Pernyataan tegas Hellian membuat Freya tercengang.
Rasanya ia seperti tersambar petir di pagi hari. Ketika tuan Hellian tiba-tiba saja memecat tanpa mendengarkan pembelaan dirinya terlebih dahulu."Dipecat?!" Freya menggeleng seraya menatap tuan Hellian dengan netra yang berkaca-kaca. Bahkan seluruh tubuhnya seketika terasa lemas, sampai kedua kakinya seakan-akan sudah tidak sanggup lagi menopang tubuhnya.Melihat Kathrine yang baru saja datang, membuat Freya mempunyai secercah harapan, berharap Kathrine bisa membantu menjelaskan di hadapan semua orang."Kathrine kebetulan kamu datang, tolong bantu aku, jelaskan pada tuan jika semalam kita bersama dan aku sungguh tidak tahu bagaimana bisa aku tidur dengan seorang pria," Freya memohon, berharap jika Katrine mau membantunya.Namun nihil, harapan Freya tidak sesuai dengan kenyataan. Katrine malah menyangkal semua pertanyaannya, bahkan wanita itu juga mengatakan bahwa dia tidak tahu apa-apa di depan tuan Hellian dan para karyawan di sana.Freya semakin terpojok, sungguh ia tidak pernah menyangka jika Katrine bersikap tak acuh. Padahal jelas-jelas di pesta malam itu mereka lewat bersama."Kathrine kamu.." Freya kecewa dan menangis."Cukup, jangan membawa orang lain dalam masalahmu. Sekarang lebih baik kau pergi dari sini, sebelum reputasi perusahaan ini hancur karena ulah mu, dan mulai sekarang kontrak kerja sama di antara kita telah berakhir!" Usir Hellian dengan nada tinggi.Freya yang masih berdiri mematung hanya bisa menangis, kini perlahan ia berjalan mundur saat bos dan semua temannya tidak ada yang percaya, yang ada mereka semua malah mencibir dan memandang rendah dirinya.Karena sudah tak tahan lagi, Freya memutar badan lalu berlari secepat mungkin keluar dari perusahaan dalam keadaan yang terhina.Sementara di tempat lain, Dave Alexander tengah memijat keningnya.Pria dengan tubuh sigap dan rahang yang tegas itu merupakan CEO dari Alexander Grup. Sebuah perusahaan Fashion dan mode Multinasional yang telah meraksasa dan tak tertandingi.Suatu ketik, Dave Alexander tak sengaja datang pada pagelaran fashion privat milik Company Grup dan melihat Freya tengah mempresentasikan desain busana terbarunya.Saat pertama kali melihat Freya dan hasil desainnya, Dave Alexander bertekad untuk merebut Freya dari company Grup. Beberapa kali Dave menyuruh bawahannya untuk "membajak" Freya, namun loyalitas Freya harus membuatnya turun tangan sendiri. "membajaknya." Sikap Freya yang begitu dingin terhadap laki-laki asing membuatnya kesulitan untuk mendekatinya.Namun, di saat ini ruangannya. Ia tak habis pikir, misinya untuk membajak Freya yang merupakan designer fashion berbakat, hancur karena cinta satu malam ia lakukan dengannya."Hellian brengsek! wine sodorannya tidak aku minum!"Pada malam itu, Freya dan Dave Alexander dijebak dalam satu kamar yang sama. Setelah meminum wine yang di taruh obat perangsang. Dave Alexander yang saat itu menyamar sebagai Damian si penjual kain terpaksa menerima ajakan Hellian untuk minum-minum di pesta tersebut.Sebelumnya, selama beberapa tahun terakhir. Dave Alexander menyamar sebagai penyuplai kain di perusahaan milik Hellian untuk mengawasi perkembangan Freya. Sampai akhirnya peristiwa malam itu membuyarkan semua rencananya.Karena tidak bisa mengendalikan tubuhnya, akibat reaksi obat perangsang itu, Freya dan Dave Alexander pun melakukannya dengan terpaksa.Akibatnya, esok paginya Freya sadar telah melakukan kesalahan pun pergi dari kamar tersebut. Seraya menyumpahserapahi Dave tanpa tahu kejadian yang sebenarnya.Dan sekarang ia mestui mencari keberadaan Freya yang tiba-tiba saja hilang keberadaannya itu."Sial! Aku harus memulainya lagi dari awal.""Tuan Dave!" Tiba-tiba seorang laki-laki dengan badan tegap menghampiri Dave Alexander yang ada di ruangan kebesarannya.Ia hanya menatap dingin pegawai yang baru datang itu."Nona Freya di temukan! dan sekarang tengah mengarah ke jembatan yang melewati sungai yang sangat deras!""Apa!" Tiba-tiba saja wajah Dave terlihat sangat pucat.