Share

BAB 2 : Malam Pertama Tanpa Cinta

Malam itu, tepatnya pada malam pertama pernikahan mereka, Hanna merebahkan dirinya di atas tempat tidur, menjadi simbol atas kesiapannya untuk melakukan kewajiban sebagai seorang istri.

Hanna memalingkan wajahnya dari Arsenio, dia merasa lebih senang menatap kaca jendela alih-alih suaminya yang tengah melepaskan jas dan kancing kemejanya.

“Hanna, aku tidak memaksamu untuk melakukan ini,” tegas Arsenio. Mungkin pria itu hanya tidak ingin dianggap sebagai pemerkosa istrinya sendiri.

Hanna berbisik, “Aku tahu. Aku sendiri yang menyepakati perjanjian kita. Karena itu, kamu tidak perlu ragu-ragu untuk menyetubuhiku.”

Karena Hanna rela melakukan apa saja demi memenuhi keinginan Aditya yang berharap Hanna mendapatkan ketenaran dari Arsenio.

Akan tetapi, kini Hanna juga mendapatkan keuntungan lain dari Arsenio, yaitu perlindungan yang tidak ada di bawah pengawasan Aditya.

Mungkin pernikahan itu adalah kesempatan Hanna untuk melepaskan diri dari Aditya. Mungkin saja hal buruk yang menimpanya tidak selamanya akan menjadi buruk.

Asalkan Hanna bertahan, mungkin dia bisa mendapatkan kebebasan di masa depan.

“Lakukan dengan cepat, aku ingin segera beristirahat,” kata Hanna dengan suara pelan.

Arsenio tidak membalas. Tangan kekarnya perlahan menurunkan resleting gaun yang dikenakan oleh Hanna, sehingga tubuh wanita itu dapat terlihat dengan lebih jelas.

Di bawah temaram lampu hotel, Arsenio bisa melihat tubuh Hanna yang hanya dibalut oleh pakaian dalam berwarna hitam, menjadi kontras untuk kulit Hanna yang tampak pucat.

Tatkala Arsenio ingin membuka bra istrinya, Hanna sama sekali tidak memperlihatkan ekspresi gugup atau takut, seakan-akan hatinya sudah mati rasa sehingga tidak perduli bila harus telanjang di hadapan seorang pria yang tidak dia cintai.

“Tatap aku, Hanna,” bisik Arsenio seraya menarik dagu istrinya.

Keduanya lantas saling bertatapan selama beberapa saat, sebelum akhirnya Hanna membalas, “Kita tidak perlu bertatapan untuk melakukan hubungan badan.”

Walau benci mengakuinya, Arsenio memang memiliki penampilan yang menarik di mata Hanna. Pria itu mempunyai perpaduan darah brazil dari ibunya—Lorena Martines—dan darah indonesia dari ayahnya, sehingga membuat Arsenio memiliki tubuh yang lebih tinggi dan berotot dari pria Indonesia kebanyakan. Rambutnya berwarna cokelat gelap yang dipadukan dengan manik mata hazel yang cerah.

Seandainya saja Arsenio bisa lebih ramah, mungkin Hanna akan jatuh cinta dalam hitungan detik kepada Arsenio.

Sayangnya, pria itu terlalu dingin untuk didekati, selayaknya bongkahan es kutub yang sulit cair meski terus-menerus dihantam oleh hangatnya sinar matahari.

“Tapi aku merasa seperti sedang menyetubuhi boneka alih-alih manusia kalau kau tidak menatapku,” kata Arsenio.

Hanna mencibir, “Semua orang sering menyamakanku dengan boneka, jadi kamu juga bisa menganggapku sebagai boneka pemuas nafsu.”

Kedua mata Arsenio menggelap, dia tampaknya tidak senang dengan ucapan Hanna. “Aku tidak ingin bermain dengan boneka.”

“Lalu apa yang harus kulakukan? Terus menatapmu meski aku tidak menyukainya?” tanya Hanna.

Arsenio, “Supaya kita bisa memenuhi kontrak yang sudah disepakati, kau harus melakukannya.”

Hanna, “Matikan lampunya dan aku akan menatapmu sepanjang malam.”

Tanpa mengatakan apa-apa, Arsenio segera mematikan beberapa lampu di dalam kamar, membuat ruangan itu menjadi cukup gelap sehingga mereka tidak bisa melihat dengan jelas. 

Namun, Hanna tidak menyangka bila gelap mampu menaikkan kesensitifan tubuhnya. Dia tidak bisa menebak kapan Arsenio akan menyentuhnya, sehingga setiap sentuhan dari pria itu membawa rangsangan yang tinggi untuknya.

Arsenio memang tidak menyukai Hanna, tapi bukan berarti dia tidak bisa membawakan kesenangan duniawi kepada wanita itu.
“Ahh ….”

Hanna sudah berusaha keras untuk tidak mengeluarkan suara, tapi permainan Arsenio membuat dirinya tak bisa menahan diri.

Arsenio perlahan mendekati wajah Hanna, berniat untuk mencium bibir istrinya. Akan tetapi, sebelum bibir mereka bertemu, Hanna menutup bibir Arsenio menggunakan tangannya.

“Aku hanya ingin mencium pria yang aku cintai, sehingga kamu hanya berhak mendapatkan tubuhku, tapi tidak berhak untuk menciumku.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status