Share

Iparku Suamiku
Iparku Suamiku
Author: Aaysh

Chapter 1

Author: Aaysh
last update Last Updated: 2024-01-10 10:50:48

Kabar duka datang dari rumah. Baru saja keluar dari ruangan Dosen setelah melakukan Ujian Skripsi, Dara tiba tiba mendapat panggilan telfon dari Ardi. Kakak iparnya. Ia mengabarkan bahwa Mira baru saja menghembuskan nafas terakhirnya saat melahirkan bayi pertamanya.

Bak disambar petir di siang bolong. Dara seakan tidak percaya dengan kabar yang baru saja di dengarnya. Rasa lemah dalam sekejap menggerogoti tubuhnya. Ia merosot hampir jatuh ke lantai jika saja sahabatnya tidak menahannya.

"Dar, kamu nggak apa apa kan?" Tanya Winda saat melihat ekspresi wajah Dara berubah total saat setelah menerima telfon.

"Kak Mira, Kak Mira pergi."

Dara merasakan ia tidak bisa lagi memijak kan kakinya. Rasanya ia benar benar tidak mampu lagi berdiri sekarang. Kakaknya yang dilihatnya masih tertawa ria tadi pagi kini mendatangkan kabar duka yang begitu mendalam.

Sekejap kesadaran Dara terbangun, ia segera berlari ingin memastikan kabar yang di dengarkan. Ia tidak percaya. Tidak akan percaya jika tidak melihat dengan mata kepalanya sendiri. Dara tersenyum getir. Berharap semua adalah kebohongan. Berharap semua adalah keisengan semata. Berharap bahwa ia salah dengar.

Winda sama halnya dengan Dara, ia mengikuti langkah sahabatnya, bergegas keluar dari kampus lalu menyetop taksi di sana. Ia terus memperhatikan wajah Dara, tidak ingin terjadi apa apa sama sahabatnya itu.

Dara dan Winda sampai pada salah satu bangsal rumah sakit. Di sana juga tentu ada Ardi, suami kak Mira dan Ibunya yang sedang meratapi kepergian Mira.

Dara melangkah ragu mendekati orang yang terbaring di ranjang rumah sakit itu, jelas yang terbaring itu adalah kakaknya. Spontan ia menutup mulut. Bulir bulir air matanya kini berjatuhan lebih deras tanpa aba aba. Ia menangis sejadi jadinya memanggil manggil nama Mira.

"Kak Mira!!"

"Kak Mira. Bangun kak!!" Dara terus meraung tanpa henti. Ingin sekali kakaknya itu bangkit dari tidurnya. Mengatakan pada Dara bahwa ia sedang bercanda.

Sama halnya dengan Dara, Ardi juga tidak henti hentinya menangis atas kepergian Mira. Memanggil nama tubuh istrinya yang tidak bernyawa lagi itu.

Kini Ardi, dan Dara harus menerima semuanya, kenyataan Mira tidak akan bangun lagi, Ardi harus Terima itu. Harus ikhlas dengan kenyataan menyesakkan ini.

Kini jasad Mira di bawa oleh petugas rumah sakit. Ardi tidak kuasa. Badannya terjatuh ke lantai, bersimbah dengan berlutut. Ia menangis sejadi jadinya masih susah hati menerima kepergian Mira untuk selamanya.

Ibu Rita dan Winda datang menghampiri Ardi dan Dara yang masih pilu dengan perasaan masing masing. Masih kalut dalam kedukaan dalam hati mereka.

"Ayo lihat bayi kamu." Ibu Rita membantu Ardi untuk berdiri. Ia turut berduka dengan kepergian menantunya itu. Tapi apa yang bisa di buatnya. Ia tidak mungkin menghidupkan kembali Mira. Yang ia lakukan hanyalah bisa menerima dan ikhlas.

Ardi tidak menjawab. Ia hanya mengikuti perkataan Ibu Rita dan segera menghapus air matanya. Segera ia berdiri dan keluar menuju ruang NICU tempat bayinya kini berada.

Ardi memperhatikan wajah anaknya dengan Mira, ia tersenyum pilu. Kebahagian karena kehadiran kehidupan baru sedikit tertutup oleh rasa duka yang mendalam. Ardi menangis lagi, mengasihani anaknya yang selamanya tidak akan melihat wajah ibunya. Mengasihani dirinya yang telah kehilangan wanita yang dicintainya.

