Share

Bab 6 Rahasia Baru

Teddy terus memandangi sebuah ponsel warna hitam yang tergeletak di meja kerjanya. Mana mungkin Aina bisa menemukannya. Teddy sangat yakin pasti ia tidak menyadari jika benda berharga miliknya jatuh ke tangannya. Asalkan ia berdiam diri, tidak ada seorangpun yang akan mencurigainya.

"Hmmm.. akhirnya aku bisa menemukan rahasiamu..." Sambil membuka-buka isi ponsel Aina, Teddy menyeruput kopi yang sudah terhidang di meja.

Kriingg..kriiing...

Tiba-tiba seseorang menghubunginya. Nomor yang tidak dikenali.

"Halo..." Suara di seberang sana.

Teddy terdiam dan masih enggan menjawab.

"Hei, ET. Serahkan wanita itu atau kau akan menanggung akibatnya..."

"Huh, tidak akan..." Jawab Teddy singkat.

Teddy masih bertanya-tanya wanita mana yang dia maksud. Apakah Monika, Jessie, Mila? Atau ada wanita yang lain yang dia maksud?

"Jangan pura-pura bodoh! Serahkan Aina padaku..."

Seketika Teddy terkejut, bagaimana bisa ada orang luar yang mengetahui keberadaan Aina di tempatnya?

"Aku tidak mengenali Aina, siapa dia?" Teddy masih berkelit.

"Sudahlah, serahkan dia padaku atau akan kuhancurkan semua yang kamu miliki..."

"Aku tidak tahu siapa wanita yang bernama Aina itu..."

Nampaknya suara misterius di seberang sana mengumpat dan berkata kasar, biarlah!

"Teddy, ingat!! Kalau sampai Aina tidak kau serahkan dalam waktu 2 hari, tanggung akibatnya sendiri..." Ancamnya.

"Silahkan saja kalau berani..." 

"Memangnya siapa aku, apa mungkin aku takut pada manusia yang hanya bisa menggertak atau menakut-nakuti? Seluruh kota juga mengetahui siapa ET itu dan apa kehebatanku." batinnya.

"Teddy, Aina adalah tunanganku, jangan sampai kau berani mengganggu wanita yang ku....."

Klik.

Teddy langsung memutus telepon itu. Entahlah, menyebut kata tunangan membuat kepalanya sakit.

Kembali ia buka ponsel milik Aina. Tanpa sengaja Teddy menemukan sebuah foto milik Aina yang tidak mengenakan kerudung. Iya, ini Aina dengan rambut hitamnya yang panjang.

Astaga, foto ini diambil saat hari yang sama ketika Teddy memberikannya ponsel ini. 

"Baiklah, aku akan memindahkannya dengan bluetooth dan menghapus jejaknya..."

Hanya kurang dari satu menit, Teddy bisa memindahkannya. 

"Aku akan melihat dengan siapa kamu berhubungan..."

"Johan? Sialan. Kenapa dia selalu berkirim pesan dengan Johan? Apa yang dia lihat dari Johan?"

Hampir setiap beberapa jam sekali Johan selalu mengirmkan pesan pada Aina yang berisi pesan tidak penting, hanya basa-basi. Bahkan ada banyak pesan yang dikirimkan Johan yang tidak mendapatkan tanggapan dari Aina.

"Wanita yang baik juga..." Teddy tersenyum tipis.

Karena menggunakan nomor baru, ia tidak begitu banyak berhubungan dengan orang-orang. Hanya beberapa saja. Rasanya masih aman.

Tunggu, ada pesan masuk.

Ain, jangan lupa doakan aku agar mendapatkan hidayah.

Siapa tahu aku bisa jadi laki-laki yang baik dimasa depan...

"Sial! Johan..."

"Mengapa dia mengirimkan pesan di tengah malam? Pesan macam apa yang ia kirimkan." Teddy berguman sendiri.

Tangannya mulai gatal untuk membalas pesan singkat itu. Jelas, dia menggunakan kata-kata buaian untuk mendekati Aina agar hatinya luluh dengan serigala berbulu domba.

Dasar laki-laki tidak tahu malu!

Belum selesai aku mengetik balasan, ia sudah mengetik lagi dan mengirimkan pesan.

Kamu belum tidur Aina selarut ini?

Bruk.

Teddy meletakkan ponsel itu di meja. 

