Share

Part 7 ~ Minta DP

Author: dtyas
last update Huling Na-update: 2023-11-03 18:26:15

Rara menghela pelan masih menatap pasangan di hadapannya. Pasangan gila menurut versinya.

“Hm, gimana ya.”

Harun terkekeh, sambil melirik sinis.

“Kamu terlalu naif Ra. Hari gini masih sok suci, yang ada kamu jadi perawan tua. Cantik juga percuma kalau tidak bisa memuaskan laki-laki," ungkap Harun masih menyudutkan Rara. 

“Jadi begini, aku sengaja datang kesini dan ada Kak Harun juga mbak yang cantik dan bisa memuaskan laki-laki seperti di maksud Kak Harun ya,” tutur Rara dan cukup memprovokasi. “Tentu saja aku sudah mendapatkan pengganti Kak Harun, lebih baik malah. Lebih dari segala hal.”

“Hah, mana mungkin. Itu hanya khayalanmu saja.”

“Aku serius Kak. Dia tampan, kaya, walaupun bicara masalah puas dan tidak puas tentu saja pria ini bisa mengajariku karena dia sudah berpengalaman dan kami akan segera menikah. Aku pastikan Kak Harun dan mbak yang katanya cantik ini akan kami undang. Jangan sampai tidak hadir ya. Bye Kak Harun,” ujar Rara lalu melambaikan tangannya dan meninggalkan pasangan itu.

Bodoh kamu Ra, malah merepet nggak jelas. Sekarang cari bantuan ke mana, batin Rara semakin putus asa.

Gadis itu tiba di kantor sudah lewat dari jam istirahat selesai, bahkan Slamet sampai geleng kepala karena Robert tidak bisa menghubunginya.

“Mbak Rara ini gimana toh, apa sudah siap kena SP atau sudah pasti naik jabatan? Bisa-bisanya Pak Robert susah menghubungi.”

Rara duduk di kursi kerjanya dan menelungkupkan wajahnya di atas meja.

“Slamet tolong selamatkan hidup saya.”

“Ya mana bisalah Mbak. Nama saya Slamet biar bisa menyelamatkan diri saya sendiri dan kenyataannya sulit. Jadi Mbak silahkah berusaha menyelamatkan diri dari masalah dan juga Pak Robert. Siap-siap juga dapat teguran dari Pak Kevin.”

Rara mengangkat wajahnya mendengar nama Kevin. Dia sudah berjanji akan membayar hutangnya hari ini juga, tapi belum jelas dari mana. Slamet menjauh dari mejanya dan ponsel yang berada di atas meja berdering.

“Ibu.”

Rara berbicara sambil memijat dahinya, karena sang Ayah harus segera melakukan operasi jantung yang bermasalah.

“Apalagi Slamet yang nggak bisa selamatkan aku?” tanya Rara ketika Slamet lagi-lagi menghampirinya.

“Mbak Sari bilang, Mbak Rara diminta ke ruangan Pak Kevin lagi.”

Huft.

“Mbak Rara dari mana saja? saya hubungi ke ponselnya tidak dijawab,” ujar Sari ketika Rara sudah berada di depan mejanya.

“Saya dari luar dan ponsel tertinggal di meja. Pak Kevin mau ngapain ya panggil saya lagi?”

“Langsung konfirmasi dengan Pak Kevin saja Mbak.”

Pertanyaan Rara hanya basa basi karena sudah jelas Kevin akan menagih janji gadis itu atau menerima permintaan konyol dari Kevin tentang pernikahan kontrak.

Rara sudah berada di depan meja Kevin. Tanpa mengalihkan pandangannya, Kevin tahu yang datang adalah Rara.

“Sudah kamu siapkan uangnya? Aku tidak masalah kalau harus menerima cash. Yang penting ….”

“Pak Kevin, saya terima tawaran Bapak.”

