Home / Rumah Tangga / Istri Bayaran Duda Angkuh / Part 6 ~ Rencana Kevin

Share

Part 6 ~ Rencana Kevin

Author: dtyas
last update Huling Na-update: 2023-11-02 14:17:16

“Mbak Rara ya?” tanya Sari -- sekretaris Kevin. “Masuk saja Mbak, sudah ditunggu Pak Kevin.”

Rara tersenyum dan menganggukan kepalanya. Isi kepalanya bertanya-tanya apa yang membuat Kevin memanggil dirinya, bahkan rekan-rekan satu divisi pun sama herannya. Kalau urusan pekerjaan, seharusnya Kevin berurusan dengan Robert selaku manager bukan Rara yang hanya staf.

Mengetuk pelan pintu yang menjulang di hadapannya, Rara sempat terpukau dengan interior ruang kerja Kevin. Sangat aesthetic. Sambil menekan handle pintu, tatapan Rara masih menatap heran sekeliling ruang kerja Kevin. Seakan lupa dengan tujuannya datang.

“Mau sampai kapan berdiri disitu?”

“Eh.” Ucapan Kevin menyadarkan lamunan gadis itu. “Ada apa Bapak memanggil saya?”

“Duduk!” titah Kevin menunjuk ke arah sofa.

Rara dan Kevin sudah duduk bersama, diakui oleh gadis itu Kevin memang sempurna. Tampan, kaya sudah pasti, jabatan dan keluarga yang oke. Hanya satu kekurangan pria itu … angkuh. Bagaimana tidak, Kevin duduk dengan kaki menyilang khas para pria dengan tangan bersedekap.

“Mami ingin kita segera menikah!”

Kalimat barusan sukses membuat Rara terbelalak bahkan mendengus kesal. bukankah Kevin berjanji akan menyelesaikan masalah hubungan pura-pura mereka, tapi kenapa malah semakin jauh.

“Menikah? Bukannya kita sepakat putus Pak?”

“Tapi Mami dan Papi ingin kita segera menikah.”

“Saya nggak maulah menikah dengan Bapak, memang saya cewek apakah?”

Kevin mengernyitkan dahinya mendengar penolakan Rara. Seakan dirinya tidak pantas bersanding dengan gadis itu, dilihat dari segi apapun tentu saja Kevin sangat unggul.

“Kamu pikir saya mau.”

“Ck, ya emang Bapak itu ganteng dan itu nggak usah ditanya apalagi pake mikir dua kali. Anak kecil juga tahu Pak Kevin ganteng, tapi ‘kan kita nggak saling cinta udah gitu Bapak sudah ....” Rara menjeda kalimatnya sambil menatap Kevin yang menunggu kelanjutan ucapan gadis itu.

“Sudah apa?”

“Hm, sudah tua,” sahut Rara lirih.

“Kamu ….” Kevin menahan geramannya, tidak mungkin dia menghardik atau berlaku kasar pada Rara. Kalau bukan karena ancaman orang tuanya, tidak mungkin Kevin membicarakan masalah pernikahan dengan Rara.

Sudah tersusun ide di kepalanya dan siap mengatakan pada Mihika dan Arka kalau dia dan Rara sudah selesai, tapi semua pupus ketika ada pemberitaan tentang dirinya di club malam. Kevin bukan player sejati, apalagi menghabiskan malam dengan wanita random. Sesekali bersama rekan-rekannya ke club untuk minum, kalau pun harus berakhir di ranjang sudah pasti dengan wanita berlabel kekasih.

Entah siapa yang sudah mengupload berita tersebut, yang jelas Arka murka dan mendesak Kevin untuk segera menikah lagi. Citra keluarga dan perusahaan tentu saja dipertaruhkan, tidak ingin masyarakat mencap buruk putranya terbiasa dengan dunia malam. Pasangan itu mendesak agar Kevin segera menikahi Rara untuk mengalihkan pemberitaan dan yang mereka tahu Kevin dan Rara memang saling mencinta.

“Kamu pikir saya mau menikahi denganmu, saya ada kekasih dan kami berencana menikah tapi tidak dalam waktu dekat.”

“Itu bukan urusan saya Pak,” ujar Rara dengan penuh keyakinan seakan tidak memiliki masalah dengan Kevin. Padahal dia masih ada urusan perusakan mobil pria itu.

