Home / Romansa / Istri Boneka Sang Presdir / BAB 2 : Malam Pertama Tanpa Cinta

Share

BAB 2 : Malam Pertama Tanpa Cinta

Author: Shafazana
last update Last Updated: 2022-09-05 23:41:06

Malam itu, tepatnya pada malam pertama pernikahan mereka, Hanna merebahkan dirinya di atas tempat tidur, menjadi simbol atas kesiapannya untuk melakukan kewajiban sebagai seorang istri.

Hanna memalingkan wajahnya dari Arsenio, dia merasa lebih senang menatap kaca jendela alih-alih suaminya yang tengah melepaskan jas dan kancing kemejanya.

“Hanna, aku tidak memaksamu untuk melakukan ini,” tegas Arsenio. Mungkin pria itu hanya tidak ingin dianggap sebagai pemerkosa istrinya sendiri.

Hanna berbisik, “Aku tahu. Aku sendiri yang menyepakati perjanjian kita. Karena itu, kamu tidak perlu ragu-ragu untuk menyetubuhiku.”

Karena Hanna rela melakukan apa saja demi memenuhi keinginan Aditya yang berharap Hanna mendapatkan ketenaran dari Arsenio.

Akan tetapi, kini Hanna juga mendapatkan keuntungan lain dari Arsenio, yaitu perlindungan yang tidak ada di bawah pengawasan Aditya.

Mungkin pernikahan itu adalah kesempatan Hanna untuk melepaskan diri dari Aditya. Mungkin saja hal buruk yang menimpanya tidak selamanya akan menjadi buruk.

Asalkan Hanna bertahan, mungkin dia bisa mendapatkan kebebasan di masa depan.

“Lakukan dengan cepat, aku ingin segera beristirahat,” kata Hanna dengan suara pelan.

Arsenio tidak membalas. Tangan kekarnya perlahan menurunkan resleting gaun yang dikenakan oleh Hanna, sehingga tubuh wanita itu dapat terlihat dengan lebih jelas.

Di bawah temaram lampu hotel, Arsenio bisa melihat tubuh Hanna yang hanya dibalut oleh pakaian dalam berwarna hitam, menjadi kontras untuk kulit Hanna yang tampak pucat.

Tatkala Arsenio ingin membuka bra istrinya, Hanna sama sekali tidak memperlihatkan ekspresi gugup atau takut, seakan-akan hatinya sudah mati rasa sehingga tidak perduli bila harus telanjang di hadapan seorang pria yang tidak dia cintai.

“Tatap aku, Hanna,” bisik Arsenio seraya menarik dagu istrinya.

Keduanya lantas saling bertatapan selama beberapa saat, sebelum akhirnya Hanna membalas, “Kita tidak perlu bertatapan untuk melakukan hubungan badan.”

Walau benci mengakuinya, Arsenio memang memiliki penampilan yang menarik di mata Hanna. Pria itu mempunyai perpaduan darah brazil dari ibunya—Lorena Martines—dan darah indonesia dari ayahnya, sehingga membuat Arsenio memiliki tubuh yang lebih tinggi dan berotot dari pria Indonesia kebanyakan. Rambutnya berwarna cokelat gelap yang dipadukan dengan manik mata hazel yang cerah.

Seandainya saja Arsenio bisa lebih ramah, mungkin Hanna akan jatuh cinta dalam hitungan detik kepada Arsenio.

Sayangnya, pria itu terlalu dingin untuk didekati, selayaknya bongkahan es kutub yang sulit cair meski terus-menerus dihantam oleh hangatnya sinar matahari.

“Tapi aku merasa seperti sedang menyetubuhi boneka alih-alih manusia kalau kau tidak menatapku,” kata Arsenio.

Hanna mencibir, “Semua orang sering menyamakanku dengan boneka, jadi kamu juga bisa menganggapku sebagai boneka pemuas nafsu.”

Kedua mata Arsenio menggelap, dia tampaknya tidak senang dengan ucapan Hanna. “Aku tidak ingin bermain dengan boneka.”

“Lalu apa yang harus kulakukan? Terus menatapmu meski aku tidak menyukainya?” tanya Hanna.

Arsenio, “Supaya kita bisa memenuhi kontrak yang sudah disepakati, kau harus melakukannya.”

Hanna, “Matikan lampunya dan aku akan menatapmu sepanjang malam.”

