“Aruna!” panggil seorang pria yang tidak lain adalah mas Dirga palsu.Orang suruhan Natha dengan tinggi serta bentuk badan yang sangat mirip dengan mantan suamiku tersebut. Kalau Natha tidak memberitahu diriku pasti aku sudah ketar-ketir dengan kedatangan pria ini.“Apa kabar? Bagaimana kabar bayimu?” tanyanya dengan tatapan yang membuat bulu kudukku merinding.Setelah kehilangan anak kami, aku seolah menutup semua akses ke dunia luar. Merasa bersalah dan bodoh lebih tepatnya. Makin rendah diri karena Natha yang sempat bersikap dingin padaku.“Sudah tenang!” jawabku singkat lalu kembali pada pelayan wanita yang masih berdiri di belakangku.Ketika balik badan, aku melihat dia mengobrol dengan Yolanda. Wanita gila dengan heels yang bikin kakiku ngilu dengan asyiknya bercanda dan tertawa pada pria yang baru dikenalnya.Namun, mungkin bagi Yolanda, dia adalah teman lama yang membantunya dulu.Aku berjalan ke saung tempat kami berkumpul tadi. Untunglah, pria yang belum aku tahu namanya ter
“Jadi dia siapa, Nath?” tanyaku yang masih memandang seorang pria yang tengah asyik dengan kepulan asap.“Dirga!” jawab Natha sembari tersenyum. “Mantan suamimu dulu!” katanya kemudian.Aku berusaha untuk tenang. Namun, tetap saja si bapak satu ini sudah mulai menampakkan lengkungan di sudut bibir kanannya.“Nath! Serius?” tanyaku memastikan.Lalu kedua pria yang sama-sama memakai kemeja tersebut saling beradu pandang dan disusul dengan suara tertawa yang membuat tanganku gatal ingin memukul kepala Natha.“Ya, nggak lah Sayangku. Mana ada Dirga mau duduk berdua begini. Yang ada dia akan membunuhku duluan!” jelas Natha.Pandanganku beralih pada tikar tempat duduk kami. Sambil berpikir apa yang akan direncanakan oleh seorang Natha dengan menggunakan pria ini.“Jadi Nath? Apa yang akan kamu lakukan?” tanyaku.“Kasih kesempatan pada dia buat balas dendam pada Yolanda!” terang Natha.“Balas dendam?” tanyaku kembali. Kali ini, aku memandang seseorang yang mirip dengan mas Dirga.Dari bentuk
“Nath, aku serius!” desakku pada pria yang tengah mencicip kopi dari pinggir cangkir ini.Seperti biasa Natha akan melengkungkan bibir yang membuatku harus memutar otak seribu kali. Menyebalkan sekali jadi orang!“Sabar! Nanti akan ada kejutan untukmu! Jadi nonton nanti malam?” tanyanya sekali lagi.Aku menyetujui ajakan suami yang penuh rahasia ini. Hidupku sudah mirip detektif yang harus menelusuri satu-satu puzzle. Namun, karena keterbatasan otakku, jadinya malah bingung sendiri.Mungkin aku harus menemui orang yang mengaku sebagai mas Dirga itu. Mungkin juga! Ide yang lumayan bagus. Namun, kalau ketahuan sama Natha.Aku melirik pria yang masih mengutak-atik ponsel miliknya.“Masih mikir pergi atau nggak?” tanya Natha dan aku hanya menggeleng.Kopi yang semula panas mulai terasa hangat. Aku mengembuskan napas. Rasanya ada yang janggal. Namun, apa? Aih, dasar Aruna kurang pengalaman.“Nath aku kembali ke ruangan,” kataku.Dia mengangguk. Kakiku meninggalkan pria yang masih duduk di
Setelah istirahat yang cukup lama. Lumayan sih ada suami yang memback up pekerjaan di kantor. Hari ini aku mulai bekerja kembali. Rasanya sangat senang bertemu dengan teman-teman di ruangan yang cukup mengerikan itu.Apalagi kalau si Nyonya datang. Beh!“Hai Aruna! Sudah sehat?” tanya wanita yang ada di pikiranku baru saja.Kami berpapasan di depan lift menuju ruangan. Tangannya melepas kacamata hitam yang sedari tadi melekat di wajah bulatnya. Sebuah senyuman mengembang dari bibir yang berwarna merah berpadu cokelat nude.Cantik sih! Cuma gila dengan kesenangan dunia! Eh, aku kok jadi julid begini!Kami melangkah bersamaan. Kaki heels Yolanda menopang tubuh yang masih langsing dan putih mulus. Jelaslah! Duitnya orang diembat kok!Aku mengurai rambut yang masih sedikit basah karena tadi buru-buru. Tanpa aku sengaja, mataku menangkap gerakan yang menatap diriku dengan saksama.Iya aku habis main sama ayah anakmu! Puas! Lagian kami sah! Sahhhhh! “Keramas kok pagi-pagi! Emang sudah bole
Pulang dari rumah sakit, masih dengan nyeri di bagian perut, seorang pria menyambut dengan lengkungan manis dan kedua tangan yang terbuka.Ganteng sih walau hanya dengan kaus hitam dan denim pendek yang melekat pada kulit yang, em, bikin hatiku mau lari dari tempatnya.“Kagum banget sama suami sendiri,” ucap Natha sembari tersenyum.Tanganku memegang perut, satu tanganku berada di lengan Natha. “Aku antar ke kamar!” Badanku langsung diangkat oleh pria yang tampak cemas sekarang ini. Sinar yang tadinya cerah meredup setelah tahu keadaan yang aku alami.Aku direbahkan di kasur dengan sangat hati-hati. Kedua tanganku melepaskan leher Natha yang terasa basah.Lalu, dia malah pergi dari ruangan yang menjadi tidur kami ini. Em, apa dia salah makan ya? Atau ikutan sakit perut? Ambu datang membawa senampan makanan. Enak betul punya mertua yang baik macam ambu. Beda banget sama ibunya mas Dirga dulu. Eh, kok aku malah membandingkan dua hal yang memang berbeda.Terasa sekali mereka memberikan
Aku masih berada di ranjang rumah sakit, tetapi Natha tidak ada. Hanya ambu dan Luna yang menemani. Ke mana pria itu? Mungkinkah dia akan mengejar dua pengendara motor itu? Seberanikah Natha untuk melakukan tindakan itu? Namun! Kalau dia saja sanggup membungkam sepupuku. Maka, dia bisa lakukan apa pun juga. Termasuk menjebakku ke dalam pernikahan ini.Bukan! Bukan penjebakan! Aku yang ingin masuk ke dalam kehidupan pria itu. Aku yang ingin mengetahui tentang mas Dirga.Aku melihat seluruh ruangan dengan perpaduan putih dan hijau ini. Ada televisi yang mengisi kekosongan suara di ruangan yang aku menebaknya VIP. Semua fasilitas ada, termasuk kamar mandi dalam, kulkas, kursi untuk penunggu, serta AC yang berembus dengan lembut.Tanganku memegang bagian perut bawah. Aku pasti kehilangan bayi kami. Hah, ya Allah baru saja awal yang terlihat indah ada di depan mata. Malah begini jadinya.Atau mungkinkah ini ada kaitannya dengan Yolanda? Wanita gila itu!“Aruna butuh sesuatu?” tanya Ambu pa