Bibir Kevin membentuk senyum yang tidak terlihat, walaupun sudah bisa ditebak kalau Rara akan pasrah dan menerima tawaran darinya. Pria itu bersandar pada kursi kebesarannya dan menatap Rara yang terlihat frustasi.

“Kamu menerima karena terpaksa?”

“Ya gimana lagi Pak, kita buka pasangan cinta dan yang Pak Kevin tawarkan hubungan saling menguntungkan.”

“Tapi aku tidak ingin melihat wajah keterpaksaan kamu. Ketika hubungan ini dipublish kamu harus menunjukan seakan kita memang pasangan serasi dan bahagia tentunya.”

“Tidak usah khawatir, saya pernah belajar drama waktu sekolah. Jadi tahu sedikit banyak bagaimana berakting yang baik.”

“Oke, besok kita bicarakan poin-poin pernikahan kontrak kita dan ….”

“Boleh saya minta DP,” ujar Rara menyela ucapan Kevin sambil meletakan kedua tangannya di atas meja Kevin, bahkan dengan tubuh condong ke depan.

Kevin menatap tajam Rara. Memastikan kalau Rara tidak seperti yang ia kira. Jelas-jelas tadi pagi Rara menolak, tapi kini malah minta DP atas kompensasi perjanjian mereka. Di zaman sekarang, kadang penampilan bisa menipu. Bisa saja Rara tidak sepolos yang dia tunjukan, mana tahu kalau gadis itu memang player wanita.

***

Rara berbaring menatap langit-langit kamarnya. Kejadian hari ini akan selalu dikenang dalam sejarah hidupnya. Bagaimana dia melakukan perjanjian dengan atasan di kantor, menyanggupi untuk menikah kontrak. Hal yang biasa ditemukan di sebuah novel bahkan drama percintaan, tidak menyangka kalau dia akan menjalani perjanjian konyol itu.

Jika dalam cerita pernikahan kontrak akhirnya menjadi kisah yang berakhir bahagia karena pasangan itu akhirnya saling mencinta. Belum tentu dengan dirinya dan Kevin. Apalagi perbedaan usia diantara mereka, juga pengalaman hidup membuat keduanya berbeda prinsip. Yang paling menyebalkan, Kevin mengatakan sudah memiliki kekasih dan akan menikahi wanita itu ketika kontrak nikah berakhir.

“Ya Tuhan engkau memang baik dengan cepat menggantikan Harun yang brengsek dengan kehadiran pria lain, tapi kenapa harus Pak Kevin dengan konsep nikah kontraknya,” gumam Rara masih menatap langit-langit kamar meratapi nasib.

“Nggak mungkin juga aku batalkan, sudah terima DP dan Harus pasti ngakak guling-guling kalau tahu aku hanya membual kalau ada pria yang lebih baik dari dia.”

Kantuk akhirnya datang, perlahan Rara pun memejamkan mata. Namun getaran ponsel yang diletakkan di samping bantal kembali membuatnya terjaga.

“Pak Kevin,” ujar Rara membaca nama yang tertera di layar ponselnya.

“Halo.”

Shareloc alamatmu, aku sudah di jalan.”

“Hah, mau ngapain?”tanya Rara bingung.

“Tidak usah banyak tanya,” ujar Kevin lalu mengakhiri panggilan.

“Ini maksudnya Pak Kevin mau ke sini? Mau ngapain kali, udah malam pula.”

Rara mengabaikan permintaan Kevin, tidak tahu kalau dia sudah bermain api dengan pria bernama Kevin Baskara.

dtyas

Haiii, jangan lupa komen dan bintang limanya ya , thanks

| 1
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Istri Bayaran Duda Angkuh   Part 120 ~ Bonus Chapter (End)

