"Aahhh sakit.."
Terdengar suara desahan perempuan memenuhi ruangan sebuah kamar hotel besar dan mewah dalam suasana temaram."Ma-maaf Nona, aku tidak bisa menahan gejolak ini..." Pria itu mengeram sembari mengangkat kepala, dengan kedua pelupuk mata terpejam menahan rasa nikmat yang luar biasa.Pria itu menekan Freya dengan kencang, membuat nafasnya saling mengejar satu sama lain dengan pria misterius itu."Aaahhhh.." Suara desahan itu kembali lolos, kali ini diiringi wajah si wanita yang mendongak ke atas. Merasakan kenikmatan yang semakin menguasai tubuh dan pikirannya.Setelah melewati malam panjang yang penuh bintang, keduanya ambruk dan tak sadarkan diri.Freya yang masih diliputi kesadaran menatap wajah pria itu, pria yang begitu ia kenal. Lalu ia cukup tersentak ketika melihat sebuah kamera kecil ada di dekat daun pintu...Kamera...Namun, kegelapan segera memenuhi kesadarannya tersebut...Malam berganti pagi, cahaya matahari menyinari gordeng dan masuk ke dalam celah-celah jendela. Mata coklatnya mengerjap beberapa kali sebelum Freya benar-benar membuka kedua mata.Netra wanita cantik itu menatap langit-langit, dahinya mengerut saat menyadari kamar itu terlihat dan terasa sangat asing baginya. Dengan kesadaran yang belum pulih 100 persen, Freya perlahan bangun menggeser tubuh lalu bersandar. Seketika kedua bola matanya terbelalak, saat mendapati tubuh polosnya berada di bawah selimut yang sama dengan seorang pria."Aaakkkh, apa yang sudah terjadi..." Freya berteriak histeris seraya mengacak-ngacak rambutnya sangat Frustasi. Hingga membuat pria yang masih tertidur pulas di sampingnya pun terbangun."N-nona Freya, anda sudah bangun?" Tanya pria itu dengan nada terbata-bata. Darah Freya semakin mendidih ketika melihat jelas wajah orang yang sudah merenggut kesuciannya."Kau berani sekali melakukan hal ini padaku," Ucap Freya dalam tangisnya seraya memukul-mukul keras dada bidang kekar sang pria.Baru saja pria itu ingin menjelaskan, tapi Freya tidak menghiraukan. Meskipun kepalanya masih terasa pusing dan berat. Wanita berparas cantik itu pun berusaha keras untuk mengingat apa yang sebenarnya sudah terjadi semalam.Ia akhirnya mengingat dengan jelas bagaimana malam itu terjadi, Kathrine salah satu koleganya, menyodorkan segelas wine. Setelahnya, ingatannya kembali gelap.Sungguh Freya tidak mengerti, bagaimana bisa dirinya tiba-tiba saja bisa mabuk dan tidur bersama pria rendahan, yang hanya bekerja sebagai penyuplai kain di perusahaan tempatnya bekerja.Padahal semalam jelas-jelas ia merayakan pesta perusahaan bersama teman-temannya, karena hasil desainnya berhasil mencapai penjualan tertinggi di seluruh kota Berlin."Tidak, ini pasti ada yang tidak beres. Aku tidak mungkin mabuk hanya karena meminum segelas wine saja," gumam Freya dalam hati, mengingat dirinya mempunyai kemampuan minum yang cukup bagus, dan tidak mungkin baginya bisa kehilangan kesadaran diri begitu saja hanya karena satu gelas wine.Tanpa membuang waktu lagi, Freya beranjak dari atas ranjang berukuran king size itu dengan tubuh polos yang hanya di tutupi selimut putih, lalu memunguti pakaiannya yang masih berserakan di bawah lantai."Nona, maaf semalam aku..."Seketika langkah Freya terhenti, dan menatap nyalang ke arah sumber suara yang berada tepat dari belakang."Kau! dasar pria brengsek, aku tidak ingin mendengar sepatah kata pun lagi yang keluar dari mulutmu, semua ini anggap saja tidak pernah terjadi. Aku sangat membencimu dan kelak jangan pernah muncul lagi di depanku," umpat Freya dengan nada suara serak parau, Lalu ia pergi meninggalkan ruangan yang telah menjadi saksi bisu, di mana ia telah kehilangan sesuatu yang paling berharga dalam dirinya.