Share

chapter 5 cuti

Penulis: Shoera_moon
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-01 14:15:52

Matahari pagi menerobos masuk melalui celah tirai, menyinari debu-debu yang berputar di udara. Biasanya, sinar ini akan menjadi alarm alami yang tidak diinginkan bagi Felicity, penanda dimulainya hari baru yang akan diisi dengan tuntutan dan desakan di kepalanya.

Tapi hari ini berbeda.

Hari ini, Felicity membuka mata dan dengan sengaja memalingkan wajahnya ke bantal. Tubuhnya terasa seperti dikeruk hingga habis. Otaknya, yang biasanya sudah berderak dengan ide-ide sejak dia terjaga, terasa kosong dan peka, seperti luka terbuka. Presentasi di istana kemarin bukan hanya menghabiskan tenaganya; itu seperti menguras satu tahun tenaganya hanya untuk satu hari. Bahkan bayangan pertemuan dengan Lysander di taman, yang semestinya menyenangkan, tak mampu mengusir kelelahan mendalam yang menyelimuti seluruh keberadaannya.

Dia mendengar ketukan halus di pintu, diikuti dengan suara Bea yang tenang. "Flick? Sudah bangun?"

"Tidak," gerutnya, suaranya parau, sambil menarik selimut hingga menutupi kepalanya. "Aku memutuskan untuk tidak bangun hari ini. Tolong beri tahu dunia."

Bea membuka pintu dan masuk, membawa nampan dengan semangkuk kaldu ayam hangat dan sepotong roti sederhana, bukan sarapan lengkap yang mewah. Dia melihat gundukan selimut di tempat tidur dan mendengus pelan. Ruangan masih remang-remam, dan Bea dengan hati-hati menutup tirai lebih rapat sebelum mendekati tempat tidur.

"Gundukan selimut itu bilang dia tidak mau diganggu," ucap Bea kepada gundukan itu, suaranya mengandung humor lembut.

"Gundukan selimut ingin dikubur di sini sampai musim semi tahun depan," sahut suara dari dalam selimut, terdengar parau dan letih.

Bea meletakkan nampan di meja samping tempat tidur. Aroma kaldu ayam yang hangat mulai memenuhi ruangan. "Lady Evangeline mengirim pesan. Dia ingin Anda menemani sarapan dan membahas langkah selanjutnya."

"Dia bisa sarapan dengan laporan keuangan dan ambisinya sendiri," balas Felicity, suaranya tertahan. "Aku sedang cuti. Sakit. Sekarat. Pilih salah satu."

Bea tidak memaksa. Sebaliknya, dia dengan lembut duduk di tepi tempat tidur, membuat kasur sedikit amblas. "Aku sudah mengantisipasi ini," bisiknya. "Aku sudah beri tahu seluruh staf rumah bahwa kamu mengalami kelelahan ekstrem dan butuh ketenangan total. Bahkan pelayan lain tidak boleh membersihkan koridor di dekat sini hari ini."

Felicity akhirnya menyibakkan selimut, memperlihatkan wajahnya yang pucat dan lingkaran hitam yang semakin dalam. Rambut pirangnya yang biasanya diatur rapi kini berantakan di atas bantal. "Benarkah?"

Bea mengangguk, matanya penuh perhatian. "Selama seminggu, jika perlu. Aku akan katakan kamu terkena migrain parah akibat kelelahan. Bibimu mungkin tidak percaya, tapi dia tidak bisa memaksa seorang 'jenius' yang sedang sakit." Ada sedikit kelicikan di mata Bea, sebuah ekspresi langka yang hanya diperlihatkannya saat melindungi Felicity.

Rasa lega yang begitu besar menyelimuti Felicity sampai-sampai matanya berkaca-kaca. "Aku berhutang nyawa padamu, Bea."

"Bayar hutangmu dengan minum kaldu ini dan tidur lagi," perintah Bea dengan lembut sambil menyuapkan sendok berisi kaldu hangat ke mulut Felicity. "Dunia tidak akan kiamat jika Felicity Ashworth berhenti sejenak. Biarkan mereka semua menunggu."

Namun ketenangan itu tidak bertahan lama. Ketukan yang lebih keras dan berwibawa terdengar di pintu. Suara Lady Evangeline yang tajam menusuk melalui kayu pintu. "Felicity! Aku tahu kau sudah bangun. Kita perlu segera membahas rencana ke depan setelah kesuksesanmu di istana!"

Felicity dan Bea saling memandang dengan panik. Dalam bayangan Felicity, sudah terlihat serangkaian pertemuan tak berujung, permintaan baru, dan desakan yang akan menghancurkan sisa tenaganya.

Dengan gerakan cepat, Bea berdiri dan mengatur wajahnya menjadi ekspresi netral yang sempurna. Dia membuka pintu selebar celah, cukup untuk berbicara tanpa mengizinkan siapa pun masuk. "Lady Evangeline," ucapnya dengan hormat tapi tegas, "Lady Felicity mengalami migrain yang sangat parah. Dokter melarangnya dari segala bentuk kegaduhan atau stres setidaknya untuk seminggu ke depan. Dia bahkan tidak bisa mentolerir cahaya."

