Share

Into You
Into You
Penulis: elevenmidnight

BAB 1. Deal!

“Ayo semuanya lari! Enggak ada yang jalan ya! Lari semuanya lari!” teriak para senior, dengan pakaian serba hitam dilengkapi pita merah yang terikat di lengan mereka, sudah berdiri di ambang pintu gerbang kampus. Ini adalah hari pertamaku menginjakkan kaki di kampus yang akan menjadi almamaterku kelak. Tentu saja sebagai mahasiswa baru yang sedang dalam masa orientasi. Kami menggunakan kemeja putih dengan bawahan hitam dan tak lupa dengan beragam aksesoris yang sudah ditentukan oleh panitia masa orientasi, yang sejujurnya membuatku risih. Aku berlari melewati para senior galak yang terus berteriak. Entah mereka benar-benar galak atau berusaha memunculkan kesan galak. Hanya mereka dan teman-temannya yang tahu.

Setelah berlari mengikuti rombongan mahasiswa baru, tanpa sadar aku sampai di sebuah danau. Danau tersebut terletak di tengah area kampus. Semua murid baru yang sedang dalam masa orientasi duduk di pelataran danau, termasuk aku. Pagi ini sangat cerah dengan awan putih bersih yang bergantung pada birunya langit. Sebuah mahakarya, pikirku. Hembusan angin pagi yang seolah bercengkrama dengan rumput dan daun-daun yang bergoyang. Sungguh permulaan yang baik untuk memulai masa orientasi.

Surprise! lo nyangka ga kita bakal satu kelompok?” Radit mengagetkanku dengan tepukan pelannya di pundakku. Raditya Abimanyu, sesuai namanya yang merupakan arti dari matahari yang tak kenal takut, ia benar-benar bersinar dan merupakan manusia tidak kenal takut. Selama masa hidupnya, ia tidak pernah luput dari pusat perhatian. Disukai banyak wanita karena sifatnya yang periang dan humble. Ia juga tidak akan segan untuk mengemukakan pendapatnya walaupun akan dibenci sebagian orang. “Cukup lo aja Ras yang percaya sama gue. Gue ga peduli yang lain,” begitu katanya saat ku tanya apakah ia takut semua orang akan membencinya.

Aku dan Radit tumbuh besar bersama. Kami sudah seperti saudara kandung yang mengetahui kelemahan dan kelebihan masing-masing. Kelahiran kami hanya berjeda satu bulan dan orang tua kami juga bersahabat dekat. Raditya Abimanyu, satu-satunya sahabat dekatku, satu-satunya saudara yang kupunya, dan satu-satunya teman sebaya yang sangat aku percaya.

“Dit, ini baru hari pertama ya. Bisa-bisanya lo telat setengah jam. Gimana lo bisa lolos dari senior-senior galak di gerbang?” tanyaku. Radit yang aku serang dengan pertanyaan tiba-tiba cuma haha-hihi menunjukkan gigi taringnya yang mencuat menggemaskan.

“Lo tau kan, Ras. Enggak ada yang bisa tahan sama pesona gue. Gue dibiarin masuk aja tuh tadi. Untungnya di depan cuma ada senior cewek sih, jadi gue selamat,” celetuknya enteng. Aku menepuk jidatku. Bisa-bisanya aku lupa kalau anak ini punya pesona luar biasa. Mata besar double-eyelid dengan warna cokelat almond, kulit sawo matang, badan atletis dengan tinggi 175cm, dan gigi taring yang selalu muncul saat dia tersenyum. Aku harus mengakui bahwa Radit mempunyai banyak daya tarik.

Para senior sedang menjelaskan apa saja yang akan kami lakukan untuk masa orientasi selama 4 hari ke depan. Namun, pandanganku tertuju pada satu ciptaan Tuhan. Ciptaan yang paling sempurna dari segala yang sempurna.

“Oy! lihat apa sih, Ras?” senggol Radit yang tidak membiarkanku melihat sebuah kesempurnaan. 

