共有

Chapter 10

作者: Aaysh
last update 最終更新日: 2024-01-21 14:38:10

Tanpa mempedulikan rasa penasaran alasan mengapa Dara bisa sampai di rumah sakit dan kaki pincang nya. Ardi segera berdiri membantu membawa Dara untuk duduk.

"Untung ada Ibu disini. Saya harus menyampaikan ini kepada Bapak Ibu berdua, agar mengetahui tindakan apa yang harus Bapak Ibu lakukan untuk si bayi." Ujar Dokter.

"Ketika tangisan bayi berlangsung lama dan berlebihan, terdapat fakta bahwa tubuh dan otak mereka dibanjiri oleh hormon stres adrenalin dan kortisol yang tentu hal itu dapat merusak otak bayi."

"Sebaiknya bapak memang banyak belajar untuk memahami perasaan anak bapak dan menggunakan insting serta lakukan apa yang menjadi ke inginkan nya."

"Dan menangis itu adalah cara bayi berkomunikasi untuk mengutarakan keinginan mereka. Alasannya bermacam-macam mulai dari bayi merasa lapar, badannya ada yang sakit atau karena faktor kesepian dan kerinduan." Penjelasan Dokter tertangkap baik oleh indra pendengar Ardi.

"Dan setelah di periksa saya tidak menemukan bahwa bayi bapak badannya sakit atau lapar. Itu kemungkinannya karena rindu atau menunggu kehadiran seseorang." Ardi perlahan mencerna satu per satu kalimat yang di lontarkan dokter wanita di hadapannya.

Dara melirik reaksi Ardi setelah Dokter menjelaskan dengan sedikit kesalahpahaman nya. Tapi pria itu bersikap biasa saja dan hanya fokus mendengarkan penyampaian dokter.

"Terima kasih Dok, kalau begitu kami pergi dulu." Ardi keluar dari posisinya dan mendekat pada sisi kanan Dara untuk membantunya berdiri.

"Aku bisa sendiri kak." tolak Dara berusaha untuk bisa melangkahkan kakinya. Sedangkan Arya menurut saja karena ia harus membawa Nadira ke dalam gendongannya.

Pintu ruangan Dokter di tutup, Ardi memperhatikan jalan Dara yang terpincang pincang. Ia yakin sebab dari cedera kaki Dara pasti karena dirinya, saat dia hari yang lalu membiarkan Dara pulang sendiri dengan kondisi yang lemah dan bingung.

"Maafkan saya." Ucap Ardi tiba tiba.

Dara mengangkat wajahnya memfokuskan matanya kepada Nadira, tidak ingin melihat Ardi, "Kak Ardi nggak ngelakuin hal yang salah."

Melihat sorot mata Dara yang jatuh pada Nadira, Ardi bisa melihat kerinduan dan kecemasan yang di rasakan Dara pada anaknya.

"Kembalilah ke rumah saya dengan Nadira. Kamu bisa merawatnya kembali?" Lontar Ardi kemudian, membuat Dara langsung mengalihkan pandangannya dari Nadira.

"Maaf kak. Sebaiknya kakak segera menemukan babysitter lain untuk Nadira. Ibu Kak Ardi benar, tidak seharusnya saya di rumah itu. Dan lihat kaki saya sakit bahkan sudah cedera." Tolak Dara sambil memperlihatkan kruk nya.

"Saya mohon, demi Nadira. Dia sangat butuh kamu dan saya tidak akan mencari babysitter lain untuk Nadira. Saya hanya butuh bantuan kamu. Dan tentang kaki kamu saya tahu cedera nya terjadi karena saya untuk itu biarkan saya bertanggung jawab akan hal itu juga." Ardi dengan nada suara lembut nya membujuk Dara. Dia sudah memutuskan, ia tidak punya pilihan sekarang selain menikahi Dara untuk Nadira. Ia tidak bisa membiarkan bayi kecil nya itu terus menderita.

Dara diam, ia tidak sanggup. Apa yang harus di lakukannya. Melihat kejadian yang menimpa bayi mungil kecil itu hari ini membuatnya

Kebingungan.

"Aku sudah bilang, saya nggak apa apa kak. Saya bisa pulang dengan teman saya." Dara tetap kekeuh menolak untuk ikut.

"Tolong dengarkan dulu. Biarkan saya bicara dengan mu. kita harus menemukan jalan keluar dari masalah ini. Saya tau kamu juga sangat menyayangi Nadira. Untuk itu saya mohon, harus kamu yang rawat Nadira." Mendengar ucapan Ardi, lagi lagi Dara membelenggu.