"Dia baik-baik saja kemarin!" bantah Evangeline dengan nada tidak percaya, mencoba mengintip melalui celah pintu.

"Kemarin dia mengandalkan adrenalin, Nyonya. Sekarang harganya harus dibayar," jawab Bea tanpa ragu, dengan sengaja menghalangi pandangan Evangeline. "Memaksanya hanya akan memperburuk keadaannya. Apakah Yang Mulia Raja akan senang jika asset berharganya jatuh sakit berkepanjangan karena dipaksa bekerja?"

Diam sejenak. Bea telah memainkan kartu yang tepat. Evangeline mendesis kesal, "Baiklah. Tapi pastikan dia sembuh tepat waktu. Kerajaan tidak akan menunggu selamanya. Dan Theron Blackwood sudah menawarkan investasi besar-besaran untuk proyek Felicity berikutnya."

Begitu langkah kaki Evangeline menjauh, Bea mengunci pintu dengan mantap dan kembali ke tempat tidur. Felicity menarik napas lega yang dalam, tubuhnya bergetar karena campuran rasa kaget dan kelegaan.

"Kau benar-benar pahlawan," pujinya pada Bea dengan suara bergetar.

"Bukan pahlawan," bantah Bea sambil merapikan selimut Felicity. "Hanya seorang pelayan yang tahu bahwa majikannya lebih berguna ketika dia tidak seperti mayat hidup." Sarkasme lembut dalam nada Bea membuat Felicity tersenyum kecil untuk pertama kalinya hari itu.

Felicity perlahan meminum kaldu hangat itu, rasanya seperti kehangatan yang menyebar ke seluruh tubuhnya yang dingin. Setiap tegukan terasa seperti mengembalikan sedikit kehidupan padanya. Dia membenamkan dirinya kembali ke bantal, mengetahui bahwa untuk beberapa hari ke depan, tidak akan ada blueprint yang harus diselesaikan, tidak ada pertemuan yang menguras tenaga, tidak ada tuntutan dari siapa pun. Hanya dirinya, kasurnya yang nyaman, dan perlindungan setia Bea.

Dia menutup matanya, dan untuk pertama kalinya dalam waktu yang sangat lama, dia tertidur bukan karena kelelahan total, tetapi karena perasaan aman yang diciptakan oleh sahabatnya. Minggu "penyakit"-nya telah dimulai, dan itu adalah resep terbaik yang pernah dia terima dalam hidupnya yang penuh tekanan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Insinyur Termalas Dari Dunia Lain   chapter 8 Kehadiran-NYA

    Setelah bermain di taman dengan Rowan, keringat membasahi pelipis Felicity dan sedikit noda tanah menghiasi ujung gaun sederhananya. Dengan tubuh yang lelah namun hati yang ringan, dia bergegas menuju kamar pribadinya.Mereka memasuki kamar mandi pribadi Felicity, yang merupakan salah satu 'proyek' pertamanya yang berhasil diwujudkan. Ruangan ini adalah oasis modern di tengah dunia kuno. Ubin putih bersih, keran kuningan yang mengalirkan air—baik dingin maupun hangat yang dialirkan dari tangki pemanas di loteng—dan yang paling penting, toilet dengan sistem pembuangan yang efisien.Saat dia berendam di bak mandi, membiarkan air hangat melumerkan ketegangan di pundaknya, pikirannya kembali melayang kepada pertemuan mengerikan dengan The Grey Gentleman. Dia teringat dengan jelas saat itu—baru saja turun dari kereta kuda, hendak menaiki tangga besar menuju istana.Dan di sana, di tengah-tengah keramaian dan kemewahan istana, dia berdiri. Di atas tangga besar,

  • Insinyur Termalas Dari Dunia Lain   chapter 7 Tamu

    Sinar mentari musim semi yang keemasan menyapu hamparan rumput hijau di taman kediaman Ashworth, menerangi sebuah pemandangan yang jarang terlihat. Di tengah taman, Felicity Ashworth berlari-lari dengan gaun sederhananya yang berkibar ditiup angin, mengejar seorang anak laki-laki berusia sepuluh tahun—Rowan, putra dari kepala tukang kebun. Tawa lepasnya bergema di udara, begitu bebas dan riang, sangat kontras dengan kesan sang "jenius terkutuk" yang melekat padanya. "Tangkapi aku, Rowan!" teriak Felicity, wajahnya bersinar bahagia saat anak itu berhasil menangkapnya dengan pelukan erat. Mereka berdua terjatuh di atas hamparan bunga dandelion, tertawa terbahak-bahak tanpa beban. Beatrice Croft, yang duduk di bangku taman tak jauh dari mereka, tak bisa menyembunyikan senyum lembut di bibirnya. Pelayan setia itu dengan hati-hati menyiapkan lemonade dan roti lapis—sebuah suguhan sederhana yang disukai Felicity. Matanya yang biasanya penuh kehawatiran kini b

