Sesampainya di mansion, Kahtrine menepis tangan Hellian dengan sangat kasar. Ketika mengingat Freya mendapatkan kesempatan bagus untuk mempromosikan desainnya. lagi. "Lepaskan tanganku!" Hellian tertegun, ketika melihat sang kekasih yang tampak marah besar. Tapi pria itu berusaha membujuk dan menenangkan hati Khatrine. "Sayang, plis. Jangan marah aku akan berusaha untuk membuat desainmu masuk ke perusahaan Alexander, agar kamu bisa mengikuti ajang festival yang kamu inginkan," ucap Hellian sembari memeluk Kathrine dari belakang. "Selalu saja begitu, aku ingin bukti. Kamu lihatkan kenapa Freya bisa mendapatkan peluang yang aku inginkan? Kenapa semua ucapanmu hanya omong kosong saja." Cibir Kahtrine memutar kedua bola mata malasnya. Hellian berusaha untuk tetap sabar menghadapi Kathrine, meskipun ucapan wanita itu sedikit menusuk hati."Sayang, ayo lah jangan marah lagi aku yakin nanti juga desain kita akan di terima oleh mereka. Lagian sudah lama kita tidak bermain. Bagaimana jik
"Hey, sampai kapan kamu mau menyuruhku untuk tetap berdiri di bawah air hujan? Apa kamu ingin aku masuk angin dan kedinginan?" tanya Freya menyergitkan dahi, saat melihat Damian yang malah bengong. Damian terbuyar dalam lamunan, lalu segera meminta maaf karena membuat istrinya menunggu. "Nona maaf, saya tadi.." Belum tuntas lelaki tampan itu berkata. Freya lebih dulu meminta untuk segera masuk, karena sudah tak tahan derasnya air hujan. "Ck, ayo cepat, niat payungin aku gak sih? " Freya berdecak kesal. "I-iya nona, mari masuk." Sahut Damian, segera menggandeng sang istri dan memayungi menuju ke dalam. Sesampainya di dalam apartemen, Freya segera bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri, dan mengganti pakaiannya yang basah kuyup. Sementara Damian, berinisiatif membuatkan minuman hangat jahe merah untuk Freya. Mengingat sifat sang istri yang begitu dingin padanya membuat ia menggeleng. "Sungguh sikapnya begitu cuek dan dingin, jika bukan karena insiden malam itu, Fr
Pagi hari yang cerah, Freya yang sudah berpenampilan cantik dan rapi, ia sengaja bangun pagi-pagi sekali. Karena hari ini ada beberapa skema desain yang belum ia sempurnakan. Tapi sebagai seorang istri, ia tak lupa melakukan kewajibannya lebih dulu. Dengan menyiapkan beberapa menu makanan untuk sarapan pagi. "Akhirnya selesai juga," gumam Freya, menata rapi dua gelas susu murni dan dua porsi roti bakar, yang baru saja ia panggang tadi. Baru saja Freya menoleh ke arah belakang, dan ingin memanggil suaminya. Tiba-tiba Damian sudah lebih dulu keluar dari kamar mandi. Dengan penampilan bertelanjang dada, yang hanya mengenakan handuk putih di bawah pinggangnya. Melihat sang istri yang sudah berdiri di dekat meja makan, membuat Damian menyapanya terlebih dahulu. "Selamat pagi nona..." Sapa Damian tersenyum, seraya mengibaskan rambutnya yang masih setengah basah. "Aaakkkhh...ka-kamu sudah mandi? Kenapa tidak langsung memakai baju. Kenapa berdiri di depanku dengan penampilan seperti itu
Baru saja Freya berdiri untuk menunggu taksi, tiba-tiba saja ia baru ingat jika ada satu map lagi yang tertinggal di kamar, dan itu adalah map yang sangat penting di mana hasil gambar desainnya yang sudah 100 persen selesai. "Ya ampun, ternyata gambar desainku yang satu lagi tidak ada. Pasti aku lupa memasukannya," Freya terkejut, setelah memeriksa beberapa file yang ia pegang. Sebelum ada taksi yang lewat, kini Freya kembali ke apartemen suaminya dengan langkah yang terburu-buru. Hingga akhirnya sampai di depan gerbang. Namun seketika wanita cantik itu terkejut, saat tak sengaja melihat sang suami yang baru keluar dari apartemen, lalu terlihat seorang pria berpakaian serba hitam yang membukakan pintu mobil untuknya. "Damian! kenapa dia masuk ke mobil mewah? sebenarnya siapa juga pria yang di depannya?" Freya menatap dari kejauhan dengan penuh selidik. Melihat jarum jam yang melingkar di tangan hampir menunjukan jam 6:30. Membuat dirinya tak mempunyai banyak waktu lagi. "Sudahla
