Mata dingin tak berperasaan itu masih tertuju pada gadis yang mengaku bernama Valerie. Jupiter membeku, bukan karena dia percaya akan kebohongan perempuan licik ini. Piter justru tak mengerti apa yang sedang dia rencanakan sehingga berani berbohong. Mungkinkah di matanya Piter masih terlihat seperti lelaki bodoh di masa lalu?
“Tuan ...” Valeri menundukkan kepala hingga menyentuh permukaan ranjang. “Tolong lepaskan aku, namaku adalah Valerie, sungguh ...” pintanya memohon.
Dia tidak berbohong seperti yang Piter pikirkan. Gadis ini memang lah Valerie Demelza, gadis yang baru pertama kalinya menginjakkan kaki ke kota ini. Gadis yang terpaksa pergi jauh untuk mencari biaya perobatan adik satu-satunya, yang menderita kanker otak. Tak menyangka dia akan mendapatkan perlakuan buruk saat melangkahkan kakinya ke kota ini. Siapa pria di depannya, dan siapa Megan yang dia sebut-sebut itu?
Dari arah luar, salah satu dari orang suruhan Jupiter masuk dengan sebuah tas wanita di tangannya. Mendekati tuannya, lelaki berjas hitam itu lantas berkata, “Tuan, kami menemukan ini di dalam tas Nyonya Megan.”
Dengan malas-malasan, Jupiter menerima benda kecil yang bertuliskan nomor ID dan nama si pemilik.
Valerie Demelza, nama yang tertera di kartu pengenal wanita ini. Bagaimana bisa?
Wajah itu sama persis, tak ada yang kurang sedikit pun dari yang terakhir Jupiter ingat. Megan adalah putri tunggal di keluarganya dan tidak memiliki saudara kembar. Dan jika dikatakan mungkin sesuatu yang kebetulan, benarkah bisa semirip ini? Bahkan benda mati yang direplika pun pasti memiliki perbedaan. Tidak mungkin ... Jupiter yakin orang yang ada di depannya memang lah Megan, istri tidak tahu diri itu.
“Kau sangat profesional, ternyata. Selain berusaha keras menipuku dengan nama palsu, bahkan kau mengubah tanggal lahirmu? Iblis pun tahu bahwa kau adalah Megan!”
Sleb!
Sekali lagi Valerie mendapat sabetan keras di pinggangnya, membuat gadis itu menjerit tak terkendali. Valerie hanya bisa menangisi kesialan yang dia dapatkan belakangan ini.
“Aku bukan Megan, tolong percaya lah, Tuan. Anda mungkin mengenal wajah ini pada seseorang, tapi sungguh aku bukan dia. Aku ... aku juga tidak mengerti kenapa wajah ini ada padaku. Ini bukan wajahku yang sesungguhnya, Tuan.” Valerie mencoba menjelaskan.
Apa lagi ini? Alasan apa lagi yang dikeluarkan perempuan ini untuk membuat dirinya seolah bukan Megan? Bisakah seseorang memiliki wajah yang tidak sesungguhnya? Apakah dia ingin mengatakan memakai topeng? Antara ingin membunuh dan tertawa, Jupiter mendekatkan wajahnya pada Valerie.
"Benarkah? Maka tunjukkan wajahmu yang sesungguhnya, Valerie Demelza.” Nadanya dingin dan penuh kemarahan.
Valerie memundurkan tubuhnya ke belakang, menghidari tatapan mata yang sangat menakutkan itu. Tampak jelas kegugupan di raut cantik yang kini berusaha untuk membuat dirinya tidak gemetar.
“Aku ... aku memiliki foto-foto lain di dalam tas itu. Anda bisa melihat wajahku yang asli di sana.”
Sungguh kesabaran Jupiter sudah tak sampai setengah yang tersisa. Ingin dia segera mencengkram leher wanita siala yang ada di depannya ini, tapi Piter berusaha mengikuti permainan mantan istrinya. Dia keluarkan benda lainnya dari dalam tas itu dan menemukan sebuah foto berukuran kecil di dalam dompetnya. Wajah yang berbeda, jelas itu bukan wajah yang Jupiter lihat di atas ranjang.