***Satu jam kemudian, Freya membersihkan diri dan berpenampilan rapih, ia mencoba untuk tetap tenang. Meskipun sebenarnya masih merasa jijik pada dirinya sendiri, setelah mengalami insiden semalam yang tidak pernah ia bayangkan."Hari ini ada meeting penting, aku tidak boleh terlambat," Tegas Freya dalam hati, lalu segera bergegas mengambil kunci dan melajukan mobil.Setelah sampai di Company Grup, Freya berjalan memasuki pintu masuk. Akan tetapi suasana di lobi kantor terasa sangat berbeda tidak seperti biasanya.Semua orang di sana hanya menatap nyalang dan berbisik, saat Freya berjalan menuju ke ruangan kerjanya."Aneh sekali, ada apa dengan mereka? biasanya mereka menyapaku dengan ramah, tapi hari ini kenapa mereka terlihat seperti membenciku." Beberapa pertanyaan muncul di dalam benak Freya."Lihat dia sudah datang, apa dia tidak malu ya? Lehernya itu menjijikan sekali banyak tanda merahnya," Cibir beberapa karyawan di sana."Ku dengar semalam dia menghilang, jadi benar ya ternyata dia tidur dengan pria liar." Timpal karyawan lainnya, sembari tertawa mengejek.Seketika langkah Freya terhenti, saat tak sengaja mendengar beberapa perkataan yang seolah-olah di tujukan pada dirinya. Sungguh ia tidak mengerti apa yang sebenarnya mereka bicarakan barusan.Karena baru saja kemarin malam, semua rekan-rekan kerja memuji prestasi dan keberhasilannya, tapi kali ini Freya merasakan sebaliknya. Bahkan ia juga ingin menghilangkan rasa penasaran dengan menghampiri ke empat wanita itu.Akan tetapi tuan Hellian Yutuo (CEO COmpany Grup) yang kebetulan baru datang lebih dulu memanggilnya."Freya! Kebetulan kau sudah datang, aku tidak menyangka ternyata kamu masih punya nyali untuk datang ke perusahaan, atas apa yang telah kamu lakukan," Hardik tuan Hellian.Freya menyergitkan dahi, sungguh ia tidak mengerti apa yang membuat bosnya, tiba-tiba saja marah-marah tidak jelas."T-tuan maaf sebenarnya apa maksud anda? saya sama sekali tidak mengerti." Freya memberanikan diri bertanya, dengan nada terbata-bata.Dengan darah yang masih mendidih, tuan Hellian pun meluapkan kekesalan dan kekecewaannya pada Freya."Kau masih berpura-pura tidak tahu? lihat apa ini, sungguh sangat memalukan sekali." Hellian melempar beberapa lembar foto ranjang Freya bersama karyawan prianya.Freya tersontak kaget, saat melihat foto dirinya tanpa busana dengan seorang pria, yang hanya di tutupi sebuah selimut saja."Tidak tuan, ini tidak seperti yang anda pikirkan saya .." Baru saja Freya ingin menjelaskan, tapi tuan Hellian malah memotong perkataannya."Cukup Freya, kau tidak usah berdalih. Liat jelas-jelas foto mesum ini dirimu kan? Semua karyawan di sini sudah tahu dan mereka melihatnya di komputer masing-masing, kau sudah membuatku malu dan aku tidak ingin reputasi perusahaan ku hancur hanya karena perbuatan nakal mu!"Freya melotot, melihat foto-foto tersebut. Bagaimana bisa foto-foto kejadian semalam tersebar begitu saja."Mulai sekarang kau bukan lagi desainer di perusahaan ini, dan saat ini juga kau di pecat!"Pernyataan tegas Hellian membuat Freya tercengang. Rasanya ia seperti tersambar petir di pagi hari. Ketika tuan Hellian tiba-tiba saja memecat tanpa mendengarkan pembelaan dirinya terlebih dahulu. "Dipecat?!" Freya menggeleng seraya menatap tuan Hellian dengan netra yang berkaca-kaca. Bahkan seluruh tubuhnya seketika terasa lemas, sampai kedua kakinya seakan-akan sudah tidak sanggup lagi menopang tubuhnya. Melihat Kathrine yang baru saja datang, membuat Freya mempunyai secercah harapan, berharap Kathrine bisa membantu menjelaskan di hadapan semua orang. "Kathrine kebetulan kamu datang, tolong bantu aku, jelaskan pada tuan jika semalam kita bersama dan aku sungguh tidak tahu bagaimana bisa aku tidur dengan seorang pria," Freya memohon, berharap jika Katrine mau membantunya.Namun nihil, harapan Freya tidak sesuai dengan kenyataan. Katrine malah menyangkal semua pertanyaannya, bahkan wanita itu juga mengatakan bahwa dia tidak tahu apa-apa di depan tuan Hellian dan para karyawan di s
