หน้าหลัก / Romansa / Istri Boneka Sang Presdir / BAB 3 : Merasa Seperti Wanita Panggilan

แชร์

BAB 3 : Merasa Seperti Wanita Panggilan

ผู้เขียน: Shafazana
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2022-09-07 10:34:57

Arsenio, “Baiklah, aku tidak akan pernah menciummu.”

Mereka tidak berniat untuk membangun rumah tangga yang dipenuhi oleh cinta, sehingga tidak ada gunanya untuk memperdebatkan hal sepele seperti ciuman.

Hanna mencengkram seprai begitu Arsenio kembali memulai permainan mereka. Ada rasa sakit yang menyerang tubuh bagian bawahnya, tetapi Hanna sama sekali tidak protes karena berpikir rasa sakit itu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan keuntungan yang bisa ia dapatkan setelah ini.

Sayangnya, pikiranya tidak dapat mengontrol tubuhnya. Tanpa sadar, air mata menuruni pipi Hanna karena tidak kuasa menahan rasa sakit tersebut. Kedua tangannya kemudian mencengkram lengan kekar Arsenio, lalu menancapkan kuku-kukunya sampai meninggalkan bekas cakaran di lengan Arsenio.

“Apa kau ingin membunuhku?!” pekik Hanna pada akhirnya.

Arsenio mendengus pelan, “Pertama kali memang terasa sakit, tapi cobalah tahan sebentar.”

Hanna meringis, dia awalnya tidak mempercayai kata-kata Arsenio karena menganggap semua ucapan pria hanyalah dusta belaka. Akan tetapi, setelah beberapa saat tubuhnya menyesuaikan diri dengan benda asing itu, Hanna mulai merasakan sensasi aneh yang belum pernah dia rasakan.

Rasanya sakit.

Perlahan, suara erangan keluar dari bibir Hanna, menjadi alunan musik yang menyertai hubungan mereka malam itu.

Di sepanjang malam, tubuh mereka saling terjalin dikuasai oleh hawa nafsu yang membara. Hanna bahkan tidak lagi menghitung sudah berapa lama mereka di atas ranjang.

Pada malam itu juga, Hanna dilanda oleh dilema yang berkepanjangan. Dia tidak mencintai Arsenio, tapi tubuhnya dengan senang hati selalu menyambut tubuh Arsenio.

• • •

Tatkala Hanna membuka kedua matanya di pagi hari, dia merasa tubuhnya tidak nyaman akibat rasa lengket. Selain itu, rasa sakit yang tajam juga Hanna rasakan ketika dia berusaha untuk duduk.

Pinggulnya bahkan terasa sakit karena terus dipaksa bergerak oleh Arsenio sepanjang malam.

Di dalam hati, diam-diam Hanna mengatai Arsenio sebagai kuda jantan karena mempunyai stamina sebesar itu.

Kemudian Hanna menoleh ke samping dan mendapati kekosongan di bagian samping kasurnya. Permukaan kasurnya terasa dingin dan tampak rapih, pertanda bila Arsenio sudah lama meninggalkan kamar hotel.

Secarik kertas tergeletak di atas meja bersama dengan sebuah cincin pernikahan milik Arsenio.

‘Aku pergi bekerja, supirku akan menjemputmu nanti siang.’

—   Arsen.

Di samping kertas juga terdapat sebuah kartu kredit berwarna hitam dengan catatan dari Arsenio.

‘Pakailah sesukamu.’

Hanna meringis pelan, tiba-tiba merasa seperti seorang wanita bayaran yang menjadi simpanan dari pria kaya.

Tapi apa perdulinya, selama Hanna bisa menghabiskan uang sesuka hatinya, maka dia tidak akan protes.

Sesungguhnya, Hanna juga bukan orang susah. Dia adalah seorang penyanyi papan atas yang karirnya sudah melejit sejak usianya baru menginjak 18 tahun sampai 24 tahun. Jika dihitung secara kasar, tabungan uangnya pasti bisa mencapai triliunan.

Namun, sayangnya bukan Hanna yang memegang semua uang itu, melainkan ayah tirinya, Aditya Pramana.

Selama bertahun-tahun, Hanna belum pernah menghabiskan uang secara bebas. Karena semua keuangannya dikontrol habis-habisan oleh Aditya.

Jika Hanna protes, maka dia akan dihukum oleh Aditya sampai wanita itu memohon ampun.

Kring! Kring!

Secara mengejutkan ponsel Hanna tiba-tiba berdering dan menampakkan tulisan ‘ayah’ di layar ponselnya.

“Ada apa, ayah?” tanya Hanna dengan suara lembut.

“Aku hanya mau menanyakan kabar putriku, Thumbelina,” balas Arsenio.

