Share

BAB 6 : Tidur Di Kamar Yang Sama

Pada hampir tengah malam, suara mobil Arsenio terdengar di depan rumah. Hanna lantas mengintip dari jendela kamarnya, dan mengamati sosok Arsenio yang baru saja keluar dari mobil, menampakkan wajah tampannya yang sempat membuat Hanna terpana selama beberapa detik.

Jika saja pernikahannya dengan Arsenio tidak mengandung pemaksaan, mungkin saja Hanna bisa jatuh cinta dengan pria itu. Sayangnya mereka sudah terikat kontrak untuk tidak jatuh cinta.

Berselang beberapa saat kemudian, Arsenio masuk ke dalam kamarnya dan menampakkan wajah terkejut begitu melihat Hanna.

“Apa yang kamu lakukan di kamarku?” tanya Arsenio.

Hanna menjawab dengan acuh. “Sekarang aku adalah istrimu, wajar jika aku tidur bersamamu.”

Arsenio, “Kita hanya pasangan pura-pura, jadi untuk apa tidur bersama? Siapa yang memperbolehkanmu masuk ke dalam kamarku?”

“Adikmu, Karina. Dia bahkan bilang aku boleh mendekorasi kamar ini sesuka hatiku.”

Arsenio sontak berjalan ke hadapan Hanna dan menampakkan wajah dinginnya seperti biasa. “Jangan coba-coba merusak area pribadiku. Kalau kamu mengusikku, maka aku akan mengusirmu dari rumah ini.”

Sontak Hanna memperbaiki tingkahnya karena tidak ingin diusir dari rumah. “Tenanglah, aku tidak akan merusak kamarmu. Kalau kamu memang sekesal itu karena melihatku, aku bisa tidur di kamar yang lain.”

Hanna sejujurnya tidak mengerti, kenapa Arsenio sangat membencinya sampai ke tingkat yang tidak bisa dijelaskan. Bahkan haters terbaik Hanna tidak akan sanggup marah-marah jika berhadapan langsung dengan kecantikan wanita itu.

Tapi setelah berpikir selama beberapa saat, Hanna kembali menampakkan ekspresi licik. “Mana boleh kamu mengusirku setelah menyetubuhiku semalam. Jangan membuatku berpikir kamu sama bejatnya dengan pria-pria hidung belang di luar sana.”

Arsenio berdecak karena merasa tidak ada gunanya terus memperdebatkan hal yang sama dengan Hanna. “Baiklah, kamu boleh tidur di kamar yang sama denganku. Tapi kamu tidak boleh menyentuhku saat tidur, aku sangat membenci kontak fisik.”

Hanna segera meletakkan guling di tengah-tengah kasur dan berkata, “Bukan masalah! Selama ada guling di dunia ini, maka kita tidak akan pernah bersentuhan sepanjang malam!”

Arsenio tidak membalas lagi, dia bergegas melepaskan pakaian kerjanya untuk berganti pakaian yang lebih santai. Tubuh bagian atas Arsenio bisa terbilang sangat sempurna, dadanya tampak bidang, sementara perutnya memiliki otot yang kencang.

Penampilannya yang memukau itu sontak membuat Hanna mengalihkan pandangannya.

“Aku sudah meminta beberapa acara entertainment untuk mengundangmu sebagai bintang tamu,” kata Arsenio setelah ia mengenakan kaosnya.

Hanna berbalik. “Untuk apa? Aku bahkan belum merilis lagu baru.”

Arsenio berdecak kecil. “Apa kamu bodoh? Tentu saja untuk membicarakan pernikahan kita. Bukankah tujuanmu menikahiku adalah supaya namamu makin melejit?”

“Oh, tidak kusangka kamu memenuhi janjimu secepat itu,” balas Hanna.

“Kamu sudah memenuhi janjimu kemarin, jadi sudah sepatutnya aku melakukan hal yang sama.”

Perkataan Arsenio jelas mengacu pada kegiatan panas mereka kemarin malam. Saat hal itu diucapkan dari bibir Arsenio, entah mengapa Hanna merasa malu, bahkan tidak berani menatap wajah pria di hadapannya.

Hanna batuk beberapa kali untuk meringankan rasa canggung di hatinya. “Kapan jadwalnya keluar?”

“Aku akan mengirimkan jadwalnya ke manajermu besok. Kau bisa bertanya kepadanya.”

Hanna menggigit bibir bagian bawahnya dan berkata dengan ragu-ragu. “Arsen, apa kamu bisa mencarikan manajer yang baru untukku?”

Arsen mengerutkan keningnya. “Memangnya kenapa dengan manajermu yang sekarang? Bukankah dia sudah menemanimu sejak lama?”

“Ya, tapi kadang aku merasa dia kurang cocok denganku. Jadi kupikir mungkin lebih baik mencari manajer yang baru.”

Alasan sesungguhnya adalah karena manajernya yang sekarang merupakan bawahan dari Aditya, sehingga dia seringkali memata-matai Hanna dan melapor kepada Aditya.  

Jika Hanna ingin melepaskan diri dari cengkraman Aditya, maka dia harus memecat orang-orang suruhan Aditya disekitarnya dan menggantinya dengan orang baru.

“Dasar pemilih,” hina Arsenio. “Selama orang-orang yang bekerja untukmu sangat kompeten, untuk apa menggantinya dengan yang baru?”

Hanna mendengus. “Kalau memang tidak bisa, maka bilang saja.”

Hanna kemudian berbaring di tempat tidur dan menutupi tubuhnya menggunakan selimut sehingga Arsenio tidak bisa melihatnya lagi. “Selamat malam.”

Akan tetapi, baru saja Hanna memejamkan matanya, Arsenio sudah menarik selimutnya. “Siapa yang bilang kamu boleh tidur sekarang?”

“Aku sendiri! Memangnya apa hakmu mengatur jam tidurku?!” seru Hanna dengan kesal.

“Bukankah kamu sendiri yang kemarin bilang kalau kita harus bersetubuh selama masa suburmu?” Arsenio menambahkan, “Setahuku, masa subur wanita itu terjadi sekitar dua minggu sebelum haid. Memangnya kamu sudah haid hari ini?”

Hanna tercengang, tidak menyangka bila Arsenio bisa-bisanya meminta dengan ekspresi datar seperti itu.

‘Dasar munafik! Tadi kau bilang tidak suka kontak fisik, lalu sekarang meminta jatah dariku!’ teriak Hanna di dalam hatinya.

Hanna menggertakan giginya, merasa enggan untuk disentuh lagi oleh Arsenio tapi juga tidak bisa menolaknya.

“Baiklah, silahkan sentuh tubuhku lagi malam ini.”

Sebelum Arsenio bergerak, Hanna kembali berkata, “Tapi bersihkan tubuhku setelah kamu selesai! Jangan membuatku berpikir kalau aku adalah pelacur pribadimu!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status