaian persis seperti semalam.
“Apa yang kulakukan semalam?” Jani mencoba mengingat-ingat kejadian malam itu.
“Hah, tidak ... aku melakukannya lagi. Ini benar-benar memalukan.” Dia menutupi wajahnya dengan selimut. Tidak lama Ken masuk ke kamarnya.
“Selamat pagi, Putri Tidur. Apa kau tidur dengan nyenyak?” tanya Ken yang melihat Jani mengintip di balik selimut.
“Ken, maafkan aku. Aku melakukannya lagi. Tapi itu bukan salahku.” Jani kembali masuk ke dalam selimut.
“Sudah kukatakan jika terjadi lagi aku tidak akan bisa menahannya,” ucap Ken dengan berkacak pinggang yang langsung membuat Jani menatapnya.
“Jadi kau tidak menahannya? Huaa, teganya kau melakukan itu padaku. Padahal kau sudah janji, huaa.” Jani menangis dan membuat
Di sebuah gedung yang menjulang, Nyonya Sonya menunggu dengan gelisah."Jika dia tidak datang lima menit lagi, cari dia dan penggal kepalanya!" ucapnya dengan tegas.Gil melajukan mobilnya dengan kencang dan memarkirkannya dengan sembarang saat tiba di depan gedung milik Sonya.Dia berlari dan menaiki lift khusus dengan kartu yang dipegang pengawal Sonya yang menunggunya."Jangan katakan jika dia sangat marah," ucapnya yang tidak mendapatkan jawaban dari pengawal.Setelah pintu lift terbuka, Gil kembali berlari dan mengetuk pintu.Seseorang membukanya. Sambil mengatur nafas, Gil berjalan mendekati Sonya yang menatapnya."Pegangin dia!" perintah wanita itu.Kedua pengawal memeganginya. Sonya mengambil pedang dan mengarahkan ke kepala Gil.“Maafkan aku, sayang. Kau boleh membunuhku jika itu membuatmu merasa lega. Tapi asal kau tahu, aku hampir gila berada jauh darimu,” ucap Gil pasrah."Sret!"
Jani masih terus mendapakan penglihatan yang membuatnya terkejut."Jadi kau ingin membangkitkan Ratu Ania dengan darahku? Tidak akan kubiarkan! Prak!" teriaknya sambil menghancurkan botol pemberian Skuller."Jadi kau menolak? Baiklah, kau akan melihat konsekuensinya." jawab Skuller dengan santai.Jani mengeluarkan kekuatannya. Angin bertiup kencang di sekitar tubuhnya. Matanya semakin memerah dengan cahaya yang menyilaukan."Hiya!" Dia mengarahkan kekuatannya ke arah Skuller yang hanya berdiri."Duar!"Terjadi ledakan besar di depan matanya. Jani terdiam dan menatap hingga ledakan itu berhenti dan memperlihatkan apa yang terjadi di depannya."Kenapa bisa begini?" ucapnya terkejut.Ledakan itu tidak bisa mengenai tubuh Skuller yang terhalang pelindung yang mengelilingi istana hitam itu."Kekuatanku bahkan tidak bisa menembusnya," batin Jani."Hahaha, kau tidak akan bisa menghancurkan pelindung ini. Tapi ka
Skuller mengangkat kedua tangannya dan mengeluarkan kilat yang menyambar semua pria yang menyerangnya."Hiya!"Tubuh mereka menghitam dan mengering sama seperti para petugas polisi yang dihabisinya di jalan."Argh!" Semua berlari menuju pintu keluar, namun pintu itu menutup sendiri dan mengunci.Skuller mengucapkan mantra dan keluar kabut hitam yang masuk ke tubuh semua yang ada di sana kecuali para wanita yang dipilihnya dan orang yang tidak melawannya. Dia, pun membiarkan pria yang memerintah untuk menyerangnya tetap hidup. Kabut itu menyerap orang-orang itu dan masuk ke dalam mulutnya. Tubuh mereka perlahan mengkerut dan mengering.“Hah,” ucapnya yang terlihat segar.Skuller mendekati pria yang menyerangnya dan mengarahkan jarinya."Tuan, siapapun namamu, jangan bunuh aku. Aku akan melakukan apapun untukmu. Aku sangat berkuasa dan banyak uang," ucapnya dengan ketakutan."Dan itu semua akan menjadi milikku.
