“Tuan, kami melihat istri Anda keluar dari bandara.”
Refleks Jupiter berdiri dari kursi kebanggannya, kala mendengar laporan dari salah satu orang kepercayaannya di telepon. Sorot mata menjadi tajam dan garis bibir itu menipis menunjukkan betapa lelaki itu sangat marah. Menggeram, dia mengepal tangan kirinya.
“Bawa dia padaku segera!” perintahnya. Nada pelan namun penuh penekanan.
Lantas, Jupiter meninggalkan meja meeting tanpa mengakhiri rapat yang tengah dia pimpin. Yang di pikiran lelaki itu hanya lah satu, segera menghukum wanita sialan yang mempermainkan hidupnya.
Jupiter Lemanuel, seorang CEO dari perusahaan besar yang sangat terkenal dingin sejak lima tahun terakhir. Lelaki yang pernah mendapat penghkhianatan kala dia mengalami kecelakaan. Akhirnya, setelah lima tahun menahan kebencian di dalam dada, Jupiter akan bisa melampiaskan dendamnya.
Ketika pintu kamar itu dibuka, Jupiter bisa melihat seorang wanita yang tengah duduk di tepi ranjang. Wanita dengan wajah yang sangat dia benci, yang sangat ingin dia bunuh saat ini juga. Wanita itu segera berdiri dan berlari ke arahnya.
“Tuan, bisa kau bantu aku keluar dari sini? Mereka memaksa aku ikut ke sini,” jelas sang wanita dengan wajah tanpa berdosa.
Drama apa yang dijalankan mantan istri yang tak tahu diri ini?
Plak!
Sebuah tamparan mendarat di wajah cantik wanita itu, membuatnya terlempar ke kiri. Wanita itu tersungkur dengan wajah menyentuh lantai. Lalu tanpa merasa salah, dia mengangkat wajah untuk membalas tatapan Jupiter.
“Kenapa kau memukulku? Jika kau tidak ingin menolong, kau tidak seharusnya berlaku kasar seperti ini.” Tampak dia sangat marah sehingga mengucapkan berbagai kalimat yang membuat Jupiter semakin naik darah.
Tanpa mengucapkan apa pun, Jupiter berjongkok di depan sang wanita yang dulu pernah mengisi hatinya. Telapak besar lelaki itu lantas mencengkram rahangnya dengan kasar. Wanita meringis, juga matanya mulai berkaca-kaca. Tak peduli, Jupiter semakin mempererat cengkraman tangannya.
“Tuan? Ciuh!” Dia meludah di atas lantai. “Jadi, kau pikir aku akan melepaskanmu dengan memanggilku seperti itu? Jangan bermimpi, Megan!”
Dua bola mata yang ketakutan itu terlihat bingung. ‘Megan?’ pikirnya. ‘Apakah mereka salah menangkap orang?’ Ingin gadis itu membuka mulut untuk menjelaskan, tapi cengkraman tangan si lelaki terlalu menyakitkan. Dia tidak berani bahkan untuk mengangkat bibirnya.
“Kenapa kau kembali setelah lima tahun? Uang yang kau bawa sudah habis? Selingkuhanmu sudah membuangmu sehingga berpikir ingin mengemis lagi padaku?” Suara Jupiter keluar dari antar gigi-gigi yang mengatup.
Apa maksud lelaki ini? Tadi dia menyebutkan nama Megan, lalu sekarang uang, selingkuh, dan mengemis? Gadis ini tahu lelaki di depannya memang lah salah orang.
“Ma-maaf, aku tidak mengerti apa maksudmu.”
Plak!
Sekali lagi Piter melayangkan tamparan di wajah gadis sialan yang mencoba mempermainkan emosinya.
“Tak mengerti katamu?”
Gadis di lantai itu menggeser duduknya untuk menjauh dari Jupiter. Bibirnya mulai menunjukkan ekspresi ingin menangis, dan terlihat betul dia sangat ketakutan. Jupiter semakin membenci ekspresi yang ditunjukkan oleh mantan istrinya itu, membuatnya ingin segera membunuh perempuan tidak tahu diri ini. Dia ingin berpura-pura kehilangan ingatan? Sangat licik!