“Sebodoh ini kah semua orang di matamu?”
“Aku tidak berbohong!” Valerie menyahut cepat. Air mata itu mulai membanjir di kedua matanya dan dia memohon dengan sangat. “Tolong percaya padaku, Tuan, aku adalah wanita di gambar itu. Wajah ini ... bahkan aku sendiri tidak mengenalnya.”
Tanpa mengatakan apa pun, Jupiter menerjang Valerie ke atas ranjang dan menindih tubuh gadis itu. Valerie sampai gelagapan berusaha mengelak, tapi kedua tangan yang terikat ke belakang membuatnya tidak bisa melakukan perlawanan. Hanya geliatan kecil yang berhasil dia buat, berharap tubuh lelaki yang menindihnya bisa tersingkir.
“Kau berharap aku percaya?” kata Jupiter, napasnya yang berat menyapu permukaan kulit Valerie, membatnya semakin ketakutan di bawah jupiter. “Baik, mari kita lihat akan sejauh mana kau bisa berbohong.” Dengan mengatakannya, Jupiter duduk di atas tubuh Valeri dan menarik kasar leher baju yang dikenakan gadis itu.
“Akh! Jangan! Kau tidak boleh melakukan ini padaku!” Valerie menjerit kencang, di kepalanya segera berputar sesuatu yang menakutkan akan terjadi. Apakah dia akan diperkosa? Mungkin Valerie bisa menahan siksa dari lelaki ini, tapi dia tidak siap menerima perlakuan tidak senonoh seperti itu!
“Lepaskan, jangan lakukan itu padaku, argh!” teriaknya, merasakan leher bajunya kian ketat oleh sentakan Jupiter yang menjadi-jadi. Jeritan itu semakin pilu ketika Valerie mendengar bunyi robekan yang muncul dari bajunya. Dalam hitungan detik, pakaian yang menempel di tubuhnya sudah lepas sepenuhnya sehingga meninggalkan dalaman atas yang tersisa untuk menutupi bagian tubuh yang memalukan.
Tamat sudah riwayatnya hari ini. Valerie menangis menjadi membayangkan dirinya akan kehilangan sesuatu yang berharga tanpa bisa melakukan perlawanan. Dua bola mata indahnya terlihat menyedihkan dan kembali mulut gadis itu mengucapkan kata memohon.
“Kumohon, tolong jangan lakukan ini, Tuan...” Sangat menyedihkan.
Tapi tidak seperti yang dia pikirkan, Jupiter hanya diam di atas tubuhnya. Mata lelaki itu menatap lurus pada dadanya yang menjulang dari tempatnya, tanpa menyentuh lebih jauh. Lalu perlahan Jupiter turun dari atas tubuh gadis bernama Valerie, dan wajahnya terlihat sangat sendu.
“Seorang pembohong akan tetap menjadi pembohong, tidak ada yang bisa mengubah itu. Tapi percaya lah, Megan, aku akan membuatmu merasa di dalam neraka, sehingga kau mengakui semua kebohongan itu.” Hanya kalimat itu yang keluar dari bibir lelaki yang kini menjauh meninggalkan Valerie yang masih shock di atas ranjang.
Sebenarnya, apa yang ada di pikiran lelaki itu? Kenapa dia terus menuduh Valeri berbohong dan untuk apa dia merobek paksa pakaiannya? Neraka ... satu kata yang terdengar singkat, tapi cukup untuk membuat Valerie ketakutan di dalam tanda tanya.
Apakah neraka yang dia maksud adalah siksaan yang akan membunuhnya secara perlahan? Atau mungkin ada sesuatu yang tengah direncanakan lelaki ini untuk membuat Valerie mati secara perlahan? Sangat menakutkan, sampai Valerie merasa tubuhnya gemetar tak terkendali.