Hanya Rara kandidat yang direstui oleh orangtuanya. Mengakui Rara bukan kekasih dan Vanya kekasih sesungguhnya tidak akan menyelesaikan masalah. Apalagi sebagai artis gaya hidup Vanya tidak cocok dengan keluarga besarnya. Perlu waktu agar Vanya diterima di keluarganya.

Kevin tidak hilang akal, dia tetap memenuhi perintah Mihika dan Arka untuk menikah dengan Rara. Meskipun gadis itu enggan.

“Kalau begitu kita selesaikan saja urusan kita, kamu bisa transfer ganti rugi mobil saya ke rekening … sebentar,” ujar Kevin sambil membuka ponselnya seakan mencari nomor rekening. “Hm, ke mana ya. Ah ini saja.”

Mendengar dia harus segera membayar ganti rugi apalagi saldo di rekeningnya sudah sekarat, membuatnya panik.

“Pak Kevin, tolong berikan saya waktu.”

“Oke, lima menit. Lakukan transfer ke ….”

“Saya tidak ada uang Pak. Orangtua saya pun menunggu kiriman dari saya, tolong beri saya waktu. Pasti akan saya bayar.”

Gotcha.

Lagi-lagi Kevin mendapatkan ide untuk memenuhi apa yang diminta oleh orangtuanya. Memanfaatkan kondisi Rara yang terdesak, gadis itu tidak akan menolak. Bukan karena Kevin jahat memanfaatkan Rara, tapi win win solution yang dia akan tawarkan tentu saja dalam konteks niat baik.

“Ah, bagaimana kalau kita menikah kontrak hanya untuk jangka waktu tertentu. Hutangmu aku anggap lunas dan kebutuhan keuanganmu akan terpenuhi. Ada kompensasi yang kamu dapatkan dari pernikahan ini.”

Brak.

Rara menggebrak meja di hadapannya.

“Pak Kevin, menikah itu bukan untuk main-main. Apalagi ada orangtua yang harus terlibat, saya tidak mau menipu orang tua saya dan juga orang tua Pak Kevin. Sore ini, saya pastikan membayar hutang Bapak. Permisi.”

Rara berdiri lalu meninggalkan Kevin. Senyum tersemat di wajah Kevin.

“Tunggu saja, kamu akan datang lagi dan menerima tawaran dariku.”

***

Rara tidak fokus dengan pekerjaannya. Selain dia harus membayar sepuluh juta, pesan yang dikirim dari kampung mengabarkan kondisi orangtuanya membuat kepalanya sakit.

“Arrghh, uang dari mana,” gumam Rara. “Tunggu, Kak Harun. Apa aku minta bantuan Kak Harun? Tapi kami sudah putus. Demi Bapak dan Ibu juga membayar hutang Pak Kevin.”

Jam istirahat Luna mendatangi kantor tempat Harun bekerja. Tepat sekali pria itu berada di lobby, mungkin akan keluar makan siang. Rara segera menghampiri setelah memastikan penampilannya tidak memalukan. 

“Kak Harun.”

Pria yang sedang fokus dengan ponselnya, menoleh mendengar seseorang memanggil dirinya.

“Rara.”

Rara tersenyum, itu pun terpaksa. Menahan emosi serta melupakan adegan yang pernah dia saksikan juga sakitnya pengkhianatan yang dilakukan pria itu.

“Apa kabar Kak?”

Aduh, Rara. Nggak usah beg0 juga kali. Ya kabar dia baiklah, baru juga berapa hari mutusin Harun pake nanya kabar macam tahunan nggak bertemu, batin Rara sambil mengumpat dalam hatinya.

“Baik, aku baik.” Harun tersenyum sinis menatap gadis di hadapannya.

Rara baru akan mengatakan kalau dia ingin bicara, tapi kedatangan seorang wanita yang langsung memeluk lengan Harun membuatnya tidak bisa berkata-kata. Wanita itu adalah wanita yang sama yang dia lihat hari itu.

“Jalan sekarang yuk. Loh, kamu ….”

“Dia Rara, mantan pacarku,” sahut Harun.

“Ah, cewek gila yang marah-marah waktu lihat kita bersenang-senang. Mau apa kamu?”

Sepertinya ide menemui Harun untuk membantu permasalahan Rara adalah ide buruk. Belum juga Rara bicara, sudah dihina oleh wanita yang bersama Harun.

