Sampai akhirnya Greesel memasuki rumah mewah dan luas tersebut. Kepalanya tidak hentinya berkeliling. Harus mengakui takjub dengan kediaman Adrian yang memang seperti istana.
"Silahkan, tuan!" langkah Adrian berhenti di dekat meja makan. Di sana terlihat Eyang besar dan juga seorang pemuda yang sebaya dengan Adrian. "Kalian baru sampai?" sapa Eyang. "Iya!" sahut Adrian datar dan menghampiri meja makan. Mata pria yang duduk di samping Eyang melihat genggaman tangan Adrian dan Greesel. "Ayo! kita sarapan bersama," sahut Eyang. Pelayan itu yang sudah meninggalkan tempat tersebut. "Kami tadi sudah sarapan," jawab Adrian yang sepertinya sangat malas bergabung. 'Kenapa tuan Adrian berbohong. Kapan aku sarapan bersama dia,'batin Greesel bingung. Mungkin juga perutnya yang lapar. Karena saat pesta pernikahan dia juga tidak makan dan di tambah lagi dengan tadi pagi yang juga belum memakan apapun. "Tapi tidak ada salahnya. Kamu dan istri kamu sarapan untuk pertama kali di rumah ini," tegas Eyang. Adrian sepertinya tidak suka jika bergabung dengan pria itu. "Benar apa yang di katakan Eyang. Kalian berdua jangan terlihat sungkan seperti itu," pria itu baru mengeluarkan suara yang membuat tatapan Adrian melihat serius ke arah pria yang tersenyum itu. "Duduklah!" titah Eyang. Mau tidak mau Adrian duduk dan Greesel hanya mengikut saja juga duduk. Sukur-sukur dia memang bisa sarapan agar perutnya tidak keroncong. Mata Greesel melihat meja makan. Sarapan orang kaya pada umumnya yang penuh dengan jenis roti dan selai dan juga banyak jenis sereal. Tidak seperti Greesel kalau sarapan nasi goreng saja. "Greesel kamu mau sarapan apa?" tanya Eyang. Greesel terdiam walau perutnya sangat lapar, tetapi dia sangat sungkan dan juga takut dengan Adrian yang berada di sampingnya yang seperti memperhatikan dirinya sejak tadi. "Kamu mau coba roti ini?" Eyang yang sangat pengertian langsung meletakkan di atas piring Greesel. "Sarapanlah!" titah Eyang. "I-iya Eyang," sahut Greesel dengan gugup. Sebelum menyentuh roti itu, Greesel memperhatikan bagaimana Eyang dan juga Elang sepupu Adrian yang sarapan dengan elegan dan seperti orang-orang kaya pada umumnya. Hanya makan roti saja harus menggunakan garpu dan pisau tidak langsung di lahap begitu saja. Elang ternyata memperhatikan gerak-gerik Greesel yang seperti orang Linglung dengan kebingungan. "Apa kau tidak bisa makan menggunakan pisau?" tanya Elang to the point yang membuat Adrian langsung melihat ke arah Elang. "Atau kau tidak pernah melihat roti seperti ini?" lanjut Elang dengan pertanyaan yang menyudutkan Greesel yang terkesan sangat meremehkan. "Bukankah kau bekerja sebagai pelayan hotel di Grand Hotel, seharusnya walau tidak pernah memakannya, bukankah kau pasti sering melihatnya. Karena di hotel mewah milik keluarga ini disediakan makanan seperti ini dan seharusnya itu tidak asing bagimu,"lanjut Elang yang benar-benar meremehkan Greesel. Greesel tertunduk yang tidak tahu harus menjawab apa dan mungkin benar apa yang dikatakan Elang. Dia bahkan menyadari seharusnya menolak untuk sarapan agar tidak mempermalukan dirinya. Karena Adrian saja sejak tadi menolak dan hanya duduk tanpa makan. "Elang jaga bicara kamu!" tegur Eyang. Elang mendengus tersenyum yang melihat ke arah Adrian. Adrian sejak tadi hanya diam tetapi ekspresi wajah itu