Share

Bab 4. Batal kencan

Penulis: Faiz bellzz
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-10 16:43:06

“Papa, aku ingin bertemu mama.”  

Pagi-pagi ketika hari libur, Gempi merengek yang membuat Erlan mengacak rambutnya. Pria itu pikir di hari liburnya ia akan menikmati hari dengan coklat panas dengan tenang. Namun, pikiran itu menghilang begitu saja setelah anaknya merengek.

“Ada apa ini?” Tiba-tiba saja Gian muncul membuat Gempi langsung berlari ke arah wanita paruh baya itu. 

Dengan air mata yang masih berjatuhan, Gempi memeluk kaki Gian sambil mendongak. “Nenek, aku ingin bertemu dengan mama.”

Gian langsung mengembuskan napasnya dengan kasar. Terlebih ketika melihat Erlan yang malah pergi begitu saja. “Erlan!” 

Panggilan itu lantas menghentikan langkah Erlan. Ia menoleh lalu bertanya dengan satu alis yang terangkat. “Ada apa, Mam?”  

“Kau antarkan Gempi ke rumah Alyn.” 

Sontak Erlan langsung melebarkan matanya. “Mam, untuk apa? Dia bahkan bukan ibunya Gempi.” 

“Tapi dia merindukan Alyn.”

Dengan cepat Erlan menggeleng. “Yang dirindukan itu ibunya. Bukan wanita itu!” 

Wanita itu lantas menghela napas kemudian pergi begitu saja. Membuat Erlan semakin frustasi. Terlebih tangis Gempi yang tidak juga surut. 

“Baiklah, baiklah. Jika kau benar-benar ingin bertemu dengan wanita itu, kita ke sana sekarang!” 

Pada akhirnya Erlan menyerah. Ia lantas menemui ibunya untuk menanyakan alamat rumah Alyn. Tentu saja Gian senang  bukan main. Wanita paruh baya itu tersenyum dengan lebar. 

“Pada akhirnya mama yang menang!”

Erlan mendengus sebal. “Mama ini bicara apa? Aku menemuinya hanya demi Gempi.” 

“Ya, tapi mama yakin pada akhirnya kalian akan berjodoh.”  

Pria itu memutar bola matanya dengan malas. “Itu tidak mungkin terjadi,” cetusnya sambil berlalu.

Namun, seruan Gian membuat Erlan berhenti melangkah sejenak. “Jangan terlalu banyak berpikir. Mama khawatir jika pusakamu tidak berfungsi karena terlalu lama menganggur!” 

“Omong kosong macam apa itu?” keluh Erlan yang tidak lagi mendengarkan ocehan ibunya.  

Ia memilih menemui Gempi lalu mengajak gadis manis itu untuk pergi. “Gempi, ayo kita pergi!” 

“Ke mana, Pa?” Gempi menatap Erlan dengan mata yang basah. Sementara suaranya terdengar tersengal-sengal.

“Bukankah kau ingin bertemu dengan mamamu itu?”

Binar bahagia langsung terpancar di wajah Gempi yang sembab. “Mau, gempi mau bertemu mama!” pekiknya membuat Erlan tersenyum tipis. 

Pria itu lantas menggendong Gempi yang tangisnya sudah hilang sepenuhnya. Ia mengendarai mobil dengan kecepatan sedang. Hingga akhirnya tiba di rumah sederhana yang menjadi tujuannya.

“Jadi ini rumahnya?” gumam Erlan sambil menatap rumah dengan cat berwarna putih abu. 

“Papa, itu mama!” Gempi langsung berseru begitu melihat Alyn yang keluar dari rumah. 

Gadis kecil itu berniat memanggil Alyn, tetapi dibekap oleh Erlan ketika tanpa sengaja ia melihat sebuah motor sport yang berhenti di depannya. 

“Papa,” protes Gempi sambil melepaskan bekapannya. 

“Jangan berisik, Nak. Sepertinya lain kali saja kita temui dia,” ujar Erlan dengan perasaan nyelekit ketika anaknya kembali menitikan air mata.

Oh, rasanya benar-benar gila!  

“Gempi, lihat. Wanita itu akan pergi bersama kekasihnya.” Erlan menunjuk ke arah Alyn yang kini memakai helm. 

Gempi langsung menoleh lalu menggeleng. Dengan nekat gadis kecil itu memanggil Alyn. “Mama … Mama!”  

Sontak Alyn yang akan menaiki motor pun menoleh. Membuat Sam bertanya, “Ada apa, Alyn?”