"Maksud Kak Ardi?" Dara mengernyitkan kening. Satu pertanyaan besar terlintas di kepalanya. Apakah Kak Ardi malah mengikuti perkataan Ibu nya untuk menikahinya.

"Biarkan saya menikah denganmu." Ungkap Ardi. Dara langsung membeku. Seperti dugaannya.

Meskipun Dara memang sangat menyayangi Nadira, akan tetapi bukan berati Dara harus menikah dengan kakak iparnya. Dia tidak setuju jika harus menggantikan posisi Mira. Bagaimana bisa ia setega itu pada mendiang kakaknya. Seolah olah ia memanfaatkan kesempatan ini untuk merebut posisi kakaknya di keluarga kecil nya.

"Maaf kak. Saya tidak bisa. Jangan menyusahkan diri kakak. Temukan saja babysitter untuk menjaga Nadira segera. Dia pasti akan tenang seperti aku menjaganya." Usul Dara.

"Saya mohon, demi Nadira. Saya tidak bisa menemukan babysitter dan saya yakin Mira pasti sudah menitipkan Nadira padamu." Ungkap Ardi jujur, namun keyakinan tanpa bukti nyata mungkin akan sulit di percayai.

"Tidak kak. Saya tetap nggak bisa. Kak Ardi menyerah saja. Saya minta maaf telah datang dan membuat Kak Ardi telah berharap pada saya." Dara berusaha melangkah kaki setelah menunggu nunggu Winda yang tidak muncul muncul sejak ia dan Ardi keluar dari ruangan Dokter.

"Dara saya mohon." Pinta Ardi lagi. Namun Dara sudah memilih untuk pergi daripada mendengar nya lagi setelah ia menyempatkan memperhatikan Nadira yang masih tidur di gendongan Ardi.

Winda yang sejak awal bersembunyi sengaja membiarkan Dara dan Ardi bicara keluar dari tempat nya. Dengan langkah kaki sedikit berlari ia mencapai Dara dan membawanya pergi dari jangkauan Ardi.

Ardi hanya menatap kepergian dan penolakan Dara. Netra mata nya jatuh kepada Nadira yang masih tidur. Solusi yang bisa ia ambil sekarang, Terpaksa ia harus mencari seseorang untuk menjaga Nadira. Setidaknya untuk membuktikan siapa yang di ingin bayi nya ini kepada Ibu nya dan Dara. Ia harus benar benar membujuk adik dari mendiang istrinya itu untuk Nadira.

Segera Ardi melangkahkan kaki keluar dari rumah sakit dan meraih ponsel nya ketika ia masuk ke dalam mobilnya. Sambil melirik bayi nya yang sudah berada di keranjang bayi di sampingnya, Ardi menempelkan ponsel ke telinganya.

"Mama, bisa mencarikan aku Babysitter. Aku akan menunggu di rumah." Ujar Ardi lalu mematikan ponsel saat Ibu Fani menyetujuinya.

Seorang babysitter dengan kisaran umur lima puluh tahun ke atas telah bekerja sore itu, cukup telaten dan cukup baik. Entah apakah Ardi salah sangka dengan orang di luaran sana. Namun tidak ada salah nya untuk hati hati. Ardi beranjak dari tempatnya setelah mengamati Nadira berasa di dekapan orang lain.

Nama wanita tua itu adalah Ibu Tia. Dia adalah salah satu kenalan Ibu Fina di kampung halamannya. Ibu Fina sendiri memilih secara khusus Ibu Tia karena Ardi yang merasa tidak bisa mempercayai orang orang di luar sana.

Ibu Tia awalnya menolak tawaran kerja Ibu Fina karena ia sendiri ingin menjaga anak bungsunya yang sedang hamil muda di saat suaminya bekerja di luar daerah. Ia pun menerima tawaran Ibu Fina karena Ibu dari Ardi itu meminta padanya untuk bekerja hanya sebulan saja.

Setelah dua hari bekerja, Ibu Tia yang bekerja menjadi babysitter Nadira itu menghampiri Ardi yang baru pulang dari kantor sore itu.