“Ya ampun, Ras. Gue tau lo cepet banget suka sama orang, tapi liat keadaan dong. Lagi ospek nih! sempet-sempetnya ya," protes Radit yang tentu saja tidak aku dengarkan.

“Dit, lo tau dia siapa enggak? feeling gue nih, dia bukan manusia deh. Mana ada manusia se-sempurna itu,” pujaku sambil menatap sang ciptaan Tuhan dengan mata yang enggan untuk berkedip.

“Oke, cukup sampai disitu young lady atau gue bakal mual seharian gara-gara denger kalimat pujian lo," ujar Radit sambil mengusak rambutku. 

Aku masih bertanya-tanya. Bagaimana bisa Tuhan menciptakan pahatan sempurna tanpa celah? Senior tampan dengan kulit sawo matang eksotis, tubuh atletis dengan tinggi yang menjulang, pemilik mata hitam legam yang siap membuat siapapun bertekuk lutut, rambut sebahu yang diikat ke belakang dengan menyisakan beberapa helai rambut di depan, rahang tegas bak pahatan patung era yunani, pemilik aroma citrus dan vanilla yang lembut tak terlupakan. Siapa yang bisa menolak pesonanya? Aku berani taruhan, bahkan Radit sekalipun tidak akan mampu menentang sang senior tampan.

Sang senior tampan, yang berdasarkan analasisku adalah anak dokumentasi, memainkan kameranya dengan sebatang rokok menyala yang diapit oleh jari tangan sebelah kiri. Menggunakan oversize-hoodie hitam, pita merah di lengan sebelah kanan, celana jeans hitam, dan sepatu vans old skool classic yang mencuri perhatianku. Pasalnya, aku sangat menyukai sepatu vans, terutama tipe old skool. Bahkan, aku mempunyai satu rak khusus untuk tipe old skool saja. Oke, aku menemukan hal yang sama-sama kami sukai.

Aku menatap sekeliling, tidak ada satupun senior yang merokok kecuali dia. Salah satu senior laki-laki, yang sepertinya merupakan juniornya, perlahan mendekati dan membisikkan sesuatu padanya. Aku tidak tahu persis apa yang ia bisikkan. Tapi, sang senior tampan tampak kesal dan dengan cepat mengayunkan tangannya dengan cepat sebagai isyarat menyuruh sang junior pergi dari hadapannya. Sang junior pun dengan cepat menjauh dari orang yang sudah jelas tidak ingin dunianya diganggu.

Sang senior tampan mengarahkan kameranya ke arah langit dan aku secara otomatis mengikuti kemana lensanya bergerak. Langit biru yang aku puja sebagai mahakarya pagi ini benar-benar menciptakan mahakarya lain dengan awan putih yang bernaung dengan indah. Sang awan putih seolah membentuk prajurit untuk merebut posisi langit biru yang menyelimuti bumi. Benar-benar terbagi dua kubu pagi itu. Langit sebelah kiri adalah tim langit biru dan sebelah kanan adalah tim awan putih. Hmm, sepertinya sang senior tampan menyukai hal unik. Karena aku beberapa kali memergokinya mengambil gambar dua kubu yang seolah sedang berseteru di langit.

“Kalau gue bisa dapetin nama senior itu, lo bisa kasih gue apa, Ras?” celetuk Radit membuyarkan lamunanku. Raditya Abimanyu, si pengorek data. Dia bisa mendapatkan apa saja tentang sesuatu atau seseorang dengan cepat melalui koneksinya yang tidak terhitung banyaknya.

“Dit, ayolah. Sama sahabat sendiri kok perhitungan.”

“Saraswati Mahiswara, di dunia ini ga ada yang gratis ya.”

“Sushi di depan kampus? Terkenal enak tuh. Lo bisa makan sepuasnya deh enggak akan gue cegah, gimana?” tawarku yang tak perlu waktu lama langsung disetujui oleh sang penawar kesepakatan.

“Deal!”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
nice opening cant wait to read the next chapter.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status