“Aku mendengar seseorang memanggilku, Kapten.” 

“Mungkin hanya salah orang,” ujar Sam.

Wanita itu mengangguk saja kemudian kembali menaiki motor. Namun, ketika Sam akan menjalankan motor … tiba-tiba saja Gempi berlari sambil memanggil Alyn. “Mama!” 

“Kapten, tunggu sebentar!” Alyn menepuk pundak Sam yang membuat pria itu menghentikan motornya. Ia lantas menoleh ke belakang.

“Ada apa, Alyn?”  

“Ada Gempi yang menyusulku.” Alyn buru-buru turun lalu menghampiri Gempi yang sedang berlari.

Ia rentangkan tangannya. Sehingga begitu Gempi mendekat, Alyn tangkap begitu saja. “Hei, Manis. Apa yang terjadi?” 

“Gempi rindu, Mama.” Gempi memeluk Alyn dengan erat, membuat wanita itu tersenyum tipis.

“Ekhem!” Deheman dari suara yang terdengar berat itu membuat Alyn yang berjongkok mendongak untuk melihat Erlan yang juga menatapnya. 

Sehingga untuk beberapa saat pandangan mereka saling terkunci. Hingga pertanyaan Sam membuat Alyn mengalihkan perhatiannya. “Alyn, siapa dia?” 

“Ah, Kapten. Ini Gempi, cucu dari teman ibuku.” 

Sam mengangguk saja kemudian mengulurkan tangan untuk membantu Alyn berdiri. Segera Alyn menerima uluran tangan tersebut karena Gempi sudah melepaskan pelukannya.

“Terima kasih, Kapten.” 

“Sama-sama, Alyn. Em … apa kita bisa berangkat sekarang?” 

Pertanyaan itu membuat Alyn bimbang. Hingga dapat dimengerti oleh Erlan. “Pergilah, saya hanya kebetulan lewat.”

Erlan menarik Gempi untuk ikut bersamanya, tetapi gadis manis itu berontak. “Gempi tidak mau. Gempi mau bersama, Mama!” 

Pria itu menghela napas, sedangkan Alyn merasa iba. Sehingga ia memberanikan diri untuk berkata, “Tuan, jika Anda izinkan … saya akan mengajak Gempi bersama kami.”

Sontak Erlan melebarkan mata, begitu juga dengan Sam. Berbeda dengan Gempi yang terlihat senang karenanya. “Gempi mau ikut, Mama!”  

“Gempi!” 

“Papa ….” Gempi mengiba kepada Erlan yang membuat pria itu mengembuskan napasnya dengan kasar. 

“Tuan, saya berjanji akan menjaga Gempi. Lagipula kita hanya akan ke taman kota,” ujar Alyn membuat Sam garuk-garuk tidak gatal.  

Sementara Erlan menatap Gempi dan Alyn secara bergantian. Setelahnya ia berkata, “Saya izinkan, dengan syarat saya akan ikut dengan kalian.” 

Sontak Alyn dan Gempi kesenangan. Mereka tersenyum lebar kemudian gadis manis itu langsung berlari ke arah Alyn. “Mama, aku boleh ikut!”

“Ya. Tapi Gempi bersama papa dengan mobil,” ujar Erlan membuat Gempi merengut.

“Papa ….”

“Gempi, kau tidak pernah naik motor. Kau memiliki alergi debu,” ujar Erlan tetap pada pendiriannya.

“Tapi aku ingin bersama, Mama.” 

Melihat persitegangan antara anak dan ayah, akhirnya Alyn mencoba membujuk Gempi. “Gempi, yang dikatakan papamu benar. Gempi naik mobil, ya?” 

Terdiam sejenak, Gempi menatap Erlan dan Alyn secara bergantian. Setelahnya ia berkata, “Kalau begitu, Mama ikut bersama gempi di mobil!” 

Lagi-lagi Alyn dan Erlan melebarkan mata secara bersamaan. Setelahnya mereka menggeleng. “Tidak, Gempi!” 

“Huaaa … Papa dan Mama jahat.” Gempi malah menangis yang membuat mereka ripuh menenangkan.   

Hingga pada akhirnya Sam yang merasa tidak tega dengan Gempi pun berkata, “Jika memang Gempi ingin seperti itu, maka kamu naik mobil saja, Alyn.”

Sontak Alyn menoleh ke arah Sam. Ia menatap Sam dengan tatapan tidak percaya. Begitu juga dengan Erlan. 