“Kebetulan saya lihat Kak Harun dan ingin menyapa.”

“Bagaimana hidupmu sekarang? Sudah mendapatkan pria lebih hebat dari aku?” tanya Harun seraya mengejek bahkan sengaja merangkul wanitanya.

Rara terdiam, sedangkan pasangan tidak tahu malu itu masih menunggu jawaban darinya.

dtyas

KIra-kira Rara bakal jawab apa ya?

| 1
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Istri Bayaran Duda Angkuh   Part 120 ~ Bonus Chapter (End)

    “Mas, aku kok ragu ya.”“Ayolah, sesekali tidak masalah tinggalkan anak-anak. Ada Ibu dan Mamih, juga pengasuh mereka. Aku mau ditemani kamu, sekalian kita honeymoon. Kita belum pernah loh, tahu-tahu sudah punya anak dua.” Kevin memeluk Rara yang sempat terhenti mempersiapkan perlengkapan yang akan dibawa.Ada kegiatan di luar kota, kali ini Kevin mengajak Rara. Arka sendiri tidak masalah, begitu pun dengan Mihika. Kiya sedang berlibur di Surabaya, bersama eyang -- ibu Rara. Hanya Abimana dan Mihika tidak keberatan kalau bocah itu dititip bersamanya.Apalagi di kediaman Arka ada kedua anak Slamet dan Kamila, membuat Abimana tidak akan jenuh karena memiliki teman sebayanya.“Jangan bawa banyak pakaian, apalagi untuk malam. Aku lebih suka kamu tidak berpakaian,” bisik Kevin.“Masss.”“Aku tunggu di bawah ya, jangan kelamaan aku sudah lapar.”“Hm.”Saat Rara bergabung di meja makan, Kevin dan Abimana sudah siap di kursinya. Terlihat Kevin sedang menjelaskan kalau besok Rara dan dirinya a

  • Istri Bayaran Duda Angkuh   Part 119

    Rara terjaga dari tidurnya. Menggeser pelan tangan Kevin yang memeluk pinggangnya lalu beranjak duduk dan bersandar pada headboard. Masih dengan suasana kamar yang cahayanya temaram, ia mengusap perut yang sudah sangat membola sambil mengatur nafas. Sudah beberapa malam merasakan sakit yang datang dan pergi, sepertinya kontraksi palsu. Namun, kali ini terasa lebih sering. Sedangkan hari perkiraan lahir bayinya masih minggu depan.“Ahhhh.” Rara mengerang pelan. Terdengar suara tangisan Kiya, meskipun ada Nani yang akan sigap sebagai Ibu tentu saja Kiya tidak tega. Beranjak pelan menuju kamar putrinya. Benar saja, Kiya sedang menenangkan putrinya.“Princess bunda kenapa nangis?”“Nda,” panggil Kiya sambil mengulurkan tangannya.Rara tersenyum lalu ikut naik ke ranjang Kiya yang saat ini berumur satu setengah tahun.“Bobo lagi ya, masih malam nih.”“Nda.”“Ssttt.” Rara memeluk Kiya dan menepuk bok0ng bocah itu dengan pelan. “Nani, tolong buatkan susu botol, mungkin dia haus.”Setelah me

  • Istri Bayaran Duda Angkuh   Part 118 ~ Hempaskan Bibit Pelakor

    Rara mendengarkan curhatan adik iparnya mengenai sang suami yang dituduh selingkuh. Sungguh hal yang jauh dari sikap seorang Slamet. Apalagi pria itu terlihat begitu menyayangi Kamila dan putra mereka. Begitu pun kesempatan untuk macam-macam, sepertinya tidak ada.“Aku yakin dia selingkuh kak.” Kamila menyimpulkan setelah dia menceritakan bagaimana sikap Slamet yang dianggap tidak setia. “Iya ‘kan?”“Hm, gimana ya,” gumam Rara.“Gimana apanya?”“Kamila, gini loh. Ketika suami macam-macam, biasanya istri akan merasakan dan melihat perubahan sikap dari sang suami. Misalnya jarang di rumah atau mulai acuh. Kalau aku lihat, Slamet nggak ada indikasi begitu. Lihat saja tuh, dia malah asyik main dengan Kai dan Kiya.”“Ya bisa aja pas di kantor. Aku curiga mungkin saja perempuan itu teman satu divisinya.”“Kamila, curiga boleh ….”“Kak, aku bukan curiga,” ujar Kamila menyela ucapan Rara.Rara kembali mendengarkan ocehan Kamila dan sesekali mengangguk. Saran darinya untuk memastikan kebenaran