“Maka aku akan membuat kau mengerti.” Piter menjentikkan jarinya, dan dua orang penjaga masuk ke dalam kamar. “Ikat dan siksa dia. Paksa perempuan tak tahu diri ini mengingat semua yang dilakukannya lima tahun yang lalu.
Lima tahun yang lalu, ketika Piter kecelakaan dan membuat kakinya lumpuh sementara, Megan memasukkan lelaki asing ke rumahnya. Wanita gila itu dengan tega bercinta di salah satu kamar rumah milik Jupiter. Lelaki yang saat itu sangat mencintai istrinya, tidak menyangka jika Megan tega mendesah di bawah tubuh lelaki lain. Bahkan Jupiter sempat memergokinya, melihat bagaimana Megan dengan santai menghina dengan kalimat yang menyakitkan.
‘Kau lumpuh! Kau hanya bisa duduk di kursi roda sialan itu, dan kau pikir aku akan tahan tidak mendapat nafkah batin? Lebih baik kau mati sejak awal, agar tidak menyusahkan orang lain! Kau laki-laki lumpuh! Aku tak sudi menjadi istrimu!’
Hingga sekarang kalimat itu masih terus terngiang di telinga Piter, dan membuat rahangnya mengetat. Napas Piter menderu sedang dadanya naik turun. Kedua tangan saling meremas, membuktikan kemarahannya sudah tak bisa ditahan lagi. Lantas, tanpa menghiraukan jeritan pilu dari wanita itu, dia mendekat ke sisi ranjang.
“Tolong lepaskan aku. Aku bukan Megan yang kau cari. Tolong lepaskan aku, kau tidak boleh melakukan ini padaku.”
Telinga Jupiter mendengarnya, tapi hatinya sama sekali tidak tersentuh. Sigap dia buka sabuk yang melingkar di pinggangnya dan menggulung ujungnya di telapak tangan.
“Katakan sekali lagi,” ucapnya, dan semakin dekat pada wanita yang terikat di atas ranjang.
“Aku bukan Megan, tolong lepaskan aku.”
Sleb!
“Argh ...!”
Sebuah cambukan mendarat di kaki putih milik gadis itu, yang diiringi dengan jeritan pilunya.
“Katakan sekali lagi,” ulang Piter, mengangkat sabuk yang dia jadikan sebagai cambuk.
Apa yang akan dijawab oleh gadis ini? Bibirnya dikunci rapat-rapat sedang air mata sudah membanjiri wajahnya. Dia sangat takut bahkan untuk membuat suara.
“Katakan sekali lagi!” teriak Piter menggemah. Dan sekali lagi, dia melayangkan sabuk di tangannya untuk memberi pelajaran pada mantan istri tak tahu diri itu.
“Aku bukan Megan!” balas gadis itu tak kalah keras. Meski pinggulnya terasa sangat sakit oleh sabetan, dia menantang mata Jupiter dengan garang. “Namaku Valerie Damelza, kau salah orang dan kau tidak boleh memukulku seperti ini!”
Apa? Dia sebut siapa namanya tadi? Apakah dia sengaja ingin membuat kesabaran Jupiter habis, sehingga membunuhnya detik ini juga? Mata Piter terbuka lebar seakan ingin memakan orang di depannya ini bulat-bulat.
“Aku bukan Megan, tolong percaya padaku, Tuan. Namaku Valerie.”
Entah dia sengaja mempermainkan Piter, tapi nada bicara gadis ini terdengar sangat meyakinkan. Piter mematung di tempatnya dengan berbagai pikiran yang tak bisa dia mengerti.
Benarkah gadis ini bukan Megan? Betulkah namanya adalah Valerie Demelza? Sorot mata Jupiter menggelap seketika.
****
Bersambung.
Halo, selamat datang di novel ke 3 aku dan semoga kakak semua suka, ya.