    “Mas, aku kok ragu ya.”“Ayolah, sesekali tidak masalah tinggalkan anak-anak. Ada Ibu dan Mamih, juga pengasuh mereka. Aku mau ditemani kamu, sekalian kita honeymoon. Kita belum pernah loh, tahu-tahu sudah punya anak dua.” Kevin memeluk Rara yang sempat terhenti mempersiapkan perlengkapan yang akan dibawa.Ada kegiatan di luar kota, kali ini Kevin mengajak Rara. Arka sendiri tidak masalah, begitu pun dengan Mihika. Kiya sedang berlibur di Surabaya, bersama eyang -- ibu Rara. Hanya Abimana dan Mihika tidak keberatan kalau bocah itu dititip bersamanya.Apalagi di kediaman Arka ada kedua anak Slamet dan Kamila, membuat Abimana tidak akan jenuh karena memiliki teman sebayanya.“Jangan bawa banyak pakaian, apalagi untuk malam. Aku lebih suka kamu tidak berpakaian,” bisik Kevin.“Masss.”“Aku tunggu di bawah ya, jangan kelamaan aku sudah lapar.”“Hm.”Saat Rara bergabung di meja makan, Kevin dan Abimana sudah siap di kursinya. Terlihat Kevin sedang menjelaskan kalau besok Rara dan dirinya a

  • Istri Bayaran Duda Angkuh   Part 119

    Rara terjaga dari tidurnya. Menggeser pelan tangan Kevin yang memeluk pinggangnya lalu beranjak duduk dan bersandar pada headboard. Masih dengan suasana kamar yang cahayanya temaram, ia mengusap perut yang sudah sangat membola sambil mengatur nafas. Sudah beberapa malam merasakan sakit yang datang dan pergi, sepertinya kontraksi palsu. Namun, kali ini terasa lebih sering. Sedangkan hari perkiraan lahir bayinya masih minggu depan.“Ahhhh.” Rara mengerang pelan. Terdengar suara tangisan Kiya, meskipun ada Nani yang akan sigap sebagai Ibu tentu saja Kiya tidak tega. Beranjak pelan menuju kamar putrinya. Benar saja, Kiya sedang menenangkan putrinya.“Princess bunda kenapa nangis?”“Nda,” panggil Kiya sambil mengulurkan tangannya.Rara tersenyum lalu ikut naik ke ranjang Kiya yang saat ini berumur satu setengah tahun.“Bobo lagi ya, masih malam nih.”“Nda.”“Ssttt.” Rara memeluk Kiya dan menepuk bok0ng bocah itu dengan pelan. “Nani, tolong buatkan susu botol, mungkin dia haus.”Setelah me

  • Istri Bayaran Duda Angkuh   Part 118 ~ Hempaskan Bibit Pelakor

    Rara mendengarkan curhatan adik iparnya mengenai sang suami yang dituduh selingkuh. Sungguh hal yang jauh dari sikap seorang Slamet. Apalagi pria itu terlihat begitu menyayangi Kamila dan putra mereka. Begitu pun kesempatan untuk macam-macam, sepertinya tidak ada.“Aku yakin dia selingkuh kak.” Kamila menyimpulkan setelah dia menceritakan bagaimana sikap Slamet yang dianggap tidak setia. “Iya ‘kan?”“Hm, gimana ya,” gumam Rara.“Gimana apanya?”“Kamila, gini loh. Ketika suami macam-macam, biasanya istri akan merasakan dan melihat perubahan sikap dari sang suami. Misalnya jarang di rumah atau mulai acuh. Kalau aku lihat, Slamet nggak ada indikasi begitu. Lihat saja tuh, dia malah asyik main dengan Kai dan Kiya.”“Ya bisa aja pas di kantor. Aku curiga mungkin saja perempuan itu teman satu divisinya.”“Kamila, curiga boleh ….”“Kak, aku bukan curiga,” ujar Kamila menyela ucapan Rara.Rara kembali mendengarkan ocehan Kamila dan sesekali mengangguk. Saran darinya untuk memastikan kebenaran