Tepat jam 12 siang, Freya yang masih fokus dengan pekerjaannya. Tiba-tiba Mandy datang menghampiri dan memberitahukan sebuah pesan yang telah di sampaikan oleh sang bos. "Nona Freya." Panggil Mandy. Freya pun segera menjeda aktivitasnya sejenak, lalu melirik ke arah sumber suara. "Asisten Mandy ada apa?" Tanya Freya. Lalu menyuruh wanita itu untuk duduk. Dan Mandy yang sudah tidak sungkan lagi, kini ia duduk lalu menyampaikan sesuai perintah."Nona Freya, tuan menunggu anda di mobil. Beliau berharap nona tidak membuatnya menunggu lama." Ucap Mandy. "Apa menungguku? Kenapa tuan Dave menungguku di mobil? bukankah kemarin beliau bilang ingin memperbarui kontrak saja," Freya masih belum mengerti kenapa bosnya tiba-tiba saja menyuruh untuk naik mobil bersama. Sebagai asisten kepercayaan, Mandy pun mencoba untuk menjelaskan pada Freya. Jika ia hanya perlu mematuhi semua perintah bosnya. "Nona Freya, tuan adalah orang yang sangat menghargai waktu. Jadi tenanglah menurut saya nona tida
Hellian dan Kahtrine pun saling menatap satu sama lain, ketika Dave Alexander melontarkan pertanyaan pada mereka. "Kebetulan Kahtrine adalah designer yang berbakat dan mempunyai image yang baik, jika tuan berkenan bagaimana jika kita berdua bekerja sama, aku bisa membuat dia bekerja di perusahan anda, dan menurut tuan bagaimana hasil desainnya yang sudah kami kirimkan kemarin pada asisten anda?" Tanya Hellian sembari mempromosikan Kahtrine. Dave hanya memancarkan senyum smrik di balik kacamata dan maskernya itu, saat mendengar semua perkataan Hellian membuatnya sangat konyol. "Heh, image yang baik menurutmu? Apakah menjelek-jelekkan orang di depan atasannya itu bagus dan beretitut?" Tanya Dave yang lagi-lagi menyindir ke dua orang yang mencoba untuk menjilatinya. Hellian dan Kathrine tersontak, saat mendengar perkataan Dave yang terdengar begitu menusuk hati. Begitu juga dengan Freya yang masih berdiri tepat di samping bos barunya. "Apa aku saja ya, yang merasa jika tuan Dave sepe
Setelah Freya pulang, ia tampak masih kesal dengan sikap bosnya yang tiba-tiba saja membatalkan untuk menandatangi kontrak tambahan untuk hari ini. "Sungguh menyebalkan, dia sendiri yang mengajak ke restoran dan dia sendiri juga yang membatalkan, mana bicaranya..." Freya menggerutu, ketika mengingat sikap Dave Alexander yang berbuat sesuka hati. Sesampainya di depan pintu, Freya menggesek cardlock lalu masuk dengan tubuh yang tiba-tiba saja terasa lemas dan lesu. "Nona, anda sudah pulang?" Damian segera menghampiri. Freya hanya menganggukkan kepala dengan pelan, saat menjawab pertanyaan suaminya. Melihat wajah cemberut sang istri membuat lelaki tampan itu penasaran, hingga ia memberanikan diri untuk bertanya. "Nona Freya, kenapa? Wajahnya terlihat cemberut seperti itu. Katakanlah apa ada masalah di kantor?" Damian melontarkan beberapa pertanyaan dengan perasaan yang sedikit cemas. Freya menghela nafas panjang, lalu ia sedikit mengeluarkan unek-unek yang ada di dalam hati. Karen
Setelah keluar dari apotik, Freya berjalan dengan langkah yang lemas tatapan kedua manik matanya terlihat kosong, bahkan wanita cantik itu berjalan seperti tanpa arah tujuan. "Aku hamil? Di dalam perutku ada janin dari pria yang sama sekali tidak pernah aku cintai? Takdir macam apa ini? Apakah itu artinya aku akan hidup bersama dengan dia untuk waktu yang lebih lama lagi? tidak! Itu tidak mungkin, kenapa-kenapa aku benci semua ini!" umpat Freya meluapkan kekesalan, lalu ia berdiri di balkon apartemen. Tanpa ada orang yang tahu ia ada di sana. Seketika tubuh Freya merosot ke bawah lantai, air matanya mengalir dengan deras. Sungguh ini adalah hal yang tidak pernah Freya bayangkan. Bagaimana bisa, ia sekarang mengandung anak Damian. Sementara awalnya ia menikah hanyalah karena terpaksa, demi hanya ingin balas dendam saja pada Hellian dan Khatrine. Tapi sekarang Freya kembali berada di dalam situasi yang sulit, ia tak tahu apakah harus menerima kehadiran nyawa baru yang ada di dalam pe