Share

Bab 6. Tawaran

Herlin ingin sekali melepaskan tangan Nathan. Dia sangat risih dengan Nathan yang memeluk tangannya. Ditambah banyak mata yang melihatnya. Tapi kekuatannya kalah dibanding Nathan.

"Sayang, kamu harus tidur," bujuk Samira lagi.

"Tidak mau," tolak Nathan.

Nathan membuang muka. Dia melipat kedua tangan serta bibir yang mengerucut dengan masih memeluk tangan Herlin.

"Nathan, kamu pergilah ke kamar kamu. Kakek ingin bicara sama Herlin," suruh Edwin dengan tegas.

"Tidak mau, Kek," ucap Nathan dengan manja.

Nathan lebih menurut kepada Edwin dibandingkan kedua orang tuanya. Menurutnya, Edwin sangat menakutkan kalau sudah marah. Dia juga sering dihukum sama Edwin kalau berbuat salah. Orang tuanya tidak pernah menghukum dia.

"Kamu pergilah ke kamar kamu. Kakek janji, kamu nanti akan melihat Herlin setiap hari di samping kamu," bujuk Edwin lagi.

"Benarkah?" tanya Nathan dengan sangat gembira dan bertepuk tangan heboh bisa bersama Herlin setiap hari.

Herlin menatap ke arah Edwin dengan heran. Kenapa dia harus menemani Nathan setiap hari. Belum sehari saja dia sudah capek. Apalagi kalau setiap hari. Bisa-bisa dia hanya tinggal raga saja.

"Iya, makanya kamu nurut sama Kakek."

"Tuan Putri, Tuan Putri akan selalu bersama Nathan," ujar Nathan menatap ke arah Herlin dengan berbinar.

"Aku ti …."

"Dia akan selalu bersama kamu. Sekarang kamu pergilah ke kamar dan cuci tangan. Kemudian tidur," potong Edwin sebelum Herlin mematahkan semangat Nathan.

Mata Herlin berkedip-kedip. Perkataan dia dipotong begitu saja. Edwin seenak hati memutuskan sesuatu tanpa persetujuan darinya.

"Baik Kek," balas Nathan dengan patuh.

Nathan sebelum pergi sempat mencium pipi Herlin. Setelah itu dia segera berlari ke arah kamarnya. Edwin jarang berbohong kepada dia, makanya dia percaya dengan perkataan Edwin.

Mata Herlin jadi melotot besar ketika Nathan mencium pipinya. Tangannya dengan cepat bergerak ke arah pipi yang dicium oleh Nathan. Dia masih sangat shock dengan perlakuan Nathan. Lalu matanya melihat Nathan yang sudah berlari ke arah tangga. Setelah itu dia tidak sengaja melihat ke arah Tristan yang menatapnya dengan sangat lekat.

'Kenapa dia menatap aku seperti itu,' batin Herlin setelah terkejut dengan apa yang dilakukan Nathan. Dia kembali terkejut dengan tatapan Tristan yang sangat aneh.

"Baiklah, langsung saja kepada intinya. Saya tidak mau basa basi. Saya ingin kamu terus berada di samping Nathan. Bila perlu kamu menikah lah dengan Nathan," kata Edwin sangat ringan. 

Herlin kembali terkejut. Mulutnya sempat ternganga mendengar perkataan Edwin yang menyuruhnya menikah dengan Nathan bagaikan menyuruh mengambil baju. 

'Apakah kakek Tristan ini sudah gila,' batin Herlin masih kasih.

Tidak hanya Herlin, keluarga Nathan yang lain juga terkejut. Termasuk Tristan yang dari tadi diam saja. Dia tidak menyangka jika kakeknya akan berterus-terang meminta Herlin untuk menikah dengan Nathan. Apalagi beberapa minggu yang lalu Herlin menyatakan cinta kepada dirinya. 

"Apa maksud Tuan?" tanya Herlin mencoba bersikap sabar dan melengkungkan senyuman dengan paksa.

"Saya akan membayar kamu berapapun yang kamu mau. Saya juga akan mengabulkan semua permintaan kamu. Tidak ada yang tidak bisa saya lakukan. Asalkan kamu mau menemani Nathan," tambah Edwin. 

"Apa Tuan pikir, Tuan bisa menyogok saya?" tanya Herlin dengan mata memerah.

Herlin belum pernah sehina itu seumur hidupnya. Dia tidak pernah mengemis kepada orang lain. Dia bisa berusaha sendiri.

"Siapa di dunia ini yang tidak membutuhkan uang. Dengan uang kita bisa membeli segala yang ada di dunia ini."

"Tuan memiliki banyak uang. Kenapa Tuan tidak menikahkan saja cucu Tuan yang gila itu dengan orang lain," ujar Herlin sudah tersulut emosi.

"Herlin, jaga omongan kamu," kata Tristan dengan marah.

Tristan tidak suka kalau ada orang yang menjelek-jelekan kakaknya. Dia sangat menyayangi sang kakak dibanding siapapun.

"Kenapa? Apa aku salah? Kamu memanggil dia kakak, tapi dia bersikap lebih kekanakan daripada kamu."