***Freya berlari secepat mungkin seraya menghapus air mata yang terus mengalir deras, tubuhnya seakan melayang dan berjalan tanpa arah tujuan. Hingga akhirnya ia sampai di sebuah jembatan besar."Kenapa tuhan? Kenapa hidupku dalam sekejap menjadi seperti ini? Tubuhku sudah tidak suci lagi dan sekarang karierku semuanya sudah hancur, sekarang hidupku sudah tidak berguna lagi. Lebih baik aku mati saja," Freya berdiri di ujung jembatan. Dan mencoba untuk melompat ke laut.Tapi tiba-tiba saja seorang pria yang berpenampilan sederhana datang menghampirinya."Hentikan nona Freya! Jangan lakukan hal bodoh seperti ini, itu tidak akan menyelesaikan masalah, dan hanya akan merugikan dirimu saja. Aku mohon turunlah," Pinta seorang pria yang bernama Damian, ia mengulurkan tangannya dan berusaha membujuk Freya agar tidak melompat.Freya terdiam, lalu ia melirik ke arah sumber suara, yang berada tepat di bawahnya."Kau, untuk apa kau datang ke sini? Tidak puas kah kamu sudah merenggut harga diriku? Sekarang bahkan karierku hancur dan itu semua gara-gara kamu. Bertemu denganmu adalah kesialan terbesar dalam hidupku, sekarang lebih baik kamu pergi jangan halangi aku," Teriak Freya dengan penuh kebencian.Damian menghela nafas dalam-dalam, lalu ia berusaha menjelaskan jika dirinya semalam di beri segelas wine juga, bahkan ia di suruh untuk menyimpan sample di kamar hotel."Sungguh nona, aku minta maaf. Cepat turunlah. Jangan sampai anda membawa image buruk dan mati konyol hanya karena kesalahpahaman ini, tolong percayalah padaku, aku akan membantumu untuk meraih reputasi dan kariermu lagi," Damian berusaha membujuk, berharap jika Freya mau memikirkan perkataannya. "Heh, kau bilang ingin membantuku? Apa kau tidak bisa berkaca pada dirimu sendiri, kau hanyalah pegawai rendahan bagaimana mungkin kau punya kemampuan untuk mengembalikan hidup dan karierku seperti dulu lagi, jangan mimpi aku tidak percaya itu," Bentak Freya tersenyum getir, seraya menahan air mata.Damian berusaha untuk tetap tenang, tanpa menghiraukan hinaan Freya."Kau salah nona Freya, di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin. Di atas langit masih ada langit dan di bawah tanah masih ada lapisan tanah paling dasar, sama halnya dengan kemampuan manusia, perusahaan tuan Hellian memang besar dan sangat berpengaruh di kota ini, tapi apa anda tidak berpikir bahwa ada perusahaan fashion lainnya yang lebih besar, bahkan produk mereka sampai masuk ke pasar dunia. Aku memang seorang penyuplai kain, tapi setidaknya aku bisa membantu desainmu untuk di tawarkan pada relasi kenalan pengusaha lainnya," ungkap Damian. Yang berusaha meyakinkan.Freya terdiam, ia mulai mencerna semua perkataan Damian yang memang benar adanya. Di dunia ini memang tidak ada yang mustahil selama kita mau berusaha."Nona, ayo turunlah. Jangan berbuat bodoh. Cara balas dendam yang baik adalah menunjukkan kemampuanmu pada mereka."Seketika hati Freya mulai luluh, lalu ia mencoba untuk meraih uluran tangan Damian. Dan tanpa membuang waktu lagi pria tampan berpenampilan sederhana itu pun segera menarik dan memeluk tubuh ideal Freya dengan sangat erat."Terima kasih nona, kau mau memikirkan perkataanku." Damian bernapas lega."Cukup, kau jangan macam-macam. Aku memang mau memikirkan tawaranmu. Tapi bukan berarti kau bisa sesuka hati menyentuhku, sekarang buktikan ucapanmu padaku." Freya mendorong dada bidang Damian.Meskipun Freya berkata kasar dan sinis, Damian tetap berusaha untuk tenang dan sabar menghadapinya."Tentu saja nona, aku tidak akan mengingkari semua janjiku. Dan sebagai penebus kesalahanku. Mau kah nona Freya menikah denganku?" Pinta Damian dengan penuh ketulusan dan bersungguh-sungguh."Menikah! Heh, kau ini sudah gila ya? aku mau menerima tawaranmu bukan berarti kau bisa sesuka hati meminta apa pun padaku," Freya menolak dengan