Tanpa mengatakan apa-apa, Arsenio segera mematikan beberapa lampu di dalam kamar, membuat ruangan itu menjadi cukup gelap sehingga mereka tidak bisa melihat dengan jelas. 

Namun, Hanna tidak menyangka bila gelap mampu menaikkan kesensitifan tubuhnya. Dia tidak bisa menebak kapan Arsenio akan menyentuhnya, sehingga setiap sentuhan dari pria itu membawa rangsangan yang tinggi untuknya.

Arsenio memang tidak menyukai Hanna, tapi bukan berarti dia tidak bisa membawakan kesenangan duniawi kepada wanita itu.
“Ahh ….”

Hanna sudah berusaha keras untuk tidak mengeluarkan suara, tapi permainan Arsenio membuat dirinya tak bisa menahan diri.

Arsenio perlahan mendekati wajah Hanna, berniat untuk mencium bibir istrinya. Akan tetapi, sebelum bibir mereka bertemu, Hanna menutup bibir Arsenio menggunakan tangannya.

“Aku hanya ingin mencium pria yang aku cintai, sehingga kamu hanya berhak mendapatkan tubuhku, tapi tidak berhak untuk menciumku.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Boneka Sang Presdir   BAB 26 : Wahana Ekstrim

    Hanna mengangguk dengan antusias. Dia berpikir kalau ajakan kencan itu adalah kesempatan mereka supaya menjadi lebih dekat, sehingga Hanna bisa memanfaatkan Arsenio dengan lebih mudah di masa depan.Ya, Hanna hanya ingin memanfaatkan pria itu, bukannya senang karena diajak kencan.Setidaknya itu yang dia pikirkan.Namun, entah mengapa jantung Hanna berdetak dua kali lebih cepat saat mendengar ajakan Arsenio, seolah-olah dia memang sudah menantikan hal itu.“Bagaimana kalau kita pergi ke taman bermain?”Arsenio mengerutkan keningnya. “Kamu yakin? Tempat itu ramai dan mungkin aja ada banyak orang yang akan ngenalin kamu.”Sebagai artis yang wajahnya sering muncul di televisi, masyarakat pasti mampu mengenali Hanna dengan mudah dan pastinya akan berbondong-bodong ingin meminta foto serta tanda tangan.Hanna tampak berpikir sejenak, kemudian mengusulkan, “Kita bisa pakai masker dan topi untuk menyamarkan identitas kita.”Arsenio tertawa. “Bukannya kamu sering melakukan itu dan tetap terta

  • Istri Boneka Sang Presdir   BAB 25: Kebiasaan Arsenio

    “Retno, aku ingin kamu caritahu semua hal tentang masa lalu istri saya. Mulai dari orang tua kandungnya sampai panti asuhan tempatnya tinggal dulu.”Arsenio menyandarkan punggungnya ke kursi sambil berkata, “Cepat hubungi saya kalau kamu nemuin sesuatu yang janggal."Setelah menutup sambungan telepon dengan orang kepercayaannya, Arsenio menghembuskan napas panjang. Bekas luka di punggung Hanna masih tercetak jelas di dalam ingatannya.Dia tidak ingin bertanya lebih jauh, karena tampaknya Hanna merasa sangat tidak nyaman saat Arsenio membawa topik tersebut. Karena itu, Arsenio lebih memilih untuk mencari tahu sendiri dan menunggu sampai Hanna siap untuk menceritakan semua masa lalunya kepada Arsenio.Usai mengetahui luka itu, akhirnya Arsenio mengerti alasan Hanna meminta perlindungan darinya. Namun, Arsenio tidak tahu apakah orang yang menyakiti Hanna masih berkeliaran atau tidak.“Arsen.” Hanna membuka pintu balkon dan langsung menghembuskan napas lega

  • Istri Boneka Sang Presdir   BAB 24 : Bekas Luka

    “Kamu yakin tidak berlebihan untukmu?” tanya Arsenio memastikan.Hanna mengangguk. “Mmm … aku tidak apa-apa.”Lagipula, dia sudah biasa bermain keras dengan Arsenio, sehingga permainan lembut akan susah membuatnya mencapai puncak.Setelah mendapatkan persetujuan Hanna, Arsenio mulai menggerakan pinggulnya dengan cepat. Setiap hentakannya mampu menyentuh titik terdalam Hanna, membuat wanita itu hampir berteriak karena dilanda kenikmatan.Arsenio menekukkan kaki Hanna sampai menyentuh dada wanita itu, sehingga kini dia mampu melihat bagian inti istrinya dengan lebih jelas.Setelah Arsenio terus memompa kejantanannya dalam posisi seperti itu. Keduanya sama-sama merasa hampir mencapai puncak. Arsenio mempercepat gerakannya, sementara Hanna melingkarkan kakinya di belakang pinggul Arsenio, memaksa pria itu memperdalam penyatuan mereka.“Ahh!”Hanna mendesah keras, bersamaan dengan geraman rendah Arsenio. Mereka saling berpelu

