Share

First Day

Pagi ini, adalah hari pertamaku kerja di PT. Nusantara Jaya Group, sebagai pegawai magang. Sengaja aku berangkat lebih pagi, selain menghindari macet, juga menghindari terlambat. Terlebih, dari info yang kudapat jika datang terlambat hari pertama bekerja di kantor, tiada maaf bagimu. 

Layaknya pegawai baru, mengenakan rok span warna hitam, blouse putih juga sepatu pantofel dengan warna senada. Rambut kuikat sepatutnya. Rapi. Itulah sekilas yang aku lihat dari cermin sepeda motor. 

Kususuri lorong panjang area kantor. Lengang. Terasa sepi. Jam masih menunjukkan pukul setengah delapan. Sesuai arahan pak satpam. Kuberjalan menuju bilik kerja yang ada di lantai tiga. Sudah ada papan nama tertera di sana.

Sebuah ruangan sederhana, layaknya ruangan kantor pada umumnya. Terdapat sebuah meja, lengkap dengan seperangkat komputer dan telepon. Tersedia juga berbagai macam alat tulis dan kertas, sebuah almari lengkap beserta kuncinya yang masih menggantung pada tempatnya. 

Di pojok ruangan, ada sebuah pot bunga besar. Sayang terbuat dari plastik. Jadi tidak ada harum-harumnya. Ah, di otak kecilku jadi terlintas ide untuk membawa sepot bunga bonsai yang akan kuletakkan di samping meja kerja. Bonsai bunga krokot saja kali, ya. Murah, mudah, dan indah saat berbunga. Apalagi jika sepot berwarna-warni. Pasti akan terasa nyaman. 

Suasana sepi, belum ada satu orang pun yang datang. Aku terdiam, mengamati keadaan. Entah kebetulan atau tidak, ruanganku ada di dekat jendela. Bisa melihat suasana luar di kala bosan melanda. Walaupun yang tampak hanya bangunan-bangunan bertingkat dengan suasana kemacetan yang selalu menghiasi jalan besar.

Setidaknya, cukup untuk mengubah suasana sesaat. Terlebih saat tumpukan berkas berserakan di atas meja untuk kedepannya. Walaupun saat ini aku masih belum tahu apa yang harus kulakukan, tetapi sebuah bayang-bayang tentang apa yang akan aku kerjakan di sela-sela jam kantor terlintas begitu saja. 

"Ibu, biasa minum apa?" Aku menoleh saat mendengar sapaan perempuan. Seorang ibu paruh baya. Mungkin office girl di kantor ini.

"Secangkir kopi, cukup." 

Aku bahkan lupa tadi, belum menyesap kopi buatan emak. Euforia hari pertama sangat terasa. Hingga melupakan segalanya. Gugup, grogi, senang, bercampur jadi satu. 

Tak berselang lama, secangkir kopi terhidang di atas meja. Aroma kopi menguar ke indera penciuman. Harumnya membuat tubuh rileks. Menenangkan. Senyawa kaffein itu tahu apa yang aku butuhkan saat ini. 

"Terima kasih, Bu ...." Mau kusapa tapi aku belum mengenalnya.

"Panggil saya Bi Ijah, office girl yang biasa melayani pegawai kantor lantai tiga," jelasnya secara perlahan. "Ada lagi yang Ibu perlukan? Kalau tidak saya mau melanjutkan pekerjaan," sahutnya kemudian.

"Tidak ada Bi, terima kasih."

Bunyi dering telepon mengagetkan lamunanku. Kulihat jam tangan, baru pukul delapan. Jam kerjaku di mulai jam sembilan. Mengapa sudah ada telepon sepagi ini? 

Akhirnya aku angkat telepon. Dari siapa, urusan belakangan. 

"Halo, selamat pagi."

"Shera kamu sudah datang? Segera ke ruangan saya, sekarang!" Belum sempat aku jawab, telepon sudah ditutup.

'Siapa yang telpon tadi? Bu Sherly kah? Ah ... kucoba peruntungan saja segera ke ruangan bu Sherly'

"Pagi, Bu ... Ibu manggil saya?"

"Hari pertama kerja, kamu bantu pak Nala, mendata hasil kerja sales bulan lalu. Sore ini harus di serahkan ke pak Tama," kata bu Sherly sambil menyerahkan segepok data.

Satu kata yang ada di otak 'gila'. Baru hari pertama, sudah diberi kerjaan yang membuat sebagian otak tersayat. Gak tanggung-tanggung. Aku lihat sekilas berkas yang ada di tangan. Tebalnya seperti kamus Bahasa Inggris. 

Saat membaca halaman pertama aku terkesiap. Sales di kantor ini ada sembilan puluh sembilan orang yang terbagi menjadi sembilan divisi. Setiap sales mempunyai area sendiri-sendiri. Membayangkan saja membuat perutku bergejolak. Semangat Shera, kamu pasti bisa.

Kulangkahkan kaki secara perlahan menuju ruang kerja. Semangat yang datang menggebu seolah-olah ditelan bumi. Lemas, membayangkan laporan yang akan selesai entah kapan. Namun, harus dikerjakan dalam waktu singkat.

"Dor! Pagi-pagi udah lemes aja," sapa seseorang dari bilik meja kerja.

"Kamu lagi, kamu lagi. Gak bosan apa gangguin orang yang lagi asyik."

"Kerja, Neng, bukan malah bengong aja."

"Eh, tapi ngapain kamu di sini? Baru keterima kerja juga?" tanyaku antusias. Berharap jawaban yang diberikan menyejukkan fikiran. Berharap ada seseorang yang datang membantu. Memilah-milah data. Atau paling tidak, ada teman bicara, berbagi suka tanpa duka. Eh ....

"Enggak, aku kesini cuma pengen tau, siapa yang lagi kesambet setan bengong."

"Eh, sialan."

"Kenalin, aku Raka. Kita enggak satu divisi sih. Aku di lantai empat."

"Shera, panggil aja She, dah kenal kan? sekarang mendingan kamu pergi. Eneg tau gak."

Segera ku usir cowok tengil, usil nan dekil dari hadapanku. 

Melirik ke jam tangan. Sudah pukul 09.00. Pantas saja suasana sudah mulai rame. Kulirik secangkir kopi. Kusesap sedikit. Sudah dingin. Terasa pahit di mulut.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status