Bukankah mereka sedang berkencan? Lantas apa yang dipikirkan Sam?

“Kapten, lalu bagaimana denganmu?” 

“Tentu saja aku ikut denganmu juga. Boleh ‘kan, Tuan?” Sam menatap Erlan yang terkejut atas ucapannya barusan. 

Pria itu mengusap tengkuknya pelan sebagai tanda jika ia tidak memiliki pilihan. Meski dalam hati ingin menolak. “Lalu, bagaimana dengan motor?” 

“Aku bisa menyimpannya di sini. Benar ‘kan, Alyn?”

“Iya, Kapten,” jawab Alyn yang membuat Erlan benar-benar tidak dapat menolak. 

Pada akhirnya, mereka berangkat dengan mobil Erlan.  

Oh, andai bukan karena Gempi. Sudah pasti Erlan tidak akan sudi mobilnya ditumpangi oleh orang lain!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Cantik Pilihan Anakku   Bab 57

    "Tadi Gempi merengek ingin ikut dan bertemu denganmu, jadi aku sengaja membawanya ke mari," terang Erlan setelah mereka menghabiskan waktu bersama dengan Gempi.Kini gadis manis itu sudah tidur di antara Erlan dan Alyn, dengan posisi memeluk lengan Alyn. Sehingga membuat Alyn sulit bergerak."Aku minta maaf, karena waktu tenangmu jadi terganggu." Erlan menambahkan sambil melirik ke arah Gempi.Dengan pelan Alyn menggeleng. Kemudian wanita itu berkata, "Tidak apa-apa, Mas. Mas Erlan tidak perlu meminta maaf.""Tapi tetap saja. Bukankah kau membutuhkan waktu untuk beristirahat?""Aku memang membutuhkannya, tapi aku rasa sudah cukup. Em ... besok aku juga akan pulang," terang Alyn membuat Erlan mengerjap beberapa kali, lalu menatap wanita itu dengan tatapan tak percaya."Maksudnya, kau akan kembali ke rumah kita?" Erlan memastikan jika dirinya tidak salah mendengar."Bukankah sekarang itu adalah rumahku juga, Mas? Kau suamiku, tempat aku pulang ketika masih berada di dunia adalah kau ...

  • Istri Cantik Pilihan Anakku   Bab 56

    Alyn yang tidak memiliki jadwal penerbangan pun memilih menghabiskan waktu di kebun kecil yang ada di halaman belakang rumahnya. Kebetulan Erin memang senang berkebun untuk dikonsumsi sendiri, maupun dibagikan kepada para tetangga. "Alyn, apa kau tidak akan pulang?" tanya Erin menghentikan kegiatannya sejenak. "Memang aku harus pulang ke mana? Bukankah ini rumahmu, Bu? Jadi rumahku juga!" Erin mendesah pelan lalu menatap Alyn dengan serius. "Maksud ibu rumah Erlan. Mau bagaimanapun sekarang kau adalah istrinya, sudah seharusnya kau ikut dengannya." "Jadi apa artinya aku tidak bisa tinggal di sini, Bu?" "Oh astaga, kenapa pikiranmu sempit begitu?" keluh Erin menbuat Alyn terkekeh kecil. Wanita itu paham ke mana arah bicara ibunya, tetapi memiliki berpura-pura pada awalnya. "Aku sudah mengatakan akan tinggal sementara waktu di sini, dan Mas Erlan tidak keberatan. Jadi bukankah tidak apa-apa aku tinggal di sini? Aku sudah mendapatkan izin, Bu!" "Yeah, tapi bagaima

  • Istri Cantik Pilihan Anakku   Bab 55. Foto

    "Apa kau akan ikut pulang dengannku sekarang?" tanya Erlan setelah mereka sarapan. Pelan Alyn menggeleng, membuat Erlan yang melihatnya tampak mendesah. "Maaf, Mas. Tapi jika boleh, aku ingin menginap sehari lagi di sini. Apa tidak apa-apa?" Tak langsung menjawab, Erlan tampak menatap istrinya sejenak. Setelahnya ia mengangguk pelan. "Kalau memang itu yang kau inginkan, maka baiklah. Aku izinkan," ucapnya. "Terima kasih." "Sama-sama, Sayang," balas Erlan kemudian bersiap untuk berangkat. "Aku berangkat dulu, kamu istirahatlah yang cukup," sambung Pria itu menarik Alyn ke dalam pelukannya, kemudian mengecup kening sang istri dengan singkat. Maunya Erlan berlama-lama, tetapi pria itu juga sadar betul jika ia terlalu ugal-ugalan, maka Alyn bisa saja merasa semakin tidak nyaman saat bersamanya. Sehingga Erlan memilih melakukan pendekatan secara perlahan .... "Hemm," sahut Alyn singkat lalu mundur satu langkah setelah Erlan melepaskan pelukan. Melihat hal itu membuat E