  • Istri Boneka Sang Presdir   BAB 23 : Do it Faster!

    Brak!Arsenio menutup pintu kamar hotel menggunakan kakinya, sementara kedua tangannya mengangkat tubuh Hanna dan melumat bibir wanita itu.Mereka bahkan belum melepaskan sepatu mereka, tapi keduanya sama-sama merasa tidak sabar untuk mengecap bibir satu sama lain. Ciuman yang awalnya ringan itu membawa candu dan terasa memabukkan, sehingga lama kelamaan berubah menjadi penuh lumatan penuh nafsu yang menggebu-gebu.“Kamu yakin pintunya sudah terkunci?” tanya Hanna di sela-sela ciuman mereka. Napas wanita itu masih terengah-engah, tapi dia masih memikirkan hal lain.“Ini adalah kamar suite. Walau tidak dikunci, tidak akan ada orang yang berani masuk sembarangan,” jawab Arsenio.Ketika Arsenio ingin mencium bibir Hanna lagi, wanita itu menahan kepala suaminya. “Tetap saja, lebih baik pastikan sudah terkunci. Aku tidak mau kena skandal.”Arsenio akhirnya menjawab dengan serius, “Tenanglah, pintunya otomatis terkunci saat tertutup. J

  • Istri Boneka Sang Presdir   BAB 22 : Ciuman Pertama

    “Bersama siapa biasanya kamu pergi ke pantai?” tanya Arsenio, memecahkan keheningan di antara mereka.“Sendiri.” Hembusan angin laut menerpa rambut panjang Hanna, membuat Arsenio mampu melihat ekspresi sedih istrinya dengan jelas. “Tidak ada yang bisa kuajak pergi, jadi aku selalu pergi sendiri.”Ekspresi sedih itu entah mengapa membuat Arsenio merasa tidak nyaman, seolah-olah kesedihan Hanna merupakan hal yang tabu untuknya.Dia seharusnya tidak memperdulikan hal itu, mengingat kontrak pernikahan mereka melarang keduanya untuk bermain-main dengan perasaan.Namun, malam ini, rasanya Arsenio sudah melupakan isi dari kontrak tersebut dan ingin menggali kehidupan Hanna lebih dalam lagi.Tampaknya, lepasnya topeng bahagia yang selalu dikenakan Hanna telah berhasil mendobrak dinding yang ada di hati Arsenio.“Jika aku sedang tidak sibuk, mungkin aku bisa menemanimu pergi ke pantai,” kata Arsenio.Perkataan Arsenio sontak membuat Hanna terkejut, wanita itu bahkan diam-diam mencubit tanganny

  • Istri Boneka Sang Presdir   BAB 21 : Pergi Ke Pantai

    “Maaf, aku membuat bajumu kotor,” kata Hanna seraya berusaha menghapus air mata di wajahnya.“Maaf, sudah membuatmu repot malam-malam begini, Arsen.”Arsen berdecak. “Sekali lagi kata maaf keluar dari mulutmu, aku akan menyuruhmu pulang jalan kaki.”Dengan wajah cemberut, Hanna membalas pelan, “Tapi nanti kakiku sakit.”Arsenio membeku. Hanna sepertinya masih agak mabuk, sehingga membalas dengan jawaban polos. Namun, sikap mabuknya itu malah terlihat menggemaskan di mata Arsenio, sampai-sampai membuat pria itu salah tingkah.“Aku tidak serius Hanna,” Arsenio berkata, “Tapi sungguh, tolong berhenti minta maaf, karena kamu sama sekali tidak salah.”Hanna, “Maaf, aku akan berhenti.”Arsenio meringis saat mendengar Hanna masih menggunakan kata maaf. “Hanna ….”Hanna akhirnya tidak membalas lagi, karena merasa takut akan mengucapka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status