sangat ingin menerkam Elang. "Tolong layani dia!" titah Eyang pada pelayan yang berjejer di dekat meja makan. "Baik Nyonya," sahut salah satu pelayan itu. "Tidak usah, saya tidak sarapan. Perut saya tidak enak," tolak Greesel tiba-tiba. "Sarapan sudah berada di atas piringmu dan sekarang kau menolaknya. Apa kau ingin menyia-nyiakan makanan?" penolakan yang diberikan Greesel semakin menjadikan senjata untuk Elang semakin merendahkan istri dari sepupunya itu. "Apa kau harus memaksa orang lain untuk makan!" barulah Adrian berbicara dengan nada terdengar sangat berat. "Aku tidak memaksa dia untuk makan dan bukankah seharusnya dia menolak sejak tadi jika tidak ingin makan," sahut Elang. "Sudah-sudah hentikan. Apa-apaan kalian ini yang malah adu mulut. Elang Apa kamu tidak bisa diam!" tegas Eyang yang menegur kedua cucunya itu. Elang mengangkat kedua bahu dan kembali melanjutkan sarapan yang tertunda. "Kamu sakit apa Greesel?" tanya Eyang yang tampak khawatir. "Perut saya nyeri. Karena sedang....." "Greesel kurang enak badan dan tidak selera untuk makan," sahut Adrian melanjutkan kalimat tersebut. "Bukannya dia barusan mengatakan perutnya yang sakit," sahut Elang "Aku tidak harus menjelaskan secara rinci apa yang terjadi pada dia," sahut Adrian sinis. "Baiklah kalau begitu. Jika kamu membutuhkan Dokter. Kamu bisa langsung berbicara pada Eyang," ucap Eyang. Greesel menganggukan kepala dan kembali menunduk yang tidak berani menatap orang-orang yang ada di meja makan itu. "Langsung saja untuk apa Eyang memanggil kami kemari?" tanya Adrian yang sejak tadi sudah muak dengan situasi itu, dia justru ingin pergi cepat-cepat. "Maaf jika Eyang sudah mengganggu waktu kalian berdua," sahut Eyang. "Adrian kamu dan Greesel sudah menikah dan Eyang ingin kamu dan Greesel tinggal di rumah ini," tegas Eyang yang membuat Adrian terkejut dengan mata yang membulat sempurna. "Apa kata Eyang?" tanya Adrian dengan wajah kaget. Adrian sangat berharap jika dia salah dengar. "Kamu dan Greesel harus tinggal di rumah ini!" tegas Eyang sekali lagi. "Kenapa kami harus tinggal di rumah ini. Eyang aku memiliki rumah dan aku akan tinggal di rumahku bersama dengan Greesel!" protes Adrian. Sesuai dengan kontrak yang sudah dituliskan jika mereka hanya perlu tinggal satu malam saja dan setelah itu Greesel akan kembali ke rumahnya dan mereka berdua tidak akan terikat hubungan apa-apa. Jadi jelas apa yang dikatakan Eyang membuat Adrian begitu terkejut. Karena itu sama saja menghancurkan semua rencananya. "Tapi Eyang ingin kalian berdua tinggal di sini dan Eyang tidak ingin ada protes sama sekali dan termasuk kamu. Rumah ini begitu luas dan kamu sudah menikah. Jadi biarkan cucu menantu Eyang dan kamu sendiri untuk tinggal di rumah ini!" ucap Eyang menegaskan dan tidak ada tawar-menawar. "Greesel kamu sudah menjadi istri dari Adrian. Jadi kamu harus mengikuti suami kamu. Kamu akan tinggal di sini," tegas Eyang. Greesel mengangkat kepala dan tidak tahu harus menjawab apa. Dia saja hanya dikendalikan Adrian. 'Apa yang harus aku katakan. Tuan Adrian mengatakan kami akan tinggal berpisah setelah kami menikah dan bagaimana mungkin aku bisa tinggal bersama dengan tuan Adrian dan terlebih lagi tinggal bersama Eyang dan sementara aku juga masih punya keluarga. Aku juga belum menceritakan apa-apa kepada Ibu,' batin Greesel dengan penuh kebingungan. Dia juga terlihat sangat gelisah. 