"Nak. Maafkan papa ya. Papa gak bisa menyelamatkan Mama kamu, Papa gak bisa membawa Mama kamu kesini." Ardi menyentuh kaca inkubator merasakan seolah olah sedang menyentuh pipi anaknya.

"Maafkan papa." Ardi menangis lagi, membiarkan kepiluan hatinya tumpah. Terus dan menerus. Sebentar sebentar kesadarannya kembali untuk menguatkan dirinya.

Setelah Ardi keluar, tidak lama Dara juga muncul di ruangan NICU. Menengok keponakannya yang masih dalam Inkubator, menengok bayi yang akan tumbuh tanpa Ibu itu.

Senyum getir tampak di wajah Dara memperhatikan bayi yang lucu di depannya kini. Dara menulusuri lagi wajah bayi itu. Ia terlihat lebih mirip dengan wajah Mira.

"Kamu yang kuat ya. Maafkan Bibi yang tidak sempat menemani mama kamu. Maafkan Bibi." Dara menatap sendu bayi itu.

"Bibi janji, Bibi akan jaga kamu."

Kini Dara tidak punya siapa siapa lagi. Mira adalah satu satunya keluarganya setelah kepergian Ayah Ibu mereka. Tapi kini ia harus menerima kenyataan bahwa kakaknya itu telah pergi juga, meninggalkan seorang bayi mungil di depannya kini. Yang akan menjadi pengganti Mira, sisa keluarganya.

***

Proses pemakaman selesai. Tinggallah Dara seorang diri di sana. Ia masih menangis tersedu sedu di gundukan pemakaman kakaknya. Ia masih berharap bahwa sedang bermimpi buruk. Masih berharap bahwa ini bukanlah kenyataan.

Dara mengangkat badannya, ia merasakan tidak bisa merasakan pergelangan kakinya. Rupanya ia sudah duduk terlalu lama. Dengan langkah keok dan berat hati ia meninggalkan Mira sendiri di sana.

Sedangkan disisi lain, Ardi sudah lebih pulang lebih dulu khawatir dengan anaknya yang masih di rumah sakit. Dengan bantuan ibunya, Ia menjemput anak dengan jenis kelamin perempuan itu dan membawanya pulang ke rumah.

Walaupun hatinya masih pilu, ia harus bangkit karena ada seorang anak yang kini akan menjadi fokus utamanya. Mau tidak mau inilah yang terjadi. Terima tau tidak, ia tidak mungkin membangunkan Mira dari kuburnya. Ia sekarang harus fokus pada anaknya, dia berpikir Mira juga pasti tidak mau ia terus larut dalam kesedihan dan melupakan keadaan anaknya.

"Hai sayang. Sekarang kamu sama papa saja ya." Ucap Ardi kepada anak yang dalam gendongannya itu.

Ardi menelusuri wajah bayinya lalu menyentuh kelopak matanya, benar benar mirip Mira. Diantara rasa suka itu, ada rasa syukur yang terselip di hati Ardi dikala anaknya itu mirip sekali dengan Mira.

Ibu Fina, mama Ardi sedang sibuknya membuatkan susu untuk cucunya. Kehadiran bayi itu setidaknya sedikit mengobati rasa duka di antara keluarga itu. Ibu Fina melirik kepada Ardi yang tidak bisa mengalihkan pandangan dari bayinya.

"Kamu sudah memikirkan nama untuk bayimu?"

"Sudah Ma. Aku dan Mira sudah mempersiapkan nama sebelumnya." Wajah Ardi berubah dikala saat menyebut nama almarhumah istrinya, membuat kenangan itu teringat kembali.

"Kalau kamu mau ganti nggak apa apa."

"Nggak Ma. Nama itu pemberian dari Mira, setidaknya nama itu yang bisa menjadi kenangannya dengan mamanya." Ujar Ardi sambil memutar memorinya saat Mira dengan antusiasnya terus bertanya nama nama yang sesuai dengan keinginannya. Ia menyinggung kan senyum. Miris, kebahagian yang sudah ia impikan dengan Mira setelah kehadiran anaknya sirna begitu saja.