  • Istri Cantik Pilihan Anakku   Bab 54. Menginap

    "Ekhem!" Deheman itu berhasil membuat Alyn dan Erin menoleh ke arah sumber suara. Sehingga membuat kedua wanita berbeda generasi itu terkejut--khawatir andai Erlan mendengar apa yang dikatakan Alyn barusan. Meski pada kenyataannya memang Erlan sudah mendengar. Namun, pria itu tampaknya memilih untuk berpura-pura tak mendengar. Terbukti dengan senyum yang ia tampilkan kepada istri dan mertuanya. "Kalian sedang apa?" tanya Erlan membuat Erin menyenggol lengan anaknya. "Em ... aku sedang membantu ibu membuat sarapan," jawab Alyn pada akhirnya. "Kalau begitu, apa aku harus membantu juga?" Pria itu benar-benar berusaha keras untuk berpura-pura dan tidak memikirkan ucapan Alyn tadi. Meski tak dapat ia pungkiri jika dirinya merasa terganggu dengan itu semua. Bercerai? Tidak, Erlan tidak akan melepaskan Alyn. Ini bukan lagi tentang Erlan yang takut jika Gempi kehilangan sosok ibu. Namun, ini mengenai perasaannya yang sudah menyadari jika dirinya begitu mencintai Alyn. "Tidak.

  • Istri Cantik Pilihan Anakku   Bab 53. Berpisah?

    Menggeliat, Alyn baru saja bangun merasakan tubuhnya terasa berat. Sehingga dengan segera ia membuka mata dan mendapati ada Erlan yang memeluknya dengan erat. Hal itu jelas membuat Alyn terdiam beberapa saat sambil menatap wajah Erlan yang terlelap dengan seksama. Hingga akhirnya wanita itu memilih untuk menyingkirkan lengan Erlan secara perlahan, karena panggilan alam mendesaknya untuk lekas ke kamar mandi. Namun, gerakan kecil yang Alyn lakukan malah membuat Erlan terganggu. Pria itu membuka mata secara perlahan lalu menatap Alyn dengan matanya yang sayu. Hanya beberapa detik, karena setelahnya Erlan yang tersadar langsung menarik diri. "Sayang, maaf aku sudah lancang." Tidak seperti biasanya--Erlan yang sering mengelak, tetapi kali ini pria itu malah meminta maaf. Membuat Alyn terkejut dengan sikap Erlan. Maka dengan gerakan kaku Alyn mengangguk. "Hemm," sahutnya. "Aku akan ke kamar mandi." Wanita itu menambahkan seraya turun dari ranjang. "Iya," sahut Erlan sambil menga

  • Istri Cantik Pilihan Anakku   Bab 52. Nyaman

    "Apa ada tempat yang ingin kau kunjungi lebih dulu sebelum pulang, Sayang?" tanya Erlan setelah mereka selesai makan. Alyn menggeleng pelan. Kemudian berkata, "Aku ingin langsung pulang saja. Sejujurnya aku masih merasa letih." "Aku mengerti. Maaf, tidak seharusnya aku mengajakmu makan di luar." Kembali wanita itu menggeleng. "Aku yang menginginkannya, jadi kau tidak perlu meminta maaf, Mas." Entah harus apa, Erlan mengangguk saja. Setelahnya ia merangkul pinggang Alyn dengan ragu-ragu karena takut jika sang istri akan menolak. Namun, melihat Alyn yang diam saja membuat Erlan semakin percaya diri dengan mengeratkan langkulan. Sehingga posisi keduanya menjadi semakin menempel. Tersenyum tipis, sesekali Erlan mencuri pandang ke arah Alyn yang memilih menatap lurus ke depan. Hingga akhirnya mereka tiba di depan mobil. Lekas Erlan melepaskan rangkulan kemudian membukakan pintu untuk Alyn. "Sayang, hati-hati," ucapnya dibalas anggukan oleh Alyn. "Terima kasih," ucap Alyn. "

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status