**

Kali ini Teddy tidak bisa menghentikan langkah kakinya. Hasratnya begitu besar untuk kembali melihat Aina dari dekat.

Waktu dua hari sudah cukup lama baginya untuk tidak melihat atau mendengar suaranya. Meski Teddy tidak tahu apa namanya, ada sesuatu yang membuatnya selalu ingin melihat atau sekedar mengetahui suaranya.

Secara hati-hati Teddy melangkahkan kaki untuk turun ke lantai satu, meski ia yakin tidak ada seorangpun di sana kecuali Aina sendiri. Karena kamar pembantu dan sopir ada di belakang dapur.

Kreekkk... Setelah memakai kunci duplikat Teddy berhasil membuka pintu kamar.

"Akhirnya aku bisa melihatmu..." gumannya lirih.

Suasana kamar yang memang begitu gelap. Namun Teddy masih bisa melihat dengan bantuan cahaya temaram dari lampu taman.

"Ainaa..." Dengan lembut Teddy mulai memegang dan mengelus rambutnya.

Sama seperti yang nampak di foto ponsel, Aina sama cantiknya ketika di dunia nyata. Meski Teddy tidak bisa melihat wajahnya secara jelas seratus persen.

"Argghhh.." dia mulai meracau. Mungkin dia merasakan sentuhan dari luar.

Kini Teddy mulai menjamah pipinya yang berbentuk bulat telur. Setiap kali Teddy memandang Aina, hasratnyauntuk mencubit atau membelainya sangatlah tinggi.

Jari-jemari Teddy mulai menjamah pipi kirinya. Begitu halus dan lembut. Sepertinya Teddy akan betah berlama-lama untuk berlama-lama disini.

"Hmmmphh..." Kembali Aina membalikkan badan.

Gerakannya semakin banyak. Sepertinya dia menyadari jika ada yang mengganggu tidur malamnya.

"Hmmmhhhh" kali ini dia seperti sedikit meracau menangis kesakitan. Teddy semakin merasa iba.

"Baiklah, aku harus segera pergi. Masih dengan cara sama, aku melahkahkan kaki dengan berjinjit, Jangan sampai ia mendengar atau melihatku masuk ke dalam kamar." gumannya lirih.

Kreekkk.. Ia putar kunci dengan sangat pelan. Sampai-sampai suaranya seperti detak jarum jam.

Bak pencuri yang mencuri di rumah sendiri, Teddy benar-benar memastikan lagi tak seorangpun yang melihat gerak-geriknya. Meski sangat kecil kemungkinan satu dari beberapa pembantu masuk ke kamar Aina pada jam-jam selarut ini.

"Tuan, apa yang Tuan lakukan?"

Sebuah suara dari arah belakang Teddy seolah membuat jantungnya mau copot. Siapa yang malam-malam masuk ke ruang tengah?

Setelah Ia menoleh, Bik Asih!

"Apa Tuan keluar dari kamar Aina?" tanpa basa-basi ia langsung bertanya hal yang paling Teddy takuti.

"Apa maksudmu? Aku hanya berjaga-jaga karena mendengar suara aneh dari lantai satu..." akhirnya Teddy mulai berbohong.

"Maaf Tuan Teddy, tapi saya sejak beberapa saat lalu sudah di dapur. Tapi saya tidak...."

"Stttt.. jangan terlalu keras berbicara. Sudah, aku mau tidur lagi!"

Teddy menggenggam erat-erat kunci duplikat kamar bawah. Jangan sampai Bik Asih mencurigai hal yang lain lagi.

"Maaf Tuan, itu kunci duplikat kamar-kamar di lantai satu. Apakah Tuan masuk kamar Aina?"

Jantung Teddy hampir berhenti lagi. Kenapa ia terus bertanya hal itu berulang kali.

"Untuk apa aku masuk ke kamar Aina? Apa tidak ada wanita yang lebih cantik daripada Aina?" Bik Asih terus menanyaiku dengan pertanyaan memojokkan.

Kreeekkkk. Tiba-tiba saja pintu kamar Aina terbuka dari dalam.

"Bik, apa ada yang masuk ke kamarku tadi? Aku merasa ada orang yang memegang rambutku... Apa ada pencuri yang masuk ke rumah ini?"

Deg, Aina terbangun di tengah malam begini?

Teddy dan Bik Asih saling berpandangan. 

***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nda Rhayhu
Ok masih penasaran dengan ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status