"Nadira Salma." Ujar Ardi menyebut nama Anaknya yang sudah terekam jelas dalam kepalanya saat Mira menyebutnya beberapa kali.

"Cantik sekali namanya. Halo Dira." Ibu Fina meraih tangan mungil dan menggoyang goyangkan kecil, menyapa cucunya itu.

Setelah bermain main dengan cucunya beberapa menit, Ibu Fina melihat ke arah jam tangannya. Sudah terlalu lama ia meninggalkan papa Ardi di rumah. Ia masih ingin bermain dengan Nadira, tapi ia harus urungkan untuk saat ini. Mengingat kaki suaminya sedang lumpuh.

"Oh ya. Ardi. Mama pulang dulu ya. Kasihan papa tidak ada yang jaga. Itu di atas meja Mama sudah tulis takaran susu. Nanti kalau ada yang kamu tidak mengerti, silahkan hubungi Mama." Pesan Ibu Fina langsung menerima anggukan dari Ardi.

"Iya Ma, hati hati. Aku akan berkunjung lain kali."

"Kamu jaga saja Nadira. Mama pergi dulu." Pamitnya Ibu Fina sambil melambaikan tangan sambil melangkah hingga menghilang dari balik pintu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Iparku Suamiku   Chapter 29

    Dara membeku di tempat, mata nya melebar menatap meja. ia bahkan tidak mampu menjawab Reno atau sekedar mengangguk saja.Gadis itu tercekat. Dari ujung mata nya, Dara bisa tahu bahwa Ardi saat ini sedang menatap pada nya. Reaksi apa yang harus ia lakukan sekarang.Dengan susah payah, Dara menelan ludah. Sebenarnya, ia harus nya senang dengan hal ini. Dengan begitu, ia tidak perlu repot repot meyakinkan Ardi bahwa ke depannya di antara mereka tidak akan ada yang terjadi. Namun perasaan nya malah terasa ganjil.Dara asumsikan lagi bahwa ini karena dia adalah seorang istri dari Ardi. Rasa bersalah untuk status mereka saat ini, dan juga karena Ardi yang berinisiatif untuk memperbaiki pernikahan ini. Mungkin karena itu. "Aku akan ke kamar." ujar Ardi.Akhir nya Ardi bersuara dan beranjak dari duduk nya. Di saat itulah baru Dara berani bergerak dan menoleh kepada Ardi yang sudah pergi meninggalkannya di ruang tamu."Iya kak." sahut Dara lirih, namun tidak di dengar oleh Ardi karena pria it

  • Iparku Suamiku   Chapter 28

    "Tanganku lemah" Ardi bersuara dan melanjutkan lagi menutup mata nya.Tubuh Ardi saat ini memang begitu panas, rasanya ia malas untuk bangkit dari posisi tidurannya.Karena masih ada Nadira dalam dekapannya, Dara kemudian menarik kursi dengan tangan lainnya lalu meletakan mangkuk bubur di sana.Dara duduk di tepi ranjang dan mulai mengambil bubur sesendok lalu mendinginkan nya. "Kak Ardi." panggil Dara lagi, Ardi pun kembali membuka mata nya.Selesai menyuapi Ardi dan memberi obat kepada nya, Dara tetap berada di dalam kamar untuk menjaga pria yang sedang sakit itu sampai dirinya oun jatuh tertidur. Hingga ia tidak sadar jam sudah mulai menunjukan jam sebelas lewat. Pantas saja perut nya mulai bergemuruh.Dara bangkit dari duduk nya, sejak tadi ia bahkan tidak memindahkan Nadira dari pangkuan nya ke ranjang kecilnya. Hingga ia rasakan lengan nya menjadi begitu kaki dan kaki yang keram.Mata Dara tidak sengaja menangkap Ardi di tempat tidur yang sedang menatap nya."Aku sudah memesan

