"Apa yang ingin kau bicarakan nyonya Margaretha?" tanya Dave menatap tajam pada ibu tiri Freya. Margaretha yang sedikit ragu pun mulai mengatakan permintaannya. Berharap Dave mau mengabulkan. "Tuan Dave, maafkan saya karena telah lancang, tapi saya hanya ingin memohon tolong cabut laporan anda untuk Melisa. Putri ibu hanya terhasut oleh Khatrine yang menyuruhnya untuk mencuri desain milik Freya, Tante mohon bagaimana pun juga kita pernah menjadi satu keluarga, jadi tolong bebaskan Melisa," Margaretha memohon dengan netra yang berkaca-kaca. Mengingat perlakuan ibu tirinya pada Freya, membuat Dave enggan untuk menanggapi permintaan wanita paruh baya itu "Hm, maaf tante. Melisa sudah berbuat yang melanggar hukum. Jadi mau tidak mau dia harus mempertanggung jawabkan semua perbuatannya. Dan bukankah Tante juga sudah memakan uang dari Khatrine," Sindir Dave, lalu ia pergi begitu saja meninggalkan nyonya Margaretha. Dan kembali berjalan menuju ke kamar Freya, yang berada tidak jauh dari
Freya masih bergeming, memang semua perkataan Dave ada benarnya. Seharusnya dia senang saat semua perkataan pria yang ada di depannya itu memang ada benarnya. Tapi jauh dari lubuk hatinya. Wanita cantik itu seolah tidak rela saat membayangkan Dave bersama dengan wanita lain. "Besok aku akan menikah, jadi jika berkenan kamu boleh menghadiri pesta. Mengenai putra kita jangan khawatir Ansel tetaplah putraku dan ikutan darah tidak akan pernah bisa terpisahkan," ungkap Dave lalu ia pergi. Freya menggelengkan kepala, saat melihat Dave pergi begitu saja tanpa menoleh padanya lagi, ingin Freya memanggil dan mengatakan agar Dave tidak pergi, tapi entah kenapa bibirnya seah terkunci. "Kenapa! kenapa hatiku terasa sangat sakit, aku tidak bisa membayangkan dia bersanding dengan wanita lain," Freya menggerutu dalam hati. Dave dengan langkah yang berat, dia seolah tak tega saat melihat kesedihan yang terpancar di wajah wanita yang sangat dia cintai. Tapi demi meyakinkan sang ayah. Lelaki tampan
Dave melepaskan tangan Luna, dengan emosi yang terus dia tahan. Mengingat wanita yang ada di depannya itu yang sangat licik dan penuh dengan sebuah obsesi. "Bagaimana gaun pengantinku ini? bagus tidak mas?" Luna melontarkan pertanyaan untuk yang kedua kalinya berharap Dave akan terpesona dengan kecantikan dirinya. "Hm, lumayan juga. Aku sangat lelah dan ingin beristirahat dulu," Dave sengaja menghindar. Tentu saja Luna terlihat sangat kecewa. "Tapi mas, kamu juga harus mencoba tuxedo juga aku ingin melihatnya," Pinta Luna penuh harap. Tapi Dave tidak menggubrisnya dan malah berjalan ke arah kamarnya yang berada di lantai atas. Luna mendengus kesal, saat melihat sikap Dave yang sama sekali belum berubah padahal mereka akan menikah beberapa jam lagi. "Sial! kenapa dia terus tidak memandangku? tapi aku tidak peduli. Yang jelas sebentar lagi aku akan menjadi nyonya Dave dan kekayaan keluarga Wijaya sebentar lagi bisa berada di dalam kendaliku," geram Luna dalam hati dengan penuh keya
Satu hari kemudian, Di sebuah gedung besar dan mewah terlihat dekorasi pernikahan yang sangat mewah, semua para pelayan tengah sibuk menyambut para tamu yang sudah berlalu lalang menghadiri pesta. Hari ini Luna sangat bahagia karena akhirnya rencana tinggal satu langkah lagi akan berhasil, selain akan menyandang status sebagai nyonya Dave, ia juga sudah tak sabar ingin segera mewujudkan keinginan ayahnya. "Akhirnya Dave mau menikah denganku, semua teman-temanku pasti sangat iri karena aku berhasil menaklukkan seorang CEO terkaya dan tertampan di seluruh kota," Racau Luna dalam hati sembari tersenyum miring. Saat masih duduk di meja rias. Kedua tenaga MUA pun memuji dirinya yang terlihat cantik. "Wah, nona Luna sangat cantik sekali dengan gaun pengantin ini," kata kedua MUA itu memuji Luna. "Heh, tentu saja aku sangat cantik. Dan lagi pula tidak ada wanita lain yang pantas menjadi istri Dave selain aku," Luna mengangkat wajah dengan penuh kesombongan diri. Kedua wanita itu seseka