Mata dingin tak berperasaan itu masih tertuju pada gadis yang mengaku bernama Valerie. Jupiter membeku, bukan karena dia percaya akan kebohongan perempuan licik ini. Piter justru tak mengerti apa yang sedang dia rencanakan sehingga berani berbohong. Mungkinkah di matanya Piter masih terlihat seperti lelaki bodoh di masa lalu?“Tuan ...” Valeri menundukkan kepala hingga menyentuh permukaan ranjang. “Tolong lepaskan aku, namaku adalah Valerie, sungguh ...” pintanya memohon.Dia tidak berbohong seperti yang Piter pikirkan. Gadis ini memang lah Valerie Demelza, gadis yang baru pertama kalinya menginjakkan kaki ke kota ini. Gadis yang terpaksa pergi jauh untuk mencari biaya perobatan adik satu-satunya, yang menderita kanker otak. Tak menyangka dia akan mendapatkan perlakuan buruk saat melangkahkan kakinya ke kota ini. Siapa pria di depannya, dan siapa Megan yang dia sebut-sebut itu?Dari arah luar, sal
Entah sudah berapa hari Valerie dikunci di dalam kamar pengap yang kecil itu. Dia bahkan tidak tahu apakah ini siang atau malam. Sudah berapa kali kah hari gelap dan terang? Valerie hanya bisa melihat tembok di sisi kiri kanan juga pintu yang selalu tertutup sempurna. Bahkan makan pun dia tidak diberi, sehingga Valerie menjadi sangat lemas. Ini kah siksaan yang disebutkan oleh lelaki tak dikenalnya itu? Kenapa dia menyiksa seseorang sangat mengerikan?Niatnya datang ke kota ini hanya ingin mencari pekerjaan agar bisa mengumpulkan uang untuk perobatan adiknya yang sakit kanker. Dia bukan menipu, apalagi berharap disiksa seperti ini. Valerie tidak mengerti kenapa ada lelaki kejam yang tega membuatnya seperti ini.“Nikcy, maafkan kakakmu,” bisik Valerie, membayangkan wajah adik yang pasti tengah menunggu kabar darinya. Anak berusia empat belas tahun itu, akan seperti apa nasibnya di rumah sakit? Dia kembali menangis, merasa sangat bersalah pada adiknya.
Jupiter menarik pundak Valerie sehingga gadis itu berdiri tepat di depan wajahnya. Mata tajam yang sangat menusuk dia hadiahkan pada sang gadis, membuat Valerie bergeming tak berkutik. Kakinya beku, kedua tangan yang berusaha menutupi bagian tubuhnya juga tidak berani untuk bergerak, kecuali gemetar yang dia rasakan pada seluruh tubuhnya. Gadis yang ketakutan itu tidak berani membalas tatapan Jupiter.“Menjijikkan.” Satu kata yang keluar dari mulutnya selalu sukses membuat Valerie terhina. “Bersihkan tubuh kotor ini sebelum kau menemui putramu.” Lantas dia menyalakan shower yang bertepatan di atas kepala Valerie.Apa sebenarnya maksud dari perkataannya? Putra? Putra mana yang dimaksud lelaki ini? Valerie hanya bisa diam di bawah guyuran air yang terus menyiram kepalanya, sementara Jupiter menatap tubuh itu tanpa berkedip.Tidak Jupiter sangkal bahwa kemolekan tubuh gadis ini sukses membangkitkan sesuatu di dala
Mansion milik keluarga Lemanuel digegerkan oleh kedatangan wanita yang mereka yakini adalah Megan. Mulai dari pelayan rendahan sampai kepala pelayan semua menggosipkan tentang mantan nyonya mereka yang angkuh, kejam, dan tidak berperasaan. Tentunya mereka sangat terkejut melihat nyonya yang biasa berpenampilan glamour itu tiba-tiba menjadi seorang pengasuh.Valerie yang ketepatan sedang membuatkan sarapan untuk Rainer harus mendengar gosip yang diucapkan secara terang-terangan.“Kau yakin Nyonya Megan akan menjadi pengasuh? Dia bisa mengasuh Tuan Muda Rainer? Menurutku itu tak masuk akal. Tujuannya ke sini pasti lah ingin merayu tuan.”&nb