'"Gini loh Nak, Saya nggak bermaksud menggurui kamu.Tapi alangkah baiknya kamu mempertemukan bayi kamu dengan Ibunya, kasihan dia. Yang punya perasaan itu bukan hanya kita orang dewasa tapi bayi juga. Bayi kamu pasti sedang merindukan Ibu nya. Saya kasihan kalau ada sesuatu hal yang buruk terjadi sama bayi kamu." Saran wanita tua itu.

"Istri saya baru saja meninggal Bu." Kata Ardi

"Oh saya minta maaf. Saya tidak tau." Sahut wanita tua itu merasa bersalah.

"Tidak apa apa bu." Pikiran Ardi melayang pada interaksi Dara dan Nadira sebelumnya.

"Maka kamu pasti akan kesulitan." Wanita tua itu turut prihatin dengan kesulitan Ardi.

"Tapi apakah Ibu bisa membantu saya? Saya harus meyakinkan seseorang." Pinta Ardi meminta bantuan dari wanita tua itu.

"Jadi sebelum Ibu datang menjaga anak saya sudah ada seseorang, adik dari mendiang istri saya merawat Nadira. Dan semuanya berjalan baik, Anak saya tenang saat berada dalam dekapannya." Imbuh Ardi

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Iparku Suamiku   Chapter 29

    Dara membeku di tempat, mata nya melebar menatap meja. ia bahkan tidak mampu menjawab Reno atau sekedar mengangguk saja.Gadis itu tercekat. Dari ujung mata nya, Dara bisa tahu bahwa Ardi saat ini sedang menatap pada nya. Reaksi apa yang harus ia lakukan sekarang.Dengan susah payah, Dara menelan ludah. Sebenarnya, ia harus nya senang dengan hal ini. Dengan begitu, ia tidak perlu repot repot meyakinkan Ardi bahwa ke depannya di antara mereka tidak akan ada yang terjadi. Namun perasaan nya malah terasa ganjil.Dara asumsikan lagi bahwa ini karena dia adalah seorang istri dari Ardi. Rasa bersalah untuk status mereka saat ini, dan juga karena Ardi yang berinisiatif untuk memperbaiki pernikahan ini. Mungkin karena itu. "Aku akan ke kamar." ujar Ardi.Akhir nya Ardi bersuara dan beranjak dari duduk nya. Di saat itulah baru Dara berani bergerak dan menoleh kepada Ardi yang sudah pergi meninggalkannya di ruang tamu."Iya kak." sahut Dara lirih, namun tidak di dengar oleh Ardi karena pria it

  • Iparku Suamiku   Chapter 28

    "Tanganku lemah" Ardi bersuara dan melanjutkan lagi menutup mata nya.Tubuh Ardi saat ini memang begitu panas, rasanya ia malas untuk bangkit dari posisi tidurannya.Karena masih ada Nadira dalam dekapannya, Dara kemudian menarik kursi dengan tangan lainnya lalu meletakan mangkuk bubur di sana.Dara duduk di tepi ranjang dan mulai mengambil bubur sesendok lalu mendinginkan nya. "Kak Ardi." panggil Dara lagi, Ardi pun kembali membuka mata nya.Selesai menyuapi Ardi dan memberi obat kepada nya, Dara tetap berada di dalam kamar untuk menjaga pria yang sedang sakit itu sampai dirinya oun jatuh tertidur. Hingga ia tidak sadar jam sudah mulai menunjukan jam sebelas lewat. Pantas saja perut nya mulai bergemuruh.Dara bangkit dari duduk nya, sejak tadi ia bahkan tidak memindahkan Nadira dari pangkuan nya ke ranjang kecilnya. Hingga ia rasakan lengan nya menjadi begitu kaki dan kaki yang keram.Mata Dara tidak sengaja menangkap Ardi di tempat tidur yang sedang menatap nya."Aku sudah memesan

  • Iparku Suamiku   Chapter 27

    "Aku nggak bisa. Aku juga masih cinta sama Reno, dia bahkan rela menunggu aku." urai Dara.Winda diam, kenyataan tentang Reno masih terus mencintai Dara membuat nya bungkam. Ia tidak bisa menyela hal itu. Tapi tetap saja, ia tidak ingin Dara berpisah dengan Ardi. Entah apa yang terjadi, Winda lebih memilih Dara bersama Ardi daripada Reno. Terlebih lagi keduanya sudah menikah."Sudahlah. Jangan di bahas lagi. Kita bahas tentang kamu saja."Sore itu terlewat dengan Dara dan Winda yang terus bercanda, keduanya terus menerus tertawa sampai tidak sadar akan keberadaan Ardi di dalam rumah.Usai mengantar Winda keluar, Dara masuk ke dalam kamar nya dan Ardi. Mata gadis itu tiba tiba melotot saat melihat Ardi yang sedang bertelanjang dada.Aura maskulin Ardi terpancar, rambut hitam basah yang berserakan di dahi begitu menonjol. Pundak yang lebar dan lengan yang berotot terlihat seperti hasil pahatan. Mulut yang sedikit terbuka dan mata sorot mata yang tegas jatuh kepada Dara.Dara yang menyaks