'Sial. Bagaimana ini. Aku tidak mungkin selamanya bersama dia. Belum sampai 24 jam saja aku sudah frustasi. Kenapa justru jalan pernikahan ini malah membuat masalah semakin banyak,' umpat Adrian di dalam hati. "Apa kalian berdua masih ingin protes?" tanya Eyang yang bergantian melihat Adrian dan Greesel. Mata Adrian melihat ke arah Elang yang sejak tadi ternyata memperhatikan ekspresi Adrian. Adrian yang merasa diawasi laki-laki itu. "Baiklah jika itu yang Eyang inginkan, aku akan tinggal di sini bersama dengan Greesel!" tegas Adrian memutuskan. Greesel terkejut dengan pernyataan yang diberikan Adrian dan semua itu di luar dari kontrak pernikahan mereka berdua. Mulut Greesel yang bergetar ingin sekali bertanya kenapa Adrian menyetujui hal itu tetapi tidak ada keberanian sama sekali untuk berbicara diantara orang-orang itu. "Bagus Kalau begitu. Eyang akan menyiapkan kamar untuk kalian berdua," sahut Eyang yang terlihat begitu bahagia. BersambungAkhirnya Dokter keluar dari ruangan oprasi. "Bagaimana keadaan istri saya dok?" tanya Adrian dengan panik. "Alhamdulillah istri Anda baik-baik saja dan begitu juga dengan bayinya. Meski lahir secara prematur, tetapi sehat. Bayi tuan lahir tanpa kekurangan apapun dan sangat cantik," jawab Dokter. "Alhamdulillah!" sahut semuanya dengan serentak yang merasa bersyukur dengan kabar baik yang diberikan Dokter. "Lalu apa saya boleh menemui istri saya?" tanya Adrian. "Kami akan memindahkan ke ruang perawatan sebentar. Jadi tuan mohon bersabar dan untuk bayinya masih dalam perawatan. Jadi untuk keluarga tidak boleh melihat secara keseluruhan, bergantian dan mengikuti prosedur," ucap Dokter. "Baik Dokter," sahut Asti. "Kalau begitu saya permisi dulu!" ucap Dokter pamit. Mereka semua menganggukkan kepala. "Alhamdulillah kondisi Greesel sekarang baik-baik saja," sahut Eyang. "Adrian selamat akhirnya bayi kalian berdua lahir juga," sahut Gracia. "Iya Adrian. Aku terus tenang den
Akhirnya Adrian ke rumah sakit juga dengan sangat buru-buru dia memasuki rumah sakit tersebut mencari di mana ruangan sang istri yang sebelumnya sudah bertanya kepada Suster. Adrian yang tidak sendiri melainkan bersama Eyang. "Adrian, bukankah itu Ibu Greesel?" tanya Eyang dari kejauhan melihat hal itu."Iya Eyang. Ayo kita ke sana!" ajak Adrian dengan sangat buru-buru dan Eyang pun menurut yang mana mereka berdua langsung berlari. "Bu," sapa Adrian dengan panik."Adrian," sahut Asti."Bagaimana Greesel?""Apa yang terjadi sebenarnya?" tanyanya dengan penuh kepanikan."Greesel tadi jatuh di kamar mandi dan Ibu juga tidak tahu kenapa bisa terjadi seperti itu dan Greesel juga mengalami pendarahan ya membuat Ibu juga panik dan sampai sekarang Dokter belum keluar dari ruangan ICu," jawab Asti dengan sangat terbata-bata dan juga penuh dengan kekhawatiran. "Semoga saja Greesel tidak apa-apa," sahut Eyang.Asti hanya mengangguk saja. Eyang mencoba untuk menenangkan dengan merangkul bahu A