"Menikah! Heh, kau ini sudah gila ya? aku mau menerima tawaranmu bukan berarti kau bisa sesuka hati meminta apa pun padaku," Freya menolak dengan nada ketus.Meskipun hanya mendapatkan respon buruk, tapi Damian mencoba untuk tetap tenang dan perlahan mulai menjelaskan niat baiknya. "Nona Freya, saya tahu anda tidak mencintai saya. Tapi apa anda yakin tidak ingin melakukan langkah awal untuk memulihkan image baik pada diri nona lagi? dengan begitu aku yakin orang-orang itu tidak akan berani menghujat tentang kita." Jelas Damian berusaha meyakinkan wanita yang ada di depannya itu. Freya terdiam, ia mulai mencerna semua perkataan Damian memang ada benarnya. Menyandang status seorang istri, setidaknya Freya berpikir jika martabatnya sebagai seorang wanita, perlahan akan mulai pulih kembali di mata semua orang. "B-baiklah, aku mau menikah denganmu. Semua ini aku lakukan demi memulihkan nama baikku. Tidak lebih dari itu, jadi kamu jangan pernah berpikir macam-macam." Freya terpaksa set
Damian menggelengkan kepala, ketika melihat Freya masih berdiri mematung. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun. "Apa nona Freya masih meragukan semua ucapan ku? Percayalah aku tidak akan pernah berbohong. Begini saja Jika nona mempunyai satu desain terbaru berikan saja pada ku," pinta Damian dengan mode wajah serius. Freya menyergitkan dahi, ketika Damian meminta hal yang sangat mengejutkan. "Satu desain untuk apa? saat ini aku belum ada, dan aku juga sedang tidak mood untuk menggambarnya. Tapi aku masih menyimpan satu desain dress yang belum pernah aku tunjukan pada perusahaan," Freya baru ingat bahwa ia masih memiliki duplikat sebuah desain dress, dengan cepatnya ia meraih tas selempang lalu mengambilnya. Melihat gambar desain yang ada di tangan Freya, membuat Damian begitu antusias. Dengan cepatnya lelaki itu meraih untuk melihatnya. "Dress ini cukup menarik, selain di ambil dari perpaduan fashion terkenal jaman wanita Yunani kuno, di padukan dengan mode kekinian. Sungguh terliha
Freya terharu, perasaan di dalam hatinya bercampur aduk. Antara senang dan sedih bahkan rasanya seperti mimpi indah yang sulit untuk di percaya. Namun seketika Freya teringat semua perkataan Damian beberapa hari yang lalu, untuk menunggu kabar baik darinya. "Tunggu, email ini asli apa enggak ya? Kenapa begitu mendadak? Oh iya semalam Damian membawa hasil karya desain ku, apa ini ada hubungan dengan dia?" Freya bertanya-tanya, untuk memastikan perkiraannya kini ia segera menelpon sang suami. Drrttt...drttt..Panggilan terhubung, Freya terlihat begitu antusias. Saat Damian menjawab panggilannya. "Ya, Halo?" Damian memulai topik pembicaraan terlebih dahulu. Freya yang masih merasa gugup, seolah-olah vita suaranya terasa tercekat di tenggorokan, dan bibirnya pun terasa terkunci. Tapi perempuan berparas cantik itu pun tetap berusaha, ia mencoba untuk tetap tenang lalu ia mulai memberanikan diri untuk bertanya secara langsung. "Aku Freya, ada yang ingin aku tanyakan padamu. Tolong jaw