Saat mendengar nama ‘Thumbelina’, tiba-tiba saja Hanna langsung merasa ada gejolak mual di dalam perutnya, sehingga membuat dia tidak nyaman.

“Thumbelina baik-baik saja, Ayah.” Intonasi suara yang dipakai oleh Hanna terdengar manis dan sedikit tinggi, memberikan kesan seolah-olah itu adalah suara anak kecil.

“Apa suamimu memperlakukanmu dengan baik?”

Atau dengan kata lain, Aditya ingin tahu apakah Arsenio cukup baik untuk memberikan hartanya kepada Hanna.

“Dia baik.” Hanna memegangi pelipisnya yang terasa sakit. “Dia tidak kasar kepadaku dan juga berjanji akan membantu karirku supaya lebih melejit.”

Ada jeda selama sekian detik sebelum Aditya membalas, “Apa sekarang kamu lebih senang tinggal bersama suamimu itu daripada bersama Ayah?”

Seketika Hanna membeku, tangan yang sedang memegang ponsel tanpa henti bergetar, dan rasa mual di perutnya semakin menjadi-jadi.

“Ti … tidak! Aku lebih senang tinggal bersama Ayah!” Hanna berusaha keras menekan suaranya supaya tidak terdengar bergetar. “Aku bahkan tidak bisa berhenti memikirkan Ayah sepanjang malam.”

Omong kosong.

Hanna bahkan ingin muntah saat melihat wajah Aditya.

Tapi kalau dia mengungkapkan rasa jijik di hatinya, Aditya mungkin akan langsung mendatanginya dan memukuli Hanna sampai wanita itu mengatakan cinta kepada Aditya.

Aditya tertawa pelan, tapi suara tawa itu malah membuat Hanna merinding. “Apa kamu mencintai Ayah sebesar itu sampai tidak mau pergi meninggalkan Ayah?”

“Mhm, Hanna sangat sedih karena harus meninggalkan Ayah,” kata Hanna dengan suara tangisan palsu.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Istri Boneka Sang Presdir   BAB 26 : Wahana Ekstrim

    Hanna mengangguk dengan antusias. Dia berpikir kalau ajakan kencan itu adalah kesempatan mereka supaya menjadi lebih dekat, sehingga Hanna bisa memanfaatkan Arsenio dengan lebih mudah di masa depan.Ya, Hanna hanya ingin memanfaatkan pria itu, bukannya senang karena diajak kencan.Setidaknya itu yang dia pikirkan.Namun, entah mengapa jantung Hanna berdetak dua kali lebih cepat saat mendengar ajakan Arsenio, seolah-olah dia memang sudah menantikan hal itu.“Bagaimana kalau kita pergi ke taman bermain?”Arsenio mengerutkan keningnya. “Kamu yakin? Tempat itu ramai dan mungkin aja ada banyak orang yang akan ngenalin kamu.”Sebagai artis yang wajahnya sering muncul di televisi, masyarakat pasti mampu mengenali Hanna dengan mudah dan pastinya akan berbondong-bodong ingin meminta foto serta tanda tangan.Hanna tampak berpikir sejenak, kemudian mengusulkan, “Kita bisa pakai masker dan topi untuk menyamarkan identitas kita.”Arsenio tertawa. “Bukannya kamu sering melakukan itu dan tetap terta

  • Istri Boneka Sang Presdir   BAB 25: Kebiasaan Arsenio

    “Retno, aku ingin kamu caritahu semua hal tentang masa lalu istri saya. Mulai dari orang tua kandungnya sampai panti asuhan tempatnya tinggal dulu.”Arsenio menyandarkan punggungnya ke kursi sambil berkata, “Cepat hubungi saya kalau kamu nemuin sesuatu yang janggal."Setelah menutup sambungan telepon dengan orang kepercayaannya, Arsenio menghembuskan napas panjang. Bekas luka di punggung Hanna masih tercetak jelas di dalam ingatannya.Dia tidak ingin bertanya lebih jauh, karena tampaknya Hanna merasa sangat tidak nyaman saat Arsenio membawa topik tersebut. Karena itu, Arsenio lebih memilih untuk mencari tahu sendiri dan menunggu sampai Hanna siap untuk menceritakan semua masa lalunya kepada Arsenio.Usai mengetahui luka itu, akhirnya Arsenio mengerti alasan Hanna meminta perlindungan darinya. Namun, Arsenio tidak tahu apakah orang yang menyakiti Hanna masih berkeliaran atau tidak.“Arsen.” Hanna membuka pintu balkon dan langsung menghembuskan napas lega