nada ketus.Meskipun hanya mendapatkan respon buruk, tapi Damian mencoba untuk tetap tenang dan perlahan mulai menjelaskan niat baiknya. "Nona Freya, saya tahu anda tidak mencintai saya. Tapi apa anda yakin tidak ingin melakukan langkah awal untuk memulihkan image baik pada diri nona lagi? dengan begitu aku yakin orang-orang itu tidak akan berani menghujat tentang kita." Jelas Damian berusaha meyakinkan wanita yang ada di depannya itu. Freya terdiam, ia mulai mencerna semua perkataan Damian memang ada benarnya. Menyandang status seorang istri, setidaknya Freya berpikir jika martabatnya sebagai seorang wanita, perlahan akan mulai pulih kembali di mata semua orang. "B-baiklah, aku mau menikah denganmu. Semua ini aku lakukan demi memulihkan nama baikku. Tidak lebih dari itu, jadi kamu jangan pernah berpikir macam-macam." Freya terpaksa set
Damian menggelengkan kepala, ketika melihat Freya masih berdiri mematung. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun. "Apa nona Freya masih meragukan semua ucapan ku? Percayalah aku tidak akan pernah berbohong. Begini saja Jika nona mempunyai satu desain terbaru berikan saja pada ku," pinta Damian dengan mode wajah serius. Freya menyergitkan dahi, ketika Damian meminta hal yang sangat mengejutkan. "Satu desain untuk apa? saat ini aku belum ada, dan aku juga sedang tidak mood untuk menggambarnya. Tapi aku masih menyimpan satu desain dress yang belum pernah aku tunjukan pada perusahaan," Freya baru ingat bahwa ia masih memiliki duplikat sebuah desain dress, dengan cepatnya ia meraih tas selempang lalu mengambilnya. Melihat gambar desain yang ada di tangan Freya, membuat Damian begitu antusias. Dengan cepatnya lelaki itu meraih untuk melihatnya. "Dress ini cukup menarik, selain di ambil dari perpaduan fashion terkenal jaman wanita Yunani kuno, di padukan dengan mode kekinian. Sungguh terliha
Freya terharu, perasaan di dalam hatinya bercampur aduk. Antara senang dan sedih bahkan rasanya seperti mimpi indah yang sulit untuk di percaya. Namun seketika Freya teringat semua perkataan Damian beberapa hari yang lalu, untuk menunggu kabar baik darinya. "Tunggu, email ini asli apa enggak ya? Kenapa begitu mendadak? Oh iya semalam Damian membawa hasil karya desain ku, apa ini ada hubungan dengan dia?" Freya bertanya-tanya, untuk memastikan perkiraannya kini ia segera menelpon sang suami. Drrttt...drttt..Panggilan terhubung, Freya terlihat begitu antusias. Saat Damian menjawab panggilannya. "Ya, Halo?" Damian memulai topik pembicaraan terlebih dahulu. Freya yang masih merasa gugup, seolah-olah vita suaranya terasa tercekat di tenggorokan, dan bibirnya pun terasa terkunci. Tapi perempuan berparas cantik itu pun tetap berusaha, ia mencoba untuk tetap tenang lalu ia mulai memberanikan diri untuk bertanya secara langsung. "Aku Freya, ada yang ingin aku tanyakan padamu. Tolong jaw
Ingin rasanya Freya menyumpal mulut kedua orang yang ada di depannya, akan tetapi ia berusaha untuk meredam emosi yang bergejolak di dalam hati, karena tidak mau jika sampai terpancing keusilan mereka, dan pada akhirnya dia sendiri yang akan rugi. "Sabar Freya!" Freya berusaha menghibur diri sendiri dalam hati. Ketika suasana di dalam ruangan itu sudah tidak nyaman, dan membuat Freya semakin tertekan. Tiba-tiba saja terlihat seorang wanita memasuki ruangan seraya membawa map hitam di tangannya. "Nona Freya Anastasya!" Panggilnya.Freya tersontak, begitu juga dengan Khatrine dan Hellian. Mereka semua menoleh ke arah sumber suara yang berasal dari depan pintu. "I-iya saya," sahut Freya, lalu beranjak dari tempat duduk seraya memeluk erat beberapa berkas. Hellian dan Kathrine menyergitkan dahi, bahkan mereka saling menatap satu sama lain dengan penuh keheranan. Ketika wanita itu memanggil Freya. "Silahkan ikut dengan saya, CEO sudah menunggu anda di ruangannya," ucap wanita itu, yan