"Kamu!"

"Tristan, sudah," tegur Samira agar Tristan tidak memancing emosi Herlin lagi.

"Jika kamu menikah dengan Nathan maka kehidupan kamu akan berubah. Kamu tidak akan miskin seperti sekarang," kata Edwin.

"Biarpun saya miskin, saya tetap tidak mau nikah sama Nathan," sahut Herlin tidak takut.

"Herlin, tolong pikirkan baik-baik. Tante mohon, ini demi anak Tante. Tante tidak mau hidupnya semakin menderita. Dia akan terus terikat sama kamu. Dia tidak akan bisa hidup tanpa kamu," mohon Samira tidak mau kehilangan Nathan.

"Tante tidak perlu mengada-ngada dengan membuat alasan Nathan tidak bisa hidup tanpa saya. Dia mempunyai segalanya di sini. Kakeknya bisa mengabulkan apapun yang dia minta," sindir Herlin.

"Kami tidak mengada-ngada. Keluarga ini mengalami kutukan."

"Kutukan?" tanya Herlin tidak mau percaya.

"Iya."

Samira menceritakan tentang kutukan yang dialami keluarga Alexander William. Samira menceritakan semua itu dengan berat. 

Edwin membiarkan Samira bercerita agar bisa menarik simpati Herlin. Dia tidak peduli kalau harus mendapatkan belas kasihan dari Herlin. Baginya Nathan dan Herlin harus menikah.

Herlin sekarang tahu kenapa Nathan begitu lengket kepada dirinya. Dia juga terkejut mengetahui kalau Samira menikah karena di bawah pengaruh kutukan. 

Darius memeluk istrinya dengan erat. Dia tahu kalau istrinya dulu sangat menderita menikah dengannya. Namun sekarang dia berhasil membuat Samira mencintai dirinya. Walaupun sudah sangat terlambat untuk menghilangkan kutukan itu.

"Perempuan itu harus dengan setulus hati mengatakan mencintai keluarga dari Alexander William yang mendapat kutukan. Dia harus mencintai karena dia sendiri, bukan karena harta atau lainnya. Rasa cinta itu tidak cukup dimiliki dan disimpan dalam hati saja. Dia harus mengungkapkan sebelum terlambat. Andai saja waktu itu saya tahu, maka saya akan bilang kalau saya sudah menerima Darius sebelum kelahiran Nathan. Kutukan seharusnya tidak turun ke Nathan," cerita Samira dengan berat.

Samira telat menyadari kalau dia sudah bisa menerima Darius. Darius bisa membuatnya lupa tentang mantan tunangannya yang tega menjual dirinya kepada Darius.

Darius merupakan teman dari mantan tunangan Samira. Dia tergiur oleh uang yang diberikan Darius agar mau meninggalkan Samira.

Samira sempat putus asa dan menolak menikah dengan Darius. Namun Darius memaksa dia dengan mengancam keluarganya.

Darius memperlakukan Samira seperti ratu. Dia akan membelikan apa yang Samira inginkan. Bahkan perlakuan Darius jauh lebih baik dari mantan tunangan.

Sejak dia mengetahui hamil, dia berusaha melupakan masa lalu demi calon anaknya. Dia terus menyangkal kalau luluh dengan Darius. 

Samira bener-bener menyesal mengikuti egonya karena mereka menikah dengan terpaksa. Dia menyalahkan diri sendiri saat Nathan lahir.

"Apa sekarang kamu sudah memutuskan mau menikah dengan Nathan?"

"Maaf, saya tetap tidak akan menerima penawaran," tolak Herlin tidak mau berubah pikiran. 

"Apa lagi yang kamu inginkan. Kamu bisa memiliki rumah mewah, mobil mewah kalau menikah dengan Nathan. Bahkan kami bisa memberikan kamu sebuah perusahaan sendiri," rayu Edwin tidak mau kalah.

"Bukan harta yang saya inginkan. Kalau Tuan bisa menghidupkan kembali tante dan calon sepupu aku, baru aku mau menikah dengan Nathan," sahut Herlin tidak akan memaafkan keluarga Alexander yang telah membuat dia kehilangan mereka.

 Edwin terdiam membisu. Sekaya-kayanya dia, dia tidak bisa menghidupkan orang yang telah meninggal. Kalau dia bisa melakukan itu, maka dia akan menghidupkan kembali keluarganya.

"Kamu bisa minta apapun kecuali hal itu," kata Edwin.

"Hanya itu yang saya inginkan. Saya tidak butuh yang lain," sahut Herlin.

"Atau Tuan sudah lupa dengan saya?" sambung Herlin.

Edwin memikirkan dimana pernah melihat Herlin. Di usianya yang sudah tua, dia masih memiliki ingatan yang sangat kuat. Namun dia tidak bisa mengingat tentang Herlin sedikitpun.

Bersambung ….

Andriani Keumala

Untuk beberapa bab kedepan memang banyak flashback ya. Biar kedepan jelas jalan ceritanya. Terus dukung author dengan like, komentar.

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status