  • Iparku Suamiku   Chapter 27

    "Aku nggak bisa. Aku juga masih cinta sama Reno, dia bahkan rela menunggu aku." urai Dara.Winda diam, kenyataan tentang Reno masih terus mencintai Dara membuat nya bungkam. Ia tidak bisa menyela hal itu. Tapi tetap saja, ia tidak ingin Dara berpisah dengan Ardi. Entah apa yang terjadi, Winda lebih memilih Dara bersama Ardi daripada Reno. Terlebih lagi keduanya sudah menikah."Sudahlah. Jangan di bahas lagi. Kita bahas tentang kamu saja."Sore itu terlewat dengan Dara dan Winda yang terus bercanda, keduanya terus menerus tertawa sampai tidak sadar akan keberadaan Ardi di dalam rumah.Usai mengantar Winda keluar, Dara masuk ke dalam kamar nya dan Ardi. Mata gadis itu tiba tiba melotot saat melihat Ardi yang sedang bertelanjang dada.Aura maskulin Ardi terpancar, rambut hitam basah yang berserakan di dahi begitu menonjol. Pundak yang lebar dan lengan yang berotot terlihat seperti hasil pahatan. Mulut yang sedikit terbuka dan mata sorot mata yang tegas jatuh kepada Dara.Dara yang menyaks

  • Iparku Suamiku   Chapter 26

    Dara melirik keluar jendela, sudah malam hari akan tetapi Ardi belum pulang juga ke rumah. Gadis itu cepat menggeleng dan pergi, ia berusaha untuk tidak peduli dengan apa yang di lakukan pria itu di luar sana.Baru saja mengayunkan kaki lima langkah, suara mobil Ardi terdengar memasuki halaman rumah. Dara bersikap tidak peduli dan tetap melanjutkan langkah kaki nya ke kamar Nadira.Saat membuka pintu, Dara melihat ponsel nya berdering. Gadis itu segera meraih ponsel nya dan melihat nama Winda tertera di sana.Buru buru Dara mengusap layar ponsel nya ke atas dan menempelkan benda pipih itu ke telinga kanannya. "Halo Win, ada apa?" Sapa Dara begitu sambungan telepon terhubung. "Kamu sibuk nggak besok sore. Aku kangen kamu. Aku datang ke rumah kamu ya. Tadi aku juga udah bilang sama kak Ardi." sahut Winda."Kamu ketemu dia?" tanya Dara saat Winda menyebut nama Ardi. "Iya, tadi sore aku nggak sengaja lihat dia di restoran. Aku kira dia lagi sama kamu." suara Winda terdengar di telepon

  • Iparku Suamiku   Chapter 25

    Tidak ada gunanya berdebat sekarang, apalagi Nadira yang sedang menangis di pangkuan Dara. Ardi mengeluarkan kunci dari saku celana nya dan berjalan menghampiri pintu kamar.Ketika pintu terbuka dengan gerakan cepat Dara langsung keluar dari sana. Ia butuh waktu sendiri dan tidak ingin melihat Ardi dulu.Tangan Ardi terangkat dan spontan memijat pelipis nya yang tidak sakit itu. Ia hanya merasa pusing dengan situasi pernikahannya sekarang.Dara menenangkan Nadira yang masih menangis. Dalam beberapa saat tangis bayi itu berhenti bersamaan dengan Ardi yang juga muncul di sana."Ini. Aku bawa susu Nadira."Ardi meletakan botol susu Nadira yang sudah di buat nya di atas meja dan diam di sana beberapa saat. Dara yang menyadari Ardi belum keluar juga, mengintip dari sudut matanya. Terlihat pria itu bukannya keluar dari kamar dan malah mendekatinya dengan Nadira."Aku ingin mengucapkan selamat tidur pada nya." ujar Ardi sambil mendekatkan tubuh nya untuk mencium dahi Nadira.Melihat tubuh A

  • Iparku Suamiku   Chapter 24

    "Kamu datang." ujar Reno saat melihat Dara sudah berada di hadapannya. Lelaki itu tersenyum puas saat Dara terlihat di sana."Aku nggak bisa lama lama." cicit Dara sambil duduk. "Aku akan memesan." Reno mengedarkan pandangan mencari waitress lalu mengangkat tangannya."Aku sudah makan." sahut Dara jujur. "Kalau gitu, kita jalan. Aku juga belum merasa lapar." Reno berdiri dari duduk nya seraya meraih tangan Dara. "Ayo."Dara mendongak dan mengikut saja. Biarkan saja malam ini ia mengikuti kemauan Reno. Buru buru gadis itu mengeluarkan masker nya dan memakainya. Ia masih teringat dengan perkataan Ardi tentang seseorang yang di kenal nya bisa saja melihat nya dimana saja. Dia ingin menghindari hal itu. Ia tidak mau Ardi tahu bahwa dirinya dan Reno hanya berduaan saja."Kenapa pakai masker?" tanya Reno sambil mengernyit kan kening nya. "Bisa saja udara malam membuat ku flu." ucap Dara bohong. "Sejak kapan?""Jaga jaga saja. Aku tidak mau sakit, apalagi aku harus menjaga seorang bayi.

