Share

10. Semoga Tuhan Menghukumu

Pagi-pagi sekali, Sakti sudah mengajak Citra untuk berpergian. Kali ini tujuan mereka bukan ke rumah sakit, tapi ke rumah bedeng Citra.

"Cukup ambil berkas-berkas penting aja buat kebutuhan administrasi pendaftaran pernikahan," perintahnya begitu penuh penegasan.

Sementara, Citra yang mendengar itu justru tak langsung menjawab. Ia hanya menoleh dan menatap wajah Sakti lekat-lekat untuk sekadar memastikan apa kiranya benar-benar ada jejak air mata di wajah Sakti dan ternyata...ia menemukannya. Mata pria itu sedikit sembab. Sakti benar-benar menangis semalaman.

Apa dia merindukan mendiang istrinya sampai menangis diam-diam di tengah malam? Gumam Citra dalam hatinya.

"Denger gak apa yang aku bilang?" tanya Sakti dengan nada suara yang terdengar ketus.

Seketika Citra pun tersentak dari lamunannya lalu buru-buru mengganggukan kepalanya.

"I-Iya saya denger," sahut Citra akhirnya. Walaupun sedikit terbata.

"Kamu melamun."

"Saya? enggak."

"Kamu menatapku juga cukup lama."

"E-Enggak. Saya gak-
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status