****
Entah sudah berapa hari Valerie dikunci di dalam kamar pengap yang kecil itu. Dia bahkan tidak tahu apakah ini siang atau malam. Sudah berapa kali kah hari gelap dan terang? Valerie hanya bisa melihat tembok di sisi kiri kanan juga pintu yang selalu tertutup sempurna. Bahkan makan pun dia tidak diberi, sehingga Valerie menjadi sangat lemas. Ini kah siksaan yang disebutkan oleh lelaki tak dikenalnya itu? Kenapa dia menyiksa seseorang sangat mengerikan?Niatnya datang ke kota ini hanya ingin mencari pekerjaan agar bisa mengumpulkan uang untuk perobatan adiknya yang sakit kanker. Dia bukan menipu, apalagi berharap disiksa seperti ini. Valerie tidak mengerti kenapa ada lelaki kejam yang tega membuatnya seperti ini.“Nikcy, maafkan kakakmu,” bisik Valerie, membayangkan wajah adik yang pasti tengah menunggu kabar darinya. Anak berusia empat belas tahun itu, akan seperti apa nasibnya di rumah sakit? Dia kembali menangis, merasa sangat bersalah pada adiknya.
Jupiter menarik pundak Valerie sehingga gadis itu berdiri tepat di depan wajahnya. Mata tajam yang sangat menusuk dia hadiahkan pada sang gadis, membuat Valerie bergeming tak berkutik. Kakinya beku, kedua tangan yang berusaha menutupi bagian tubuhnya juga tidak berani untuk bergerak, kecuali gemetar yang dia rasakan pada seluruh tubuhnya. Gadis yang ketakutan itu tidak berani membalas tatapan Jupiter.“Menjijikkan.” Satu kata yang keluar dari mulutnya selalu sukses membuat Valerie terhina. “Bersihkan tubuh kotor ini sebelum kau menemui putramu.” Lantas dia menyalakan shower yang bertepatan di atas kepala Valerie.Apa sebenarnya maksud dari perkataannya? Putra? Putra mana yang dimaksud lelaki ini? Valerie hanya bisa diam di bawah guyuran air yang terus menyiram kepalanya, sementara Jupiter menatap tubuh itu tanpa berkedip.Tidak Jupiter sangkal bahwa kemolekan tubuh gadis ini sukses membangkitkan sesuatu di dala
Mansion milik keluarga Lemanuel digegerkan oleh kedatangan wanita yang mereka yakini adalah Megan. Mulai dari pelayan rendahan sampai kepala pelayan semua menggosipkan tentang mantan nyonya mereka yang angkuh, kejam, dan tidak berperasaan. Tentunya mereka sangat terkejut melihat nyonya yang biasa berpenampilan glamour itu tiba-tiba menjadi seorang pengasuh.Valerie yang ketepatan sedang membuatkan sarapan untuk Rainer harus mendengar gosip yang diucapkan secara terang-terangan.“Kau yakin Nyonya Megan akan menjadi pengasuh? Dia bisa mengasuh Tuan Muda Rainer? Menurutku itu tak masuk akal. Tujuannya ke sini pasti lah ingin merayu tuan.”&nb
Sekembalinya dari klinik, Valerie membersihkan tubuhnya yang masih penuh bentolan dan berwarna merah. Perih. Bibirnya meringis merasakan buih sabun itu seperti perasan asam yang mengenai luka. Beberapa kali air mata masih menetes di wajah cantik yang kian hari semakin sendu. Selepas mandi, tak lupa dia gosokkan salap penghilang bentol yang diberikan oleh dokter untuk mengurangi iritasi.Baru saja dia pikir untuk beristirahat, pikirannya justru terarah pada Nicky, adiknya yang berusia empat belas tahun dan mendapat perawatan di rumah sakit khusus kanker. Valerie sangat merindukan Nicky sampai tak bisa menahan diri, dan berpikir ingin mendengar kabar darinya. Tapi dengan apa? Ponselnya sudah menghilang ketika Valerie mengalami penculikan di bandara.Dia teringat di lorong menuju kamarnya terdapat sebuah telepon rumah. Mungkin tidak masalah jika dia meminjam telepon di mansion besar itu. Untung-untung jika Valerie bisa meminta Nicky untuk bersak