"Greesel sudah! kamu dengarkan saja apa yang dikatakan Gracia dan semua yang dikatakan Gracia adalah benar. Kamu seharusnya bersyukur dengan kehadiran Gracia saat ini yang masih ingin membantu kamu. Jadi sudahlah kamu akhiri rasa marah kamu dengan Adrian walau ini tidak mudah. Aku sudah lelah menjadi kambing hitam di antara kalian," ucap Elang yang ikut menambahi memberikan masukan. "Greesel gunakan hati nurani kamu dan aku yakin kamu sangat mencintai Adrian. Jadi jangan egois atau menghukum Adrian dengan sangat berlebihan. Aku yakin hubungan kalian berdua pasti akan baik-baik saja. Jika kalian berdua sama-sama mau belajar satu sama lain," ucap Gracia yang tidak henti-hentinya memberikan saran. "Kedatangan kami hanya ingin mengatakan itu saja dan terserah kamu mau menyimpan, mendengarkan atau meresapi apa yang kami katakan. Kamu memiliki hak atas segalanya," ucap Elang."Ayo Gracia kita pulang dan biarkan saja Greesel menentukan sendiri jalan apa yang dia pilih," ucap Elang."Baikla
Greesel yang berada di kamarnya yang terlihat membersihkan kamar. Krrekkk.Suara pintu kamar yang terbuka membuat Greesel menoleh dan melihat orang tersebut yang ternyata Asti."Ada kamu yang ingin bertemu dengan kamu," ucap Asti.Greesel menghela nafas yang melanjutkan kembali pekerjaan itu. "Kenapa harus mengatakan tamu agar Greesel pergi menemuinya," ucapnya."Apa maksud kamu Greesel. Bukan Adrian yang ingin bertemu dengan kamu tetapi ada dua orang dan Ibu tidak mengenalinya siapa. Dia mengatakan adalah teman kamu," ucap Asti yang membuat Greesel menelan salivanya."Teman!" tanyanya."Kamu sebaiknya coba lihat dulu. Ibu tidak mungkin berbohong kepada kamu," ucap Asti."Sebentar lagi. Greesel akan keluar," jawabnya.Asti menganggukan kepala dan langsung keluar dari kamar putrinya itu. "Teman! siapa yang ingin bertemu denganku?" tanyanya dengan kebingungan yang memang perasaan tidak memiliki teman selain teman kerjanya waktu di hotel. Greesel yang tidak ingin berpikir panjang yan
Karena hubungan Gracia dan Elang yang akhirnya membaik yang sekarang mereka berdua berada di dalam mobil dengan Elang yang menyetir.Elang beberapa kali terus saja curi-curi pandang pada gadis di sebelahnya itu yang takut saja kalau gadis itu tiba-tiba menghilang. Sementara Gracia yang tampak cuek saja. Elang yang tiba-tiba saja sudah menggenggam tangan Gracia membuat Gracia menoleh. Elang tersenyum dan mencium punggung tangan tersebut yang meletakkan di atas pahanya. Gracia respon dengan baik yang tersenyum dengan tingkah Elang yang sepertinya sangat bucin."Kamu sebenarnya ingin membawaku ke mana?" tanya Gracia."Kerumahku," jawab Elang."Untuk apa?" tanya Gracia dengan dahi mengkerut. "Aku ingin membawa kamu kepada Eyang dan akan meminta Eyang untuk menikahkan kita berdua," jawab Elang."Secepat itu?" tanya Gracia yang cukup kaget. "Memang kenapa? apa tidak boleh melakukan hal itu dan kamu masih ragu menikah denganku?" tanya Elang."Bukan seperti itu. Aku hanya merasa kalau Eyan
"Jadi jangn lagi terus membahas masalah ini dengan Elang. Dia tidak tahu apa-apa!" tegas Gracia yang membuat Adrian yang langsung terdiam."Pergi cari istrimu dan jangan kebiasaan main tangan!" ucapnya dengan kesal yang Benar-benar sangat muak dengan Adrian.Adrian yang tidak berbicara apapun langsung pergi dari hadapan Gracia dan sebelum itu dia melihatnya Elang terlebih dahulu.Gracia yang terlihat membuang nafas perlahan ke depan dan langsung menghampiri Elang."Kamu tidak apa-apa?" tanya Gracia dengan wajahnya yang terlihat sangat panik."Pergi begitu saja dan tidak meminta maaf terlebih dahulu. Seenaknya memukulku," kesal Elang."Sudahlah! kamu jangan membahas dia lagi," ucap Gracia yang akhirnya membantu Elang berdiri.Gracia dan Elang yang akhirnya duduk di salah satu bangku yang ada di dekat hotel. Gracia yang mengobati Elang."Apa masih sakit?" tanya Gracia yang membuat Elang menggelengkan kepala."Kamu kembali?" tanya Elang."Aku ada urusan," jawab Gracia."Jadi Greesel meny