  • Iparku Suamiku   Chapter 23

    Pagi itu setelah berangkat nya Ardi ke kantornya, Reno muncul di depan rumah untuk menemui Dara. "Apa yang kamu lakukan disini?" tanya Dara setelah membuka pintu tu dan menemukan Reno sudah berada di depan. "Aku ingin dia tahu, bahwa dia salah. Aku yang harus nya berhak atas kamu. Dia yang merusak hubungan kita, Dara." Reno masih teringat dengan kekesalannya kemarin."Ren, kamu jangan kayak gini." tampak raut khawatir di wajah Dara. Ia takut mungkin saja Ardi tiba tiba kembali atau bisa saja orang lain melihat nya sedang bersama orang lain di rumah suami nya sendiri. Ia tidak ingin kedua nya bertemu kembali. "Nggak, Dara. Biarkan aku bertemu dengan mu seperti ini. Aku melakukan hal ini, karna aku ingin juga mengerti dengan keponakan mu." ucap Reno. "Aku tahu, tapi kamu pergi ya." pinta Dara. "Nggak. Kenapa aku harus melakukannya. Biarkan saja dia melihat. Kenapa kamu membuatku merasa bahwa aku harus bersembunyi?""Maksudku bukan itu Reno."Reno tidak mengindahkan perkataan Dara d

  • Iparku Suamiku   Chapter 22

    "Sial." umpat Reno. Dara memperhatikan Reno yang menatap tajam pada Ardi. Tampak juga otot otot rahangnya menegang, "Hei. Apa anda tidak sadar, andalah yang merebut Dara dari saya. Seharusnya anda malu." hardik nya. "Bagaimanapun awalnya, nyatanya dia adalah istri saya. Apakah saya perlu membuat pengumuman di sini." sahut Ardi berusaha santai.Dara menatap wajah Ardi, "Kak."Emosi Reno perlahan memuncak. Ia mengepalkan tangannya dan mengangkat nya. Ia ingin segera memukul wajah Ardi. Melampiaskan kekesalan dan kemarahannya pada pria yang telah merebut wanita nya ini. Sudah lama ia menahan. Rasanya ia ingin menghancurkan nya sekarang."Reno jangan!""Saya sedang mengendong bayi. Disini banyak orang, anda hanya akan mempermalukan diri anda sendiri jika mencoba memukul ku. Jika anda ingin melampiaskan kekesalan anda. Silakan hubungi saya. Saya akan meladeni anda dengan baik." Ardi bersuara lagi.Terlihat Reno memperhatikan sekitar. tampak beberapa orang menyadari situasi mereka. Ia tida

  • Iparku Suamiku   Chapter 21

    Ardi langsung berjalan menuju kamar. Ia meletakan tas kerjanya serta menarik dasi kasar hingga terlepas dari kerah kemeja nya. Entahlah rasanya ia ingin marah menyaksikan istrinya sendiri sedang dikunjungi oleh kekasih nya di rumah nya sendiri dan bahkan di cium. Namun lagi lagi Ardi hanya bisa menahan nya.Setelah selesai membersihkan diri, Ardi ke arah dapur untuk mengambil air minum. Ia menemukan Nadira tertidur di ranjang dorong nya dan Dara sedang memasukan pakaian kotor ke dalam mesin. "Kak..." sapa Dara, namun tidak di gubris oleh Ardi. Pria itu hanya berlalu saja lalu membuka kulkas untuk mengambil air minum. Ardi kemudian meninggalkan dapur begitu saja, sehingga tingkahnya itu memantik tanda tanya di benak Dara.Kak Ardi terus menghindar bahkan tidak menggubris saat ku sapa. Batin Dara.Dara melanjutkan kembali aktifitasnya, walaupun dirinya juga tidak nyaman dengan situasi ini. Ia tidak bisa apa apa. Meskipun sebelumnya memang kaku, entah mengapa sekarang setelah pulang k

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status