Alis Jupiter bertaut di satu tempat. Otaknya belum bisa mencerna maksud dari perkataan perempuan yang ada di depannya. Bukankah barusan dia berkata agar gadis ini melaporkan pekerjaan? Kenapa dia justru meminta uang? Mendengus, Jupiter menatapnya dengan pandangan merendahkan.“Uang? Kupikir kau tidak mungkin lupa dengan uang yang kau bawa kabur dariku. Dan sekarang kau membahas uang lagi?”“Dan aku tahu kenapa kau menahanku di sini, Tuan Lemanuel. Karena sebenarnya, putramu membutuhkan sosok seorang ibu. Dia merindukan kasih sayang seorang ibu dan sebab itu lah kau menyiksaku.”Rahang Jupiter mengeras mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Valerie. Dia marah, Valerie tahu itu. Tapi untuk sekarang itu bukan lah hal penting. Mendapatkan uang agar Nicky terus bisa menjalankan perobatannya adalah hal yang selalu dia pikirkan sejak tadi.“Ibu sepertimu? Huh!” Jupiter mendengus marah. “Putraku tidak membutuhkan ibu
Semakin lama lelaki itu mencengkram lehernya, semakin sakit pula Valerie rasakan di sana. Kedua tangan berusaha menggapi pergelangan Jupiter, berharap dia bisa lepas dari tangan lelaki itu. Bola mata yang membulat sempurna pun mulai terbalik sehingga hanya putihnya saja yang terlihat. Jupiter sudah seperti manusia yang kesetanan.Ketika akhirnya Valerie berhasil memukul pelan pergelangan Jupiter, lelaki itu seperti tersadar bahwa dia hampir saja menjadi pembunuh. Dia lepaskan cengkramannya dengan kesal, membiarkan tubuh Valerie jatuh ke atas lantai.“Aku bisa membunuhmu kapan saja jika aku ingin. Tapi aku akan rugi jika membunuhmu secepat itu,” kata Jupiter. “Kuperingatkan agar jangan kau coba memancing amarahku jika kau masih menyayangi nyawamu!” ancamnya, pelan tapi cukup tegas di telinga.Gadis yang terkapar di atas lantai masih berusaha mengumpulkan udara untuk mengisi paru-parunya. Valerie terbatuk memegangi leher yang terasa sangat
‘Meski aku marah melihat perselingmu, akan kututup mataku dan melupakan perbuatanmu kali ini, Megan. Demi Rainer, aku akan berpura bodoh dan buta.’‘Dan kau pikir aku peduli tentang itu? Aku ingin bercerai! Dan kukatakan, bahwa aku juga tidak peduli pada putramu yang bodoh itu!’Pertengkaran terkahir yang Jupiter ingat adalah, Megan berkata dia tidak peduli pada Rainer. Wanita itu bahkan menghina, mengatakan putranya seorang autis. Jupiter meremas jemari setiap kali mengingat Megan meninggalkan rumahnya dengan membawa hampir setengah dari kekayaan yang dia miliki. Wanita berhati iblis itu benar-benar menghilang bagai ditelan bumi. Dan ketika Jupiter sudah berhasil melewati semua kesulitannya, siapa sangka dia akan menemukan wanita itu lagi? Dan masih tetap sebagai wanita yang tamak akan uang.Brak!Jupiter memukul meja kerjanya, untuk melepaskan amarah yang tertahan.“Bawa Megan padaku.”Pria yang be
Meladeni Patricia adalah hal yang sia-sia. Valerie hanya akan mendapat masalah jika menjawab perkataan wanita kejam itu. Dia menghela napas berat sebelum melanjutkan langkahnya lagi.“Maaf, aku punya urusan lain.”Valerie mempercepat langkah untuk meninggalkan wanita itu. Valerie gemetar, dia sadari itu. Sebab itu dia bergegas meninggalkan Patricia yang kini menggerutu di belakang sana. Valerie belum siap untuk membalas perkataan wanita kejam yang semakin menjadi-jadi.Di depan pintu kamar Rainer, dia mempersiapkan diri akan mendengar kalimat apa nantinya dari anak itu. Mungkin Rainer akan meledak-ledak seperti kemarin? Tapi untuk mundur bukan lagi pilihan, sebab Valerie sendiri lah yang mengambil keputusan menjadi ibu bagi Rainer.“Selamat pagi,” sapa Valerie, membuat dirinya seramah mungkin. “Kau sedang bermain?” lanjutnya, memasuki kamar Rainer dengan seulas senyum di bibirnya.Anak kecil yang sedang memainkan