  • Istri Bayaran Duda Angkuh   Part 117

    Ada rasa bahagia saat dokter mengatakan kalau Rara sedang hamil dan gejala yang muncul sangat umum untuk awal kehamilan. Tanpa harus mengikuti program kehamilan, ternyata istrinya sudah lebih dulu mengandung. Namun, ada kekhawatiran melihat Rara tergolek lemah karena tidak sadarkan diri.Bahkan saat kehamilan Kiya, Kevin tidak tahu dan tidak mendampingi karena mereka terpisah semenjak ada masalah. Pun saat Kiya lahir, Kevin malah dalam proses pengobatan di Singapura.“Maaf sayang, kali ini aku pastikan akan mendampingi kamu. Apapun yang kamu rasakan kita jalani bersama,” bisik Kevin sambil mengusap kepala istrinya.Akhirnya Rara pun siuman dan terkejut dengan keberadaannya saat ini, bukan di kamarnya.“Mas ….”“Jangan memaksa bangun,” ujar Kevin menahan tubuh Rara agar tetap berbaring.“Aku kenapa Mas?”“Kamu sempat pingsan waktu kita mau pulang. Bukannya aku sudah bilang kalau kamu sakit jangan memaksa untuk ikut denganku.”“Hanya sakit kepala saja Mas. Ayo kita pulang, aku takut Kiy

  • Istri Bayaran Duda Angkuh   Part 116 ~ Adik Untuk Kiya (2)

    Ucapan Mami Mihika mengenai dirinya kemungkinan hamil, membuat Rara resah. Kevin menyangkal karena sering memakai pengaman, meskipun kadang lupa. Sebenarnya tidak masalah walaupun ia hamil, toh Kiya sudah hampir satu tahun. Hanya saja rencana Kevin untuk program hamil tentu saja gagal.“Sayang, hei.” Tepukan di bahunya membuat Rara tersadar dari lamunan.“Ya.”“Are you okay?” tanya Kevin dengan mengernyitkan dahi. Rara hanya mengangguk pelan dan menyadari mobil sudah berhenti di … rumah mereka.“Sudah sampai?” tanyanya sambil melepas seatbelt.“Bahkan Kiya sudah duluan turun,” jawab Kevin. “Kamu yakin baik-baik saja?”“Aku baik sayang, hanya saja tadi aku melamun mungkin. Ayo turun!”Menjelang tidur, pikiran Rara masih terkait antara hamil dan tidak hamil. Untuk memastikan dia hanya perlu tespek atau ke dokter. Masalah datang bulan agak sulit menjadi dasar ukuran karena sejak melahirkan Kiya, periode bulanannya tidak teratur. Seperti bulan ini, yang belum datang juga.“Sayang, besok a

  • Istri Bayaran Duda Angkuh   Part 115 ~ Adik Untuk Kiya (1)

    Banyak berkah dan kemudian menjadi istri dari Kevin Baskara, yang awalnya bukan tujuan Rara kini ia bersyukur dengan segala yang dirasakan. Seperti saat ini, pulang ke Surabaya menggunakan pesawat dengan pilihan kelas bisnis agar Kiya tetap nyaman. Bahkan ketika tiba di bandara, mobil yang memang disiapkan untuk kebutuhan Ibu sudah menjemput.Rumah peninggalan almarhum bapak tidak berubah hanya diperbaiki kalau ada kerusakan, tapi Kevin membeli kavling di sebelah rumah Ibu dan dibangun untuk ia tinggal ketika berkunjung ke sana. Mobil sudah berhenti di depan pagar, Ibu keluar dengan antusias.“Cucu Uti sudah datang, ayo sini gendong sama uti.”Kiya yang dalam perjalanan dipangku oleh pengasuhnya pun berpindah ke gendongan Ib, bahkan tergelak saat Ibu menciumi pipinya.“Ayo masuk, istirahat dulu. Kamu pasti pusing ‘kan turun dari pesawat,” ujar Ibu pada Rara.Rara menganggukan kepala setelah mencium tangan ibunya, lalu menuju rumah mereka. Pak Budi membawakan koper dan tas milik Rara d

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status