Ingin rasanya Freya menyumpal mulut kedua orang yang ada di depannya, akan tetapi ia berusaha untuk meredam emosi yang bergejolak di dalam hati, karena tidak mau jika sampai terpancing keusilan mereka, dan pada akhirnya dia sendiri yang akan rugi. "Sabar Freya!" Freya berusaha menghibur diri sendiri dalam hati. Ketika suasana di dalam ruangan itu sudah tidak nyaman, dan membuat Freya semakin tertekan. Tiba-tiba saja terlihat seorang wanita memasuki ruangan seraya membawa map hitam di tangannya. "Nona Freya Anastasya!" Panggilnya.Freya tersontak, begitu juga dengan Khatrine dan Hellian. Mereka semua menoleh ke arah sumber suara yang berasal dari depan pintu. "I-iya saya," sahut Freya, lalu beranjak dari tempat duduk seraya memeluk erat beberapa berkas. Hellian dan Kathrine menyergitkan dahi, bahkan mereka saling menatap satu sama lain dengan penuh keheranan. Ketika wanita itu memanggil Freya. "Silahkan ikut dengan saya, CEO sudah menunggu anda di ruangannya," ucap wanita itu, yan
"Maaf tuan..." sesal Freya menundukkan wajah, lalu ia segera meninggalkan ruangan itu. Dengan perasaan yang kesal. Setelah Freya pergi, Dave menghela nafas lega. Karena hampir saja ponselnya di lihat. "Untung saja tidak ketahuan," gumam Dave mengusap kasar wajahnya, sembari menyandarkan punggung di kursi kebesarannya, dengan keringat yang membasahi seluruh tubuh.Dave merasa bersalah, karena ia sudah membentak Freya. Tapi karena terlalu panik. Sampai ia tidak bisa berpikir jernih. "Lain kali, aku tidak boleh ceroboh." Gumam Dave, sembari memijat kening. Setelah keluar dari perusahaan Freya masih merasa kesal, karena tadi di bentak oleh atasan barunya. "Menyebalkan sekali, padahal aku tadi tak sengaja ingin melihat ponselnya, tapi dia malah marah-marah dasar orang aneh," Freya menggerutu. Akan tetapi mengingat sudah di terima di perusahaan itu, membuat rasa kesal Freya berkurang. "Sudahlah, mungkin tadi salahku juga karena ingin tahu privasi orang. Lebih baik aku telepon Damian
Wajah Damian terlihat pucat, ketika melihat Freya mencoba untuk meraih ke empat paperbag itu namun..."Tidak usah nona, biar aku saja. Nona pasti sangat lelah karena sudah memasak." Damian menolak dengan nada lembut. Freya mengerutkan kedua alis, ketika melihat sikap Damian yang sangat aneh. Seolah-olah barangnya tidak boleh di sentuh olehnya. "Ya sudahlah, terserah kamu," Freya tidak bisa memaksa. Ia kembali duduk. Setelah Damian berhasil membawa dompetnya lebih dulu. Kini lelaki tampan itu pun memberikan ke empat paperbag itu kepada Freya. "Jangan marah nona ini terimalah, aku harap nona suka dengan beberapa baju yang aku belikan," Bujuk Damian, lalu memberikan.Freya tertegun, saat mendengar apa yang di katakan oleh sang suami. "Apa! baju untukku?" Tanya Freya untuk memastikan dengan penuh selidik. Damian mengangguk, dan membenarkan semua pertanyaan Freya. "Iya, ambil dan cobalah. Bukankah sekarang nona sudah bekerja? Jadi semoga ini bermanfaat."Freya terdiam, melihat Dami
Sesampainya di mansion, Kahtrine menepis tangan Hellian dengan sangat kasar. Ketika mengingat Freya mendapatkan kesempatan bagus untuk mempromosikan desainnya. lagi. "Lepaskan tanganku!" Hellian tertegun, ketika melihat sang kekasih yang tampak marah besar. Tapi pria itu berusaha membujuk dan menenangkan hati Khatrine. "Sayang, plis. Jangan marah aku akan berusaha untuk membuat desainmu masuk ke perusahaan Alexander, agar kamu bisa mengikuti ajang festival yang kamu inginkan," ucap Hellian sembari memeluk Kathrine dari belakang. "Selalu saja begitu, aku ingin bukti. Kamu lihatkan kenapa Freya bisa mendapatkan peluang yang aku inginkan? Kenapa semua ucapanmu hanya omong kosong saja." Cibir Kahtrine memutar kedua bola mata malasnya. Hellian berusaha untuk tetap sabar menghadapi Kathrine, meskipun ucapan wanita itu sedikit menusuk hati."Sayang, ayo lah jangan marah lagi aku yakin nanti juga desain kita akan di terima oleh mereka. Lagian sudah lama kita tidak bermain. Bagaimana jik