  • Istri Boneka Sang Presdir   BAB 24 : Bekas Luka

    “Kamu yakin tidak berlebihan untukmu?” tanya Arsenio memastikan.Hanna mengangguk. “Mmm … aku tidak apa-apa.”Lagipula, dia sudah biasa bermain keras dengan Arsenio, sehingga permainan lembut akan susah membuatnya mencapai puncak.Setelah mendapatkan persetujuan Hanna, Arsenio mulai menggerakan pinggulnya dengan cepat. Setiap hentakannya mampu menyentuh titik terdalam Hanna, membuat wanita itu hampir berteriak karena dilanda kenikmatan.Arsenio menekukkan kaki Hanna sampai menyentuh dada wanita itu, sehingga kini dia mampu melihat bagian inti istrinya dengan lebih jelas.Setelah Arsenio terus memompa kejantanannya dalam posisi seperti itu. Keduanya sama-sama merasa hampir mencapai puncak. Arsenio mempercepat gerakannya, sementara Hanna melingkarkan kakinya di belakang pinggul Arsenio, memaksa pria itu memperdalam penyatuan mereka.“Ahh!”Hanna mendesah keras, bersamaan dengan geraman rendah Arsenio. Mereka saling berpelu

  • Istri Boneka Sang Presdir   BAB 23 : Do it Faster!

    Brak!Arsenio menutup pintu kamar hotel menggunakan kakinya, sementara kedua tangannya mengangkat tubuh Hanna dan melumat bibir wanita itu.Mereka bahkan belum melepaskan sepatu mereka, tapi keduanya sama-sama merasa tidak sabar untuk mengecap bibir satu sama lain. Ciuman yang awalnya ringan itu membawa candu dan terasa memabukkan, sehingga lama kelamaan berubah menjadi penuh lumatan penuh nafsu yang menggebu-gebu.“Kamu yakin pintunya sudah terkunci?” tanya Hanna di sela-sela ciuman mereka. Napas wanita itu masih terengah-engah, tapi dia masih memikirkan hal lain.“Ini adalah kamar suite. Walau tidak dikunci, tidak akan ada orang yang berani masuk sembarangan,” jawab Arsenio.Ketika Arsenio ingin mencium bibir Hanna lagi, wanita itu menahan kepala suaminya. “Tetap saja, lebih baik pastikan sudah terkunci. Aku tidak mau kena skandal.”Arsenio akhirnya menjawab dengan serius, “Tenanglah, pintunya otomatis terkunci saat tertutup. J

  • Istri Boneka Sang Presdir   BAB 22 : Ciuman Pertama

    “Bersama siapa biasanya kamu pergi ke pantai?” tanya Arsenio, memecahkan keheningan di antara mereka.“Sendiri.” Hembusan angin laut menerpa rambut panjang Hanna, membuat Arsenio mampu melihat ekspresi sedih istrinya dengan jelas. “Tidak ada yang bisa kuajak pergi, jadi aku selalu pergi sendiri.”Ekspresi sedih itu entah mengapa membuat Arsenio merasa tidak nyaman, seolah-olah kesedihan Hanna merupakan hal yang tabu untuknya.Dia seharusnya tidak memperdulikan hal itu, mengingat kontrak pernikahan mereka melarang keduanya untuk bermain-main dengan perasaan.Namun, malam ini, rasanya Arsenio sudah melupakan isi dari kontrak tersebut dan ingin menggali kehidupan Hanna lebih dalam lagi.Tampaknya, lepasnya topeng bahagia yang selalu dikenakan Hanna telah berhasil mendobrak dinding yang ada di hati Arsenio.“Jika aku sedang tidak sibuk, mungkin aku bisa menemanimu pergi ke pantai,” kata Arsenio.Perkataan Arsenio sontak membuat Hanna terkejut, wanita itu bahkan diam-diam mencubit tanganny

  • Istri Boneka Sang Presdir   BAB 21 : Pergi Ke Pantai

    “Maaf, aku membuat bajumu kotor,” kata Hanna seraya berusaha menghapus air mata di wajahnya.“Maaf, sudah membuatmu repot malam-malam begini, Arsen.”Arsen berdecak. “Sekali lagi kata maaf keluar dari mulutmu, aku akan menyuruhmu pulang jalan kaki.”Dengan wajah cemberut, Hanna membalas pelan, “Tapi nanti kakiku sakit.”Arsenio membeku. Hanna sepertinya masih agak mabuk, sehingga membalas dengan jawaban polos. Namun, sikap mabuknya itu malah terlihat menggemaskan di mata Arsenio, sampai-sampai membuat pria itu salah tingkah.“Aku tidak serius Hanna,” Arsenio berkata, “Tapi sungguh, tolong berhenti minta maaf, karena kamu sama sekali tidak salah.”Hanna, “Maaf, aku akan berhenti.”Arsenio meringis saat mendengar Hanna masih menggunakan kata maaf. “Hanna ….”Hanna akhirnya tidak membalas lagi, karena merasa takut akan mengucapka

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status