"Aahhh sakit.."Terdengar suara desahan perempuan memenuhi ruangan sebuah kamar hotel besar dan mewah dalam suasana temaram. "Ma-maaf Nona, aku tidak bisa menahan gejolak ini..." Pria itu mengeram sembari mengangkat kepala, dengan kedua pelupuk mata terpejam menahan rasa nikmat yang luar biasa. Pria itu menekan Freya dengan kencang, membuat nafasnya saling mengejar satu sama lain dengan pria misterius itu. "Aaahhhh.." Suara desahan itu kembali lolos, kali ini diiringi wajah si wanita yang mendongak ke atas. Merasakan kenikmatan yang semakin menguasai tubuh dan pikirannya. Setelah melewati malam panjang yang penuh bintang, keduanya ambruk dan tak sadarkan diri. Freya yang masih diliputi kesadaran menatap wajah pria itu, pria yang begitu ia kenal. Lalu ia cukup tersentak ketika melihat sebuah kamera kecil ada di dekat daun pintu...Kamera...Namun, kegelapan segera memenuhi kesadarannya tersebut...Malam berganti pagi, cahaya matahari menyinari gordeng dan masuk ke dalam celah-celah
Pernyataan tegas Hellian membuat Freya tercengang. Rasanya ia seperti tersambar petir di pagi hari. Ketika tuan Hellian tiba-tiba saja memecat tanpa mendengarkan pembelaan dirinya terlebih dahulu. "Dipecat?!" Freya menggeleng seraya menatap tuan Hellian dengan netra yang berkaca-kaca. Bahkan seluruh tubuhnya seketika terasa lemas, sampai kedua kakinya seakan-akan sudah tidak sanggup lagi menopang tubuhnya. Melihat Kathrine yang baru saja datang, membuat Freya mempunyai secercah harapan, berharap Kathrine bisa membantu menjelaskan di hadapan semua orang. "Kathrine kebetulan kamu datang, tolong bantu aku, jelaskan pada tuan jika semalam kita bersama dan aku sungguh tidak tahu bagaimana bisa aku tidur dengan seorang pria," Freya memohon, berharap jika Katrine mau membantunya.Namun nihil, harapan Freya tidak sesuai dengan kenyataan. Katrine malah menyangkal semua pertanyaannya, bahkan wanita itu juga mengatakan bahwa dia tidak tahu apa-apa di depan tuan Hellian dan para karyawan di s
"Menikah! Heh, kau ini sudah gila ya? aku mau menerima tawaranmu bukan berarti kau bisa sesuka hati meminta apa pun padaku," Freya menolak dengan nada ketus.Meskipun hanya mendapatkan respon buruk, tapi Damian mencoba untuk tetap tenang dan perlahan mulai menjelaskan niat baiknya. "Nona Freya, saya tahu anda tidak mencintai saya. Tapi apa anda yakin tidak ingin melakukan langkah awal untuk memulihkan image baik pada diri nona lagi? dengan begitu aku yakin orang-orang itu tidak akan berani menghujat tentang kita." Jelas Damian berusaha meyakinkan wanita yang ada di depannya itu. Freya terdiam, ia mulai mencerna semua perkataan Damian memang ada benarnya. Menyandang status seorang istri, setidaknya Freya berpikir jika martabatnya sebagai seorang wanita, perlahan akan mulai pulih kembali di mata semua orang. "B-baiklah, aku mau menikah denganmu. Semua ini aku lakukan demi memulihkan nama baikku. Tidak lebih dari itu, jadi kamu jangan pernah berpikir macam-macam." Freya terpaksa set
Damian menggelengkan kepala, ketika melihat Freya masih berdiri mematung. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun. "Apa nona Freya masih meragukan semua ucapan ku? Percayalah aku tidak akan pernah berbohong. Begini saja Jika nona mempunyai satu desain terbaru berikan saja pada ku," pinta Damian dengan mode wajah serius. Freya menyergitkan dahi, ketika Damian meminta hal yang sangat mengejutkan. "Satu desain untuk apa? saat ini aku belum ada, dan aku juga sedang tidak mood untuk menggambarnya. Tapi aku masih menyimpan satu desain dress yang belum pernah aku tunjukan pada perusahaan," Freya baru ingat bahwa ia masih memiliki duplikat sebuah desain dress, dengan cepatnya ia meraih tas selempang lalu mengambilnya. Melihat gambar desain yang ada di tangan Freya, membuat Damian begitu antusias. Dengan cepatnya lelaki itu meraih untuk melihatnya. "Dress ini cukup menarik, selain di ambil dari perpaduan fashion terkenal jaman wanita Yunani kuno, di padukan dengan mode kekinian. Sungguh terliha