"Maaf tuan..." sesal Freya menundukkan wajah, lalu ia segera meninggalkan ruangan itu. Dengan perasaan yang kesal. Setelah Freya pergi, Dave menghela nafas lega. Karena hampir saja ponselnya di lihat. "Untung saja tidak ketahuan," gumam Dave mengusap kasar wajahnya, sembari menyandarkan punggung di kursi kebesarannya, dengan keringat yang membasahi seluruh tubuh.Dave merasa bersalah, karena ia sudah membentak Freya. Tapi karena terlalu panik. Sampai ia tidak bisa berpikir jernih. "Lain kali, aku tidak boleh ceroboh." Gumam Dave, sembari memijat kening. Setelah keluar dari perusahaan Freya masih merasa kesal, karena tadi di bentak oleh atasan barunya. "Menyebalkan sekali, padahal aku tadi tak sengaja ingin melihat ponselnya, tapi dia malah marah-marah dasar orang aneh," Freya menggerutu. Akan tetapi mengingat sudah di terima di perusahaan itu, membuat rasa kesal Freya berkurang. "Sudahlah, mungkin tadi salahku juga karena ingin tahu privasi orang. Lebih baik aku telepon Damian
Wajah Damian terlihat pucat, ketika melihat Freya mencoba untuk meraih ke empat paperbag itu namun..."Tidak usah nona, biar aku saja. Nona pasti sangat lelah karena sudah memasak." Damian menolak dengan nada lembut. Freya mengerutkan kedua alis, ketika melihat sikap Damian yang sangat aneh. Seolah-olah barangnya tidak boleh di sentuh olehnya. "Ya sudahlah, terserah kamu," Freya tidak bisa memaksa. Ia kembali duduk. Setelah Damian berhasil membawa dompetnya lebih dulu. Kini lelaki tampan itu pun memberikan ke empat paperbag itu kepada Freya. "Jangan marah nona ini terimalah, aku harap nona suka dengan beberapa baju yang aku belikan," Bujuk Damian, lalu memberikan.Freya tertegun, saat mendengar apa yang di katakan oleh sang suami. "Apa! baju untukku?" Tanya Freya untuk memastikan dengan penuh selidik. Damian mengangguk, dan membenarkan semua pertanyaan Freya. "Iya, ambil dan cobalah. Bukankah sekarang nona sudah bekerja? Jadi semoga ini bermanfaat."Freya terdiam, melihat Dami
Sesampainya di mansion, Kahtrine menepis tangan Hellian dengan sangat kasar. Ketika mengingat Freya mendapatkan kesempatan bagus untuk mempromosikan desainnya. lagi. "Lepaskan tanganku!" Hellian tertegun, ketika melihat sang kekasih yang tampak marah besar. Tapi pria itu berusaha membujuk dan menenangkan hati Khatrine. "Sayang, plis. Jangan marah aku akan berusaha untuk membuat desainmu masuk ke perusahaan Alexander, agar kamu bisa mengikuti ajang festival yang kamu inginkan," ucap Hellian sembari memeluk Kathrine dari belakang. "Selalu saja begitu, aku ingin bukti. Kamu lihatkan kenapa Freya bisa mendapatkan peluang yang aku inginkan? Kenapa semua ucapanmu hanya omong kosong saja." Cibir Kahtrine memutar kedua bola mata malasnya. Hellian berusaha untuk tetap sabar menghadapi Kathrine, meskipun ucapan wanita itu sedikit menusuk hati."Sayang, ayo lah jangan marah lagi aku yakin nanti juga desain kita akan di terima oleh mereka. Lagian sudah lama kita tidak bermain. Bagaimana jik
"Hey, sampai kapan kamu mau menyuruhku untuk tetap berdiri di bawah air hujan? Apa kamu ingin aku masuk angin dan kedinginan?" tanya Freya menyergitkan dahi, saat melihat Damian yang malah bengong. Damian terbuyar dalam lamunan, lalu segera meminta maaf karena membuat istrinya menunggu. "Nona maaf, saya tadi.." Belum tuntas lelaki tampan itu berkata. Freya lebih dulu meminta untuk segera masuk, karena sudah tak tahan derasnya air hujan. "Ck, ayo cepat, niat payungin aku gak sih? " Freya berdecak kesal. "I-iya nona, mari masuk." Sahut Damian, segera menggandeng sang istri dan memayungi menuju ke dalam. Sesampainya di dalam apartemen, Freya segera bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri, dan mengganti pakaiannya yang basah kuyup. Sementara Damian, berinisiatif membuatkan minuman hangat jahe merah untuk Freya. Mengingat sifat sang istri yang begitu dingin padanya membuat ia menggeleng. "Sungguh sikapnya begitu cuek dan dingin, jika bukan karena insiden malam itu, Fr