  • Istri Bayaran Duda Angkuh   Part 117

    Ada rasa bahagia saat dokter mengatakan kalau Rara sedang hamil dan gejala yang muncul sangat umum untuk awal kehamilan. Tanpa harus mengikuti program kehamilan, ternyata istrinya sudah lebih dulu mengandung. Namun, ada kekhawatiran melihat Rara tergolek lemah karena tidak sadarkan diri.Bahkan saat kehamilan Kiya, Kevin tidak tahu dan tidak mendampingi karena mereka terpisah semenjak ada masalah. Pun saat Kiya lahir, Kevin malah dalam proses pengobatan di Singapura.“Maaf sayang, kali ini aku pastikan akan mendampingi kamu. Apapun yang kamu rasakan kita jalani bersama,” bisik Kevin sambil mengusap kepala istrinya.Akhirnya Rara pun siuman dan terkejut dengan keberadaannya saat ini, bukan di kamarnya.“Mas ….”“Jangan memaksa bangun,” ujar Kevin menahan tubuh Rara agar tetap berbaring.“Aku kenapa Mas?”“Kamu sempat pingsan waktu kita mau pulang. Bukannya aku sudah bilang kalau kamu sakit jangan memaksa untuk ikut denganku.”“Hanya sakit kepala saja Mas. Ayo kita pulang, aku takut Kiy

  • Istri Bayaran Duda Angkuh   Part 116 ~ Adik Untuk Kiya (2)

    Ucapan Mami Mihika mengenai dirinya kemungkinan hamil, membuat Rara resah. Kevin menyangkal karena sering memakai pengaman, meskipun kadang lupa. Sebenarnya tidak masalah walaupun ia hamil, toh Kiya sudah hampir satu tahun. Hanya saja rencana Kevin untuk program hamil tentu saja gagal.“Sayang, hei.” Tepukan di bahunya membuat Rara tersadar dari lamunan.“Ya.”“Are you okay?” tanya Kevin dengan mengernyitkan dahi. Rara hanya mengangguk pelan dan menyadari mobil sudah berhenti di … rumah mereka.“Sudah sampai?” tanyanya sambil melepas seatbelt.“Bahkan Kiya sudah duluan turun,” jawab Kevin. “Kamu yakin baik-baik saja?”“Aku baik sayang, hanya saja tadi aku melamun mungkin. Ayo turun!”Menjelang tidur, pikiran Rara masih terkait antara hamil dan tidak hamil. Untuk memastikan dia hanya perlu tespek atau ke dokter. Masalah datang bulan agak sulit menjadi dasar ukuran karena sejak melahirkan Kiya, periode bulanannya tidak teratur. Seperti bulan ini, yang belum datang juga.“Sayang, besok a

  • Istri Bayaran Duda Angkuh   Part 115 ~ Adik Untuk Kiya (1)

    Banyak berkah dan kemudian menjadi istri dari Kevin Baskara, yang awalnya bukan tujuan Rara kini ia bersyukur dengan segala yang dirasakan. Seperti saat ini, pulang ke Surabaya menggunakan pesawat dengan pilihan kelas bisnis agar Kiya tetap nyaman. Bahkan ketika tiba di bandara, mobil yang memang disiapkan untuk kebutuhan Ibu sudah menjemput.Rumah peninggalan almarhum bapak tidak berubah hanya diperbaiki kalau ada kerusakan, tapi Kevin membeli kavling di sebelah rumah Ibu dan dibangun untuk ia tinggal ketika berkunjung ke sana. Mobil sudah berhenti di depan pagar, Ibu keluar dengan antusias.“Cucu Uti sudah datang, ayo sini gendong sama uti.”Kiya yang dalam perjalanan dipangku oleh pengasuhnya pun berpindah ke gendongan Ib, bahkan tergelak saat Ibu menciumi pipinya.“Ayo masuk, istirahat dulu. Kamu pasti pusing ‘kan turun dari pesawat,” ujar Ibu pada Rara.Rara menganggukan kepala setelah mencium tangan ibunya, lalu menuju rumah mereka. Pak Budi membawakan koper dan tas milik Rara d

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status