"Jo...""Vio."Dua orang yang pernah bersama dalam ikatan kekasih, saling pandang dengan pikirannya masing-masing.Violet yang memang sengaja meninggalkan Joan, merasa tidak enak bertemu dengan pria yang dulu pernah ia cintai.Padahal ia telah mencoba untuk menghindari Joan, yang Violet tahu masih terus mencari keberadaannya.Joan yang masih menatap Violet, tidak menyangka akan bertemu dengannya lagi.Setelah susah payah Joan melupakan Violet, kini tiba-tiba ia bertemu lagi dengan Violet.Joan kembali mengingat saat Violet memutus hubungan kasih dengannya, dan juga menghilang bak di telan bumi.Yang membuat dirinya benar-benar hancur. "Vio, ke mana saja kamu selama ini?" tanya Joan dengan spontan.Namun, Violet tidak ingin menjawab pertanyaan dari Joan. Yang ada mengulurkan satu tangannya untuk menjabat tangan Joan. "Lama kita tidak bertemu, Jo. Bagaimana kabarmu?" tanya Violet untuk mencairkan suasana, karena sepertinya Joan tidak baik-baik saja.Tentu saja Joan tidak baik-baik saja,
Zack hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat Joan yang belum lama tiba di kantor setelah bertemu dengan Mister Paul dan juga Violet. Menyapu bersih benda-benda yang berada diatas meja kerjanya."Arghhhhhh!" teriak Joan untuk mengekspresikan perasaannya saat ini."Sekalian saja balikin itu meja." sindir Zack."Diam kau!""Lagian seperti ini ngapain Jo... Jo... Vio masa lalumu, jangan bodoh kau!" seru Zack, tahu apa yang Joan lakukan saat ini karena Violet.Joan tidak ingin menanggapi ucapan Zack, ia memilih menjatuhkan bokongnya diatas kursi kerjanya."Jadi Vio meninggalkan aku demi pria lain.""Itu kamu tahu Jo," "Tega sekali dia melakukan ini padaku, Zack. Aku masing mengingat apa yang dia katakan padaku, tidak akan pernah meninggalkanku sampai kapan pun.""Ya ampun Jo, kamu memang bodoh!" sahut Zack. "Kamu kira ucapan seseorang bisa si pegang? Tidak bodoh!"Jaon menatap pada Zack dengan tatapan kesal karena sahabatnya tersebut terus mengatakan kata bodoh. "Kamu yang bodoh!""Te
Herman yang ingin mengejar Ara langsung mengurungkan niatnya, melihat anak tirinya itu berhenti berlari.Lalu Herman menautkan keningnya, melihat seorang pria berdiri di depan Ara."Sayang, kamu..." ucap Ara yang berdiri diambang pintu melihat kehadiran Joan sang suami. "Tolong aku sayang," Ara segera memeluk tubuh Joan."Tenanglah, Zack bisa mengatasi pria itu. Apa pria itu ayah tirimu?" tanya Joan dengan kedua tangannya balik memeluk tubuh sang istri. Ara menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan sang suami. "Aku takut sayang,""Ada aku disini, kamu tidak perlu takut." ucap Joan. "Zack, hajar pria itu!"Zack segera mengikuti perintah Joan, dan langsung masuk ke dalam rumah untuk menghajar Herman.Ara melepas pelukannya, ketika melihat bibi Miu sudah duduk di kursi yang ada di teras rumahnya, dengan luka lebam di keningnya."Aku dan juga Zack menemukan bibi di pinggir jalan, sayang." jelas Joan."Jangan-jangan Herman yang melakukan ini.""Iya Nona, ayah tiri Nona itu memukul
"Hai, Jo." sapa Vio pada Jaon yang baru saja menemuinya, tak lupa mengukir senyum.Padahal dulu Vio langsung masuk ke dalam rumah tersebut saat ingin menemui Joan.Tapi sekarang Vio tahu diri, posisinya bukan siapa-siapa lagi bagi Joan. Dan lebih memilih menunggu pria tersebut di teras rumah."Tadi itu istri kamu ya? Ternyata cantik banget, pantas saja kamu langsung melupakan aku.""Ada apa kamu kesini?" tanya Joan dan tidak ingin menanggapi ucapan dari Vio."Mister Paul sangat menyebalkan. Malam-malam aku disuruh mengantar berkas yang harus kamu tanda tangani sekarang juga, katanya penting." Vio memberikan map pada Jo. "Tanda tangani gih, aku tunggu.""Mana pulpennya?""Aku tidak membawanya.""Tunggu disini." pinta Joan, dan langsung masuk ke dalam rumah meninggalkan Vio."Bukannya di suruh masuk malah di tinggal, menyebalkan sekali kau Jo!" kesal Vio, dan melenggang masuk ke dalam rumah yang tidak begitu asing baginya.Sampai-sampai Vio mengetahui dengan jelas letak tata rumah ter