Sekembalinya dari klinik, Valerie membersihkan tubuhnya yang masih penuh bentolan dan berwarna merah. Perih. Bibirnya meringis merasakan buih sabun itu seperti perasan asam yang mengenai luka. Beberapa kali air mata masih menetes di wajah cantik yang kian hari semakin sendu. Selepas mandi, tak lupa dia gosokkan salap penghilang bentol yang diberikan oleh dokter untuk mengurangi iritasi.Baru saja dia pikir untuk beristirahat, pikirannya justru terarah pada Nicky, adiknya yang berusia empat belas tahun dan mendapat perawatan di rumah sakit khusus kanker. Valerie sangat merindukan Nicky sampai tak bisa menahan diri, dan berpikir ingin mendengar kabar darinya. Tapi dengan apa? Ponselnya sudah menghilang ketika Valerie mengalami penculikan di bandara.Dia teringat di lorong menuju kamarnya terdapat sebuah telepon rumah. Mungkin tidak masalah jika dia meminjam telepon di mansion besar itu. Untung-untung jika Valerie bisa meminta Nicky untuk bersak
Alis Jupiter bertaut di satu tempat. Otaknya belum bisa mencerna maksud dari perkataan perempuan yang ada di depannya. Bukankah barusan dia berkata agar gadis ini melaporkan pekerjaan? Kenapa dia justru meminta uang? Mendengus, Jupiter menatapnya dengan pandangan merendahkan.“Uang? Kupikir kau tidak mungkin lupa dengan uang yang kau bawa kabur dariku. Dan sekarang kau membahas uang lagi?”“Dan aku tahu kenapa kau menahanku di sini, Tuan Lemanuel. Karena sebenarnya, putramu membutuhkan sosok seorang ibu. Dia merindukan kasih sayang seorang ibu dan sebab itu lah kau menyiksaku.”Rahang Jupiter mengeras mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Valerie. Dia marah, Valerie tahu itu. Tapi untuk sekarang itu bukan lah hal penting. Mendapatkan uang agar Nicky terus bisa menjalankan perobatannya adalah hal yang selalu dia pikirkan sejak tadi.“Ibu sepertimu? Huh!” Jupiter mendengus marah. “Putraku tidak membutuhkan ibu
Semakin lama lelaki itu mencengkram lehernya, semakin sakit pula Valerie rasakan di sana. Kedua tangan berusaha menggapi pergelangan Jupiter, berharap dia bisa lepas dari tangan lelaki itu. Bola mata yang membulat sempurna pun mulai terbalik sehingga hanya putihnya saja yang terlihat. Jupiter sudah seperti manusia yang kesetanan.Ketika akhirnya Valerie berhasil memukul pelan pergelangan Jupiter, lelaki itu seperti tersadar bahwa dia hampir saja menjadi pembunuh. Dia lepaskan cengkramannya dengan kesal, membiarkan tubuh Valerie jatuh ke atas lantai.“Aku bisa membunuhmu kapan saja jika aku ingin. Tapi aku akan rugi jika membunuhmu secepat itu,” kata Jupiter. “Kuperingatkan agar jangan kau coba memancing amarahku jika kau masih menyayangi nyawamu!” ancamnya, pelan tapi cukup tegas di telinga.Gadis yang terkapar di atas lantai masih berusaha mengumpulkan udara untuk mengisi paru-parunya. Valerie terbatuk memegangi leher yang terasa sangat
‘Meski aku marah melihat perselingmu, akan kututup mataku dan melupakan perbuatanmu kali ini, Megan. Demi Rainer, aku akan berpura bodoh dan buta.’‘Dan kau pikir aku peduli tentang itu? Aku ingin bercerai! Dan kukatakan, bahwa aku juga tidak peduli pada putramu yang bodoh itu!’Pertengkaran terkahir yang Jupiter ingat adalah, Megan berkata dia tidak peduli pada Rainer. Wanita itu bahkan menghina, mengatakan putranya seorang autis. Jupiter meremas jemari setiap kali mengingat Megan meninggalkan rumahnya dengan membawa hampir setengah dari kekayaan yang dia miliki. Wanita berhati iblis itu benar-benar menghilang bagai ditelan bumi. Dan ketika Jupiter sudah berhasil melewati semua kesulitannya, siapa sangka dia akan menemukan wanita itu lagi? Dan masih tetap sebagai wanita yang tamak akan uang.Brak!Jupiter memukul meja kerjanya, untuk melepaskan amarah yang tertahan.“Bawa Megan padaku.”Pria yang be