Tidak bersuara namun cepat, Ken segera menuju jendela kamar Jani. Di membukanya lalu keluar lewat jendela itu.
“Kenapa tinggi sekali,” batin Ken yang melompat ke arah saluran pipa yang menempel di dinding.
“Brak!” Ken terpeleset namun tangannya masih meraih kusen jendela kamarnya. Dengan tenaganya yang super, dia mengangkat tubuhnya untuk masuk ke jendela itu.
“Buk!” Ken terjatuh di lantai dan segera berlari untuk membuka pintunya.
“Ada apa kau berteriak malam-malam begini?” tanya Ken yang pura-pura baru bangun.
“Susah sekali dibangunin. Apa kau terlalu kelelahan setelah hampir semalaman bersama gadis itu?”
“Apa? Memangnya aku melakukan apa dengannya?”
“Memangnya apa yang dilakukan seorang pria dan gadis sendirian di rumahnya?”
“Oh, jadi kau berpikiran jika aku bersama Ana melakukan em ... tapi kenapa
Fred menaburkan serbuk berwarna emas berkerlip di udara. Serbuk itu melayang diudara lalu berputar-putar. Saat Fred mengucapkan mantra, serbuk itu berubah menjadi beberapa kupu-kupu yang terbang dengan indah. Kupu-kupu itu mengelilingi Jani dan Ken.Tangan Jani menengadah, kupu-kupu itu hinggap di telapak tangannya.“Haha, ini indah sekali Fred.” Jani menyentuh kupu-kupu itu lalu berubah kembali menjadi serbuk. Serbuk itu mengumpul bersama kupu-kupu yang lain dan berubah menjadi gambar hati di atas kepala Jani dan Ken.Ken menyentuhnya dan serbuk itu memburai jatuh dari atas kepala mereka seperti hujan serbuk emas.Fred membuka kantong dari kain. Dengan gerakan tangannya, serbuk itu terbang menujunya dan masuk ke dalam kantong.“Bagaimana kau melakukannya, Fred?” tanya Ken.“Sihir. Itu adalah salah satu keahlianku,” jawab Fred.“Tunggu dulu. Saat aku pertama kali menyentuh belati emas, aku men
Pagi-pagi sekali Ken melihat Jani keluar dari kantor Tuan Donovan. Dia bersama beberapa pria berjalan menuju garasi mobil dan naik ke dalam salah satu mobil.Ken hendak mengejarnya namun dicegah oleh Tuan Donovan."Ken, biarkan dia pergi. Ikutlah denganku." Ken mengikuti Tuan Donovan masuk ke dalam ruangannya."Dia mau pergi kemana, Tuan?" tanya Ken."Dia akan tinggal di hotel DF," jawabnya."Hotel DF?" tanya Ken heran."Hotel Donovan Family. Salah satu hotel terbesar disini. Jani baru tahu jika dia adalah salah satu pemiliknya.""Oh, jadi dia mau berkunjung," ucap Ken."Tidak, dia akan tinggal disana dan meninggalkan semua termasuk dirimu.""Tapi bagaimana mungkin. Apa yang dilakukannya? Aku harus mengejarnya." Ken ingin keluar ruangan namun ditahan oleh Tuan Donovan."Tunggu, Ken. Biarkan dia sendiri dulu. Jika kau memaksanya, dia akan semakin bingung. Dia butuh waktu untuk menyadari takdirnya."Aku
John semakin berhasrat melihat Jani yang menggeliat. Dia membuka kemejanya dan ingin menindih Jani."Jangan! Apa yang kau lakukan? Jangan menyentuhku!" ucap Jani yang mencoba mendorongnya dengan tenaga yang melemah."Tenanglah, aku akan membuatmu melayang." John memulai serangannya ke Jani. Saat bibirnya hendak menikmati kulit indah milik gadis itu, Jani terlihat begitu marah."Berengsek, beraninya kau melakukan ini. Aku akan membakarmu." Jani mengeluarkan kekuatannya, namun saat hampir membakar John, tiba-tiba,"Buk, buk, buk!" Ken menerobos masuk dan menghajar John hingga babak belur.Jani masih belum sadar akan kedatangan Ken. Dia masih mengeluarkan kekuatannya yang akan menghancurkan seluruh hotel."Jani, hentikan!" Ken segera memeluknya untuk menahan kekuatannya."Jani, dengarkan aku. Aku ada disini bersamamu. Kau akan baik-baik saja," bisik Ken yang menenangkan Jani. Perlahan kekuatan Jani meredup. Ken segera membawanya k
Seseorang mengetuk pintu kamar hotel. Ken membukanya dan menerima kotak yang berisi setelan jas. Dia segera memakainya saat Jani berada di kamar mandi mengganti pakaiannya.Pintu kamar mandi terbuka, Jani keluar dengan gaun selututnya yang nampak anggun."Siapa kau? Kau pasti penyihir. Dimana kau sembunyikan Ken?" tanyanya tiba-tiba."Aku Ken," jawab Ken santai."Tidak mungkin. Dia itu sangat berantakan. Tidak mungkin rapi seperti dirimu. Cepat katakan di mana dia!" tanya Jani yang menggoda Ken."Jadi kau tidak percaya aku Ken? Baiklah akan aku tunjukkan bekas gigitanmu semalam." Ken membuka kancing bajunya dengan matanya yang memicing."Tidak, tidak. Kancing kembali bajumu. Hehe, aku hanya bercanda. Kenapa penampilanmu tiba-tiba berubah?Membuatku kaget saja," gerutu Jani."Semua karena ini." Ken menunjukkan kartu tanpa limitnya ke Jani."Tuan Donovan meminjamkannya." Dia sengaja tidak mengatakan jika sebenarnya juga memiliki war