  • Iparku Suamiku   Chapter 26

    Dara melirik keluar jendela, sudah malam hari akan tetapi Ardi belum pulang juga ke rumah. Gadis itu cepat menggeleng dan pergi, ia berusaha untuk tidak peduli dengan apa yang di lakukan pria itu di luar sana.Baru saja mengayunkan kaki lima langkah, suara mobil Ardi terdengar memasuki halaman rumah. Dara bersikap tidak peduli dan tetap melanjutkan langkah kaki nya ke kamar Nadira.Saat membuka pintu, Dara melihat ponsel nya berdering. Gadis itu segera meraih ponsel nya dan melihat nama Winda tertera di sana.Buru buru Dara mengusap layar ponsel nya ke atas dan menempelkan benda pipih itu ke telinga kanannya. "Halo Win, ada apa?" Sapa Dara begitu sambungan telepon terhubung. "Kamu sibuk nggak besok sore. Aku kangen kamu. Aku datang ke rumah kamu ya. Tadi aku juga udah bilang sama kak Ardi." sahut Winda."Kamu ketemu dia?" tanya Dara saat Winda menyebut nama Ardi. "Iya, tadi sore aku nggak sengaja lihat dia di restoran. Aku kira dia lagi sama kamu." suara Winda terdengar di telepon

  • Iparku Suamiku   Chapter 25

    Tidak ada gunanya berdebat sekarang, apalagi Nadira yang sedang menangis di pangkuan Dara. Ardi mengeluarkan kunci dari saku celana nya dan berjalan menghampiri pintu kamar.Ketika pintu terbuka dengan gerakan cepat Dara langsung keluar dari sana. Ia butuh waktu sendiri dan tidak ingin melihat Ardi dulu.Tangan Ardi terangkat dan spontan memijat pelipis nya yang tidak sakit itu. Ia hanya merasa pusing dengan situasi pernikahannya sekarang.Dara menenangkan Nadira yang masih menangis. Dalam beberapa saat tangis bayi itu berhenti bersamaan dengan Ardi yang juga muncul di sana."Ini. Aku bawa susu Nadira."Ardi meletakan botol susu Nadira yang sudah di buat nya di atas meja dan diam di sana beberapa saat. Dara yang menyadari Ardi belum keluar juga, mengintip dari sudut matanya. Terlihat pria itu bukannya keluar dari kamar dan malah mendekatinya dengan Nadira."Aku ingin mengucapkan selamat tidur pada nya." ujar Ardi sambil mendekatkan tubuh nya untuk mencium dahi Nadira.Melihat tubuh A

  • Iparku Suamiku   Chapter 24

    "Kamu datang." ujar Reno saat melihat Dara sudah berada di hadapannya. Lelaki itu tersenyum puas saat Dara terlihat di sana."Aku nggak bisa lama lama." cicit Dara sambil duduk. "Aku akan memesan." Reno mengedarkan pandangan mencari waitress lalu mengangkat tangannya."Aku sudah makan." sahut Dara jujur. "Kalau gitu, kita jalan. Aku juga belum merasa lapar." Reno berdiri dari duduk nya seraya meraih tangan Dara. "Ayo."Dara mendongak dan mengikut saja. Biarkan saja malam ini ia mengikuti kemauan Reno. Buru buru gadis itu mengeluarkan masker nya dan memakainya. Ia masih teringat dengan perkataan Ardi tentang seseorang yang di kenal nya bisa saja melihat nya dimana saja. Dia ingin menghindari hal itu. Ia tidak mau Ardi tahu bahwa dirinya dan Reno hanya berduaan saja."Kenapa pakai masker?" tanya Reno sambil mengernyit kan kening nya. "Bisa saja udara malam membuat ku flu." ucap Dara bohong. "Sejak kapan?""Jaga jaga saja. Aku tidak mau sakit, apalagi aku harus menjaga seorang bayi.

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status