Adrian hari ini ke hotel karena ada pekerjaan yang harus dia laksanakan. Karena Greesel memilih pergi dari rumah dan akhirnya acara yang sudah disiapkan Eyang tidak terjadi. Eyang tidak bisa melakukan apa-apa karena bukan lagi masalah pernikahan palsu yang direncanakan Adrian dan Greesel. Ini sudah menjadi urusan Greesel atas masa lalu kematian ayahnya yang melibatkan Adrian. Eyang sudah tidak memikirkan bagaimana rasa kecewanya telah ditipu oleh wanita yang sudah dianggap sebagai cucu sendiri. Dia hanya memberikan semangat kepada Adrian untuk menyelesaikan masalahnya dan dia juga berharap agar Greesel bisa kembali ke rumah dan berbicara dengannya. Tetapi apapun yang dilakukan Adrian ternyata tidak membuahkan hasil. Bahkan dia sudah pernah mencoba datang beberapa kali ke rumah Greesel dan Greesel yang tidak membiarkan dirinya untuk bertemu dengan suaminya. Asti juga tidak bisa melakukan apa-apa dan membiarkan Greesel dan Adrian yang menyelesaikan semua masalah mereka yang ter
Greesel yang sudah berada di rumah Asti dengan Greesel yang berada di atas sofa dengan kepalanya yang di pangkuan Asti. Asti mengusap-usap rambut Greesel yang mencoba untuk menenangkan Greesel yang berbaring di pangkuannya."Ibu tahu apa yang kamu rasakan sayang. Ini memang sangat tidak mudah. Tetapi semua ini sudah menjadi takdir. Tidak ada yang bisa mengubahnya," ucap Asti yang mencoba untuk membuat pengertian."Sejak tadi Greesel menceritakan apa yang terjadi. Ibu tidak bereaksi apapun dan bahkan tidak kaget. Apa jangan-jangan sebenarnya Ibu sudah mengetahui semua ini?" tanya Greesel memastikan."Ibu memang mengetahui apa kaitan Adrian dengan kematian Papa kamu. Saat itu Mama juga kaget dan berpura-pura untuk tidak mengetahuinya. Ibu mencoba mencari tahu dan sepenuhnya bukanlah kesalahan Adrian," jawab Asti."Bagaimana mungkin ini bukan kesalahan dia. Dia seorang bos yang memiliki pendidikan. Dia seharusnya bisa melihat di sekelilingnya, jangan mengambil keputusan atau bertindak de
Greesel yang tidak mengatakan apa-apa lagi yang kembali memasukkan pakaian itu ke dalam koper dan bahkan dia sudah selesai melakukannya dan merasa dengan cepat dan menurunkan dari atas ranjang. "Greesel!" Adrian menghentikan istrinya saat ingin pergi. "Kita bisa membicarakan semua ini, aku bisa menjelaskan semua kepada kamu. Aku mohon beri aku kesempatan!" ucap Adrian."Tidak ada kesempatan untuk orang yang sudah menghancurkan hidupku. Kamu adalah laki-laki manipulatif yang pernah aku kenal. Kamu sangat jahat Adrian!" tegas Greesel yang langsung menjatuhkan tangan Adrian begitu saja dan Greesel yang langsung pergi "Greesel tunggu!" Adrian yang tidak mungkin membiarkan Greesel dan langsung menyusul dengan Greesel yang bersusah payah membawa kopernya menuruni anak tangga. "Greesel! aku tidak akan membiarkan kamu pergi kemanapun!" tegas Adrian yang menghalangi jalan Greesel yang sudah berada di bawah anak tangga dengan kedua tangannya yang merentang. "Kamu minggir dari hadapanku sek