Pagi-pagi, Gil telah kembali ke apartemennya setelah semalam bermain panas bersama wanita yang ditemuinya dengan singkat di kasino.Dia segera memberitahu markas telah diundang oleh Sonya untuk menghadiri pesta yang diadakan untuk kalangan atas dan juga rekan sesama mengikut kekuatan gelap.Gil sengaja menemui pengawal Sonya yang berada di mobil di seberang jalan dari apartemennya."Hei, Nyonya Sonya telah mengundangku semalam. Katakan padanya aku ingin undangan resmi atau aku tidak akan datang," ucapnya yang segera masuk kembali ke gedung apartemennya.Ken dan Jani akan ikut hadir di pesta itu."Pesta seperti apa nanti malam?" tanya Jani yang berbicara dengan Ken di salah satu apartemen yang telah disiapkan oleh Tuan Donovan. Jani datang pagi-pagi karena merasa canggung jika tinggal satu apartemen dengan Ken."Pesta topeng yang sangat elegan dan dihadiri banyak kalangan atas. Kita butuh pakaian yang mewah.""Aku akan memi
Pagi-pagi Ken sudah pindah kembali ke Sofanya. Dia tidak ingin membangunkan Jani yang akhirnya tertidur dengan pulas setelah semalaman terus menggigau."Andaikan aku bisa mengambil sedikit bebanmu, akan aku lakukan. Kau akhir-akhir ini tidak pernah tidur pulas. Aku sangat mengkhawatikanmu." batin Ken.Dia segera keluar dari kamar Jani menuju kamarnya. Ken bersiap karena harus menuju markas. Jani terbangun. Dia melihat sekitar mencari Ken."Kemana dia?" Jani pun langsung bersiap. Setelah beberapa saat, dia keluar dari kamar dan melihat Ken menyiapkan sarapan untuknya."Selamat pagi, putri tidur. Sarapan telah siap." Ken segera menarikkan kursi untuknya."Hem, baunya sangat lezat. Kau membuat pancake?""Ya, dan aku sangat ahli membuatnya." Ken meletakkan beberapa di piring Jani. "Ini sangat enak, Ken," ucap Jani menuangkan madu diatas pancakenya."Kita harus segera ke markas. Ada sesuatu yang penting dari temuan kita semalam."
Tuan Donovan menekan tombol dan muncul gambar pesawat yang sangat canggih."Pesawat apa itu?" tanya Ken."Sebaiknya kalian lihat saja sendiri." Tuan Donovan berjalan diikuti Ken dan Jani. Mereka menuju sebuah ruangan yang sangat besar namun kosong."Jadi di mana pesawatnya?" Ken memandang ke segala arah."Tepat ada di depanmu." Tuan Donovan menekan tombol lalu secara perlahan sebuah pesawat berwarna hitam muncul di tengah ruangan."Jadi pesawat itu bisa menghilang?" tanya Jani."Dan tidak akan terlacak oleh radar apapun," jawab Tuan Donovan dengan tersenyum."Kalian segera bersiap. Kita akan berangkat satu jam lagi."Jani dan Ken berjalan cepat menuju ruang senjata. Mereka mengambil pistol dengan peluru emas dan juga senjata tajam lainnya. Gil, Dom dan Dave bersama mereka dengan senjata yang tidak kalah canggih.Mereka segera menuju pesawat siluman yang telah lengkap dengan pilotnya."Pasang sabuk pengaman kalian.
Ken dan Jani menghilang dari langit. Ken merasa berputar-putar dan jantungnya berdetak dengan kencang. Dia memeluk tubuh Jani dengan erat.“Buk!” Mereka terjatuh di sebuah matras yang lumayan empuk.“Dimana kita?” tanya Ken yang memandang sekitar dan melihat Tuan Donovan, Bi Inah dan Fred menatap mereka. Jani berada dibawah Ken yang menindihnya.“Jangan bergerak,Ken! Aku tidak memakai baju.” Jani masih memeluk Ken agar tidak ada yang melihat tubuh polosnya. Bi Inah segera mendekat dan membawakan dua mantel untuk mereka.“Bibi senang kalian berhasil menembus portal,” ucapnya sambil membantu Jani memakai mantelnya. Ken memandang tubuh polos Jani dan langsung berpaling saat Jani melotot ke arahnya.“Selamat datang kembali, Ken dan Jani. Selamat kalian lolos latihan awal. Aku selalu yakin kau bisa melakukannya, Jani,” ucap Tuan Donovan.“Apan maksud ini semua? Kenapa tiba