Ken dan Skuller bertarung dengan kekuatan yang seimbang. Walaupun Ken tidak memiliki ilmu sihir, namun kekuatan fisiknya tidak kalah dengan lawannya.“Tang, ting, tang!” Suara pedang saling mengadu. Keduanya tidak mau kalah hingga mengabaikan Jani yang tidak ada di dekat mereka.Para pembasmi penyihir berdatangan dengan senjata canggih mereka dan segera melawan para makhluk. Mereka menembaki makhluk-makhluk itu dan menyerang dengan pedang. Jani mencari keberadaan gadis kecil yang di temuinya di pasar ikan.Di menemukan gadis itu sedang bermain bonekanya di kamar. Gadis itu tidak tahu jika orang tuanya telah mati terserang makhluk yang terus menatapnya tanpa melukainya. Jani tiba-tiba berada di kamar gadis itu.“Hei, Ania. Kemarilah,” ucapnya yang mengejutkan gadis itu.“Kau tahu rumahku? Ibuku pasti senang melihatmu. Ayo, aku kenalkan padanya,” ajak gadis itu.“Jangan. Nanti saja. Ibumu past
"Ken," ucapnya pelan. Jani menoleh ke arah sumber suara. Dia hanya melihat ruangan kosong."Aku yakin mendengar suara Ken memanggilku," batinnya.Di kamarnya, Ken tersenyum dalam meditasinya melihat Jani yang mendengar suaranya. Namun tiba-tiba, dia seperti tertarik menjauh hingga kembali ke tubuhnya lagi."Hah, kenapa denganku? Seperti ada yang menghalangiku mendekatinya." Ken segera keluar dari kamarnya untuk menemui Tuan Donovan."Dom, kemana semua orang? Aku tidak bisa menemukan Tuan Donovan," ucapnya. Ken bertemu Dom yang sibuk membawa banyak senjata. Ken mengambil sebagian senjata yang dibawa Dom dan berjalan mengikutinya."Dia ada di permukaan," jawab Dom.Ken hanya diam mengikutinya hingga ke permukaan. Di lapangan yang luas, berjajar kesatria Tuan Donovan atau yang biasa disebut pembasmi penyihir dengan senjata lengkap mereka.Ken meletakkan senapan yang dibawanya dan berlari mendekati Tuan Donovan yang berjalan."Tuan
Ken menatap pasien dengan luka tusukan besi di perutnya. Besi itu masih menancap dan harus segera dikeluarkan dari tubuhnya. Perawat yang berada bersamanya terdiam menunggu reaksinya."Dokter, anda boleh memulai sekarang," ucap salah satu perawat yang membuyarkan lamunannya."Gawat, apa yang harus aku lakukan? Jika aku tidak melakukannya, mereka akan tahu aku bukan dokter," batin Ken yang menatap alat-alat tajam didepannya.Saat tangannya mengambil salah satu pisau operasi, tiba-tiba masuk dokter lain yang mengagetkan semua."Maaf, kami ambil alih operasinya. Kalian bisa meninggalkan ruangan," ucap dokter itu diikuti para perawat di belakangnya. Dia membawa surat perintah dari direktur rumah sakit.Ken segera keluar dari ruangan diikuti perawat sebelumnya.Namun, saat hendak menutup pintu, Ken melihat ada yang aneh dengan mereka.Dia melihat dari pantulan kaca jendela, bahwa dokter dan para perawatnya mengeluarkan sinar kuning di bo
Jani tersadar dari tidurnya. Dia melihat sekeliling dan memegang detak jantungnya yang seakan melompat-lompat."Apa yang terjadi padaku. Kekuatanku ini benar-benar membuatku lupa diri. Ken, aku melakukannya lagi kepadanya." Jani tersenyum sendiri membayangkan Ken yang telah menyadarkanya."Kau pria yang sangat baik. Aku beruntung memilikimu." Jani turun dari ranjangnya. Dia membuka pintu kamar dan melihat sekitar yang kosong. Jani berjalan menyusuri istana hitam. Dia menemukan ruangan yang cukup besar. Di dalam terlihat temaram tanpa benda apapun."Ruangan apa ini?" Jani berjalan menuju tengah ruangan. Saat kakinya hanya satu langkah sampai ke tengah.Tiba-tiba muncul kilatan petir yang kecil, kemudian lama kelamaan menjadi besar membentuk lingkaran dengan kilatan yang masih menyambar. Sepasang mata nampak di dalam kilatan itu. Menatapnya dengan tajam."Jadi kau Ratu Ania. Menyedihkan sekali," ucap Jani dengan sinis."Hem, tidak kusa
"Brak! Dor!"Sonya menembak anak buahnya yang mengabarkan bahwa para pasien yang akan diambil organnya telah menghilang, dan semua yang ada di rumah sakit tersembunyi yang berada di bawah perlindungannya telah mati.Ini tidak mungkin. Siapa yang berani mengambil para pasien itu? Mereka yang ada di sana adalah pengikut kegelapan yang kuat," teriaknya dengan kencang.Semua pengawalnya tidak ada yang berani berbicara. Mereka memilih menunduk dari pada harus menjadi sasaran emosi wanita itu.Sonya mengerutkan keningnya. Dia berpikir bagaimana bisa tempat itu diketahui setelah berhasil disembunyikan selama puluhan tahun."Pasti seseorang diam-diam mencuri informasi dariku."Pandangannya kearah kamar pribadinya yang bersebelahan dengan kantornya.Di dalam kamar, Gil sedang berendam di jacuzzi.Dia mengenakan headset mendengarkan musik sambil menggoyangkan kepalanya.Tiba-tiba sesuatu menyentuh kepalanya dengan bunyi yang