  • Insinyur Termalas Dari Dunia Lain   chapter 6 siluet bunga

    Ketenangan itu terasa nyata, hampir seperti mimpi. Setelah berhasil lolos dari kewajiban sosial selama satu hari penuh, Felicity merasa sedikit lebih berani. Bea, dengan efisiensi seorang jenderal yang melindungi bentengnya, telah berhasil menangkis semua upaya bibinya untuk mengganggu. Hari ini, Felicity tidak ingin sekadar bersembunyi di balik tirai kamarnya. Dia butuh sesuatu yang lebih. Dia butuh langit. Dengan novel yang dibawanya—lebih sebagai tameng dari dunia daripada untuk dibaca—dia menyelinap ke taman belakang. Di bawah naungan pohon oak besar yang daunnya berbisik lembut ditiup angin, dia menemukan tempat yang sempurna. Rumputnya lembut dan bersih, dirawat dengan sempurna oleh tangan-tangan yang dia tahu pemiliknya. Dia berbaring, meletakkan novelnya terbuka di atas wajahnya, menghalangi cahaya matahari yang terlalu cerah untuk suasana hatinya yang ingin merana. Aroma tanah dan bunga memenuhi indranya. Desiran angin sepoi-sepo

  • Insinyur Termalas Dari Dunia Lain   chapter 5 cuti

    Matahari pagi menerobos masuk melalui celah tirai, menyinari debu-debu yang berputar di udara. Biasanya, sinar ini akan menjadi alarm alami yang tidak diinginkan bagi Felicity, penanda dimulainya hari baru yang akan diisi dengan tuntutan dan desakan di kepalanya.Tapi hari ini berbeda.Hari ini, Felicity membuka mata dan dengan sengaja memalingkan wajahnya ke bantal. Tubuhnya terasa seperti dikeruk hingga habis. Otaknya, yang biasanya sudah berderak dengan ide-ide sejak dia terjaga, terasa kosong dan peka, seperti luka terbuka. Presentasi di istana kemarin bukan hanya menghabiskan tenaganya; itu seperti menguras satu tahun tenaganya hanya untuk satu hari. Bahkan bayangan pertemuan dengan Lysander di taman, yang semestinya menyenangkan, tak mampu mengusir kelelahan mendalam yang menyelimuti seluruh keberadaannya.Dia mendengar ketukan halus di pintu, diikuti dengan suara Bea yang tenang. "Flick? Sudah bangun?""Tidak," gerutnya, suaranya parau, sam

  • Insinyur Termalas Dari Dunia Lain   chapter 4 perjodohan

    -Ruang Kerja Raja-Beberapa jam kemudian, Lady Evangeline memasuki ruang kerja raja dengan langkah anggun."Yang Mulia, semoga saya tidak mengganggu.""Tidak sama sekali," jawab Raja Edmund. "Saya sedang memikirkan keponakan perempuan Anda yang luar biasa.""Sebagai walinya, kekhawatiran saya sering mengalahkan kebanggaan," ujar Evangeline dengan senyum tipis. "Felicity adalah jiwa yang spesial. Jeniusnya datang dengan kepekaan yang luar biasa. Dia mudah kewalahan."Dia maju sedikit, suaranya lebih intim. "Hari ini, saya melihat sesuatu yang memberi harapan. Saya melihat bagaimana Lord Lysander memperhatikannya. Bukan sebagai jenius, tapi sebagai wanita."Raja Edmund terlihat tertarik. "Lysander?""Ya, Yang Mulia." Evangeline tersenyum penuh perhitungan. "Bukankah menarik? Persatuan antara House Ashworth dan kerajaan. Felicity akan mendapat pelindung seumur hidup. Dan bakatnya tetap dalam pelukan kerajaan."Dia

  • Insinyur Termalas Dari Dunia Lain   chapter 3 Menghadap Raja

    Setelah badai di ruang pertemuan reda, keheningan menyelimuti koridor istana saat Felicity dipandu Lysander berjalan menuju ruang singgasana. Getaran kemarahan yang membawanya melalui presentasi mulai mereda, digantikan kelelahan yang terasa seperti beban di tulangnya.Lysander melemparkan pandangan khawatir. "Tadi... Anda luar biasa," bisiknya. "Saya belum pernah melihat Profesor Sterling terdiam seperti itu."Felicity mengangguk lemah. "Mereka hanya membutuhkan data, bukan kata-kata kosong." Yang tak diucapkannya adalah bahwa setiap kata terasa menyedot sedikit nyawanya.Saat pintu terbuka, Raja Edmund duduk di singgasananya. Yang mengejutkan, di sampingnya berdiri Lady Evangeline. Bibinya yang ternyata menyusul tersenyum puas, tapi matanya menyampaikan pesan jelas: Jangan gagal."Lady Felicity Ashworth," sambut Raja Edmund. "Profesor Sterling mengirim pesan bahwa kami telah menyaksikan kelahiran seorang jenius."Felicity membungkuk ren

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status