Kacau, itu yang sedang terjadi di acara pestagender reveal yang Joan adakan di halaman rumahnya.Setelah dua kali tembakan terdengar, membuat semua pengunjung pesta kocar-kacir pergi meninggalkan tempat acara tersebut."Kek!" Joan berteriak dan menahan tubuh kakek Janned, yang berada tepat di hadapannya.Setelah kakek Janned terkena dua kali tembakan yang di lesatkan oleh orang tidak di kenal.Dan kakak Janned sengaja menghalangi peluru mengenai Joan, saat ia tahu ada yang ingin membidik Joan dengan senjata api."Jo..." ucap lirih kakek Janned, dengan darah yang mengalir dari tubuhnya. Lalu memejamkan matanya."Kakek, bangun!" teriak Joan panik melihat keadaan sang kakek."Jo, cepat bawa kakek ke rumah sakit. Aku akan mengejar orang itu," ujar Zack dan bergegas pergi untuk mengejar pria yang tadi menembak kakek Janned.Zazi menahan tubuh Ara yang ingin keluar dari dalam rumah. "Ra, tetap disini.""Tidak bisa, aku akan melihat apa yang terjadi di luar." "Ra, aku mohon.""Zi, perasaan
Seminggu berlalu seteleh kepergian kakek Janned untuk selamanya dari dunia.Kesedihan masih Ara dan Joan rasakan hingga saat ini.Apalagi semenjak kecil Joan hanya mengenal sang kakek, keluarga satu satunya yang ia miliki."Jika acara itu tidak pernah ada, kakek tidak akan pergi untuk selamanya, sayang." ucap Joan pada Ara sang istri saat keduanya sedang duduk berdua diatas tempat tidur. "Dan itu semua salahku, sayang."Joan juga merasa bersalah, karena pesta gender reveal seminggu lalu adalah keinginannya.Ara yang duduk dan menyandarkan kepalanya di bahu sang suami, mengenggam satu tangan Jaon."Semua telah terjadi, sayang. Dan waktu tidak bisa kita putar ulang, doakan semoga kakek tenang disana." Meskipun Ara juga masih bersedih setelah kepergian kakek Janned, tapi sebisa mungkin Ara coba ikhlas menerima kenyataan pahit tersebut.Mengingat lagi, kakek Janned sudah Ara anggap sebagai kakek sendiri, karena saking sayangnya kakek Janned padanya."Besok kita pergi ke makam kakek, saya
Zazi tidak menyusul Ara masuk ke dalam kamar, melainkan pergi menemui Joan yang masih berada di ruang tamu bersama Vio.Dan sepertinya Vio sudah akan meninggalkan rumah tersebut"Maaf ya, Jo. Aku mengganggu akhir pekanmu, apa lagi kamu masih berduka." ucap Vio yang baru saja beranjak dari duduknya.Karena tugas yang di berikan mister Paul sang suami untuk menemui Joan dan memberikan berkas penting kini telah Vio lalukan."Tidak apa-apa Vi.""Aku pulang dulu, dan ingat. Jangan berlarut-larut dalam kesedihan, semua makhluk hidup cepat atau lambat pasti akan meninggal dunia, tinggal menunggu waktunya saja."Joan hanya menganggukkan kepalanya mendengar apa yang Vio katakan."Nitip salam buat istri kamu, ya.""Nanti, aku sampaikan pada istriku."Vio hanya mengangkat satu jempolnya untuk menimpali ucapan Joan, dan mengalihkan tatapannya pada Zazi."Hai Zi," sapa Vio pada Zazi. Karena keduanya sudah lama mengenal tapi tidak pernah dekat.Zazi hanya menganggukkan kepalanya."Aku pulang dulu y
Baru juga Ara menutup sambungan ponselnya setelah menghubungi sang suami.Entah mengapa Ara merasa gelisah dan ingin kembali menghubungi suaminya itu."Ra, biarkan suamimu itu istirahat. Besok pagi dia ada rapat," ucap Ara pada dirinya sendiri.Agar menahan diri untuk tidak menghubungi sang suami.Namun, saat Ara coba untuk memejamkan matanya, kembali lagi ia merasa gelisah.Dengan segera Ara menghubungi ponsel suaminya itu.Senyum terukir dari kedua sudut bibir Ara, ketika sang suami mengangkat sambungan ponselnya. Dan gelisah yang ia rasakan kini menghilang sudah.'Ada apa sayang?' tanya Joan dari balik sambungan ponselnya."Aku tidak bisa tidur sayang, entah mengapa aku merasa gelisah." 'Lapar?' tanya Joan lagi."Emm... tidak sayang."'Terus?'"Tidak tahu, aku penginnya menghubungi kamu, sayang."'Besok aku ada rapat, sayang. Dan bisa telat kalau kamu terus menelepon.' kata Joan."Iya juga sih, maafkan aku sayang."'Tidak masalah, sayang. Lebih baik kamu istirahat, tapi sebelum it