Melihat Clarissa tidak segan membicarakan hal ini, Bryan melanjutkan, “Kamu masih muda. Apa kamu tahu hal-hal dewasa?” “Aku tahu,” jawab Clarissa. “Tentang cara agar melakukan itu tanpa hamil, gaya-gaya dalam berhubungan, apa yang disukai laki-laki dan apa yang disukai perempuan. Aku tahu banyak hal.” Bryan terkejut lalu memutar lehernya ke samping, melihat wajah cantik Clarissa di bawah sinar lampu temaram. “Kamu tahu sedetail itu?” tanya Bryan, tidak percaya. “Iya. Ada tanggal khusus supaya wanita bisa menghindari hamil. Laki-laki juga melakukannya dengan posisi tertentu untuk mencegah hamil...” Clarissa lanjut menjelaskan tanpa rasa canggung dengan lancar seolah dia pernah merasakannya sendiri. Bryan menatap wajah istrinya yang selalu berekspresi tenang. Dia tiba-tiba merasa marah. Dia tidak ingin Clarissa tahu hal-hal itu. Setidaknya, dia ingin Clarissa tahu karena dirinya. “Kamu sudah pernah melakukannya?” potong Bryan tidak mampu mendengarkan lebih lanjut. “Tentu saja ti
Bryan merasa sangat marah. Dia ingin berlari ke arah Calvin dan memukul wajah adiknya itu. Harusnya Bryan yang ada di situ, tertawa bersama Clarissa. Harusnya tawa Clarissa hanya diperlihatkan padanya. Rasa posesif muncul di hati Bryan tanpa dia sadari. Dia menyadari kalau dia ingin memiliki Clarissa. Clarissa bukan lagi wanita yang terpaksa dia nikahi. Gadis itu telah masuk ke hati Bryan terlalu dalam dan tanpa halangan. Sikap Clarissa yang santai, menyenangkan dan juga tanpa niat terselubung membuatnya menurunkan pertahanan yang selalu dia bangun di depan wanita manapun. Mungkin ada banyak wanita cerdas dan cantik tapi Clarissa berbeda. Dan Bryan terlambat menyadarinya. Dia menyadari keberadaan gadis itu setelah gadis itu masuk ke dalam hatinya. “Clarissa, duduk di sini.” Bryan berucap dengan nada berat sambil menunjuk posisi di sebelah kirinya. Di mana bangku itu adalah bangku yang paling pojok. “Kayaknya kamu harus duduk di sini supaya bisa nonton lebih jelas.” Calvin menunju
“Aku mau menelpon Kak Calvin, Ma. Mau menemui dia sekarang,” ucap Sekar bersemangat. Hanum ingin menyarankan anaknya untuk pulang ke rumah dulu, mengingat dia baru tiba. Tapi melihat ekspresi Sekar, Hanum menarik ucapannya. “Halo, Kak Calvin. Aku udah tiba. Aku rindu banget sama kakak. Aku mau ketemu sekarang,” ucap Sekar ceria. “Kamu udah sampai? Aku gak bisa, aku sibuk sekarang.” Tutt. Sambungan dimatikan tanpa menunggu balasan Sekar. Dia bisa mendengar nada tidak senang di dalam kalimat Calvin. Calvin terasa berbeda. Dia bukan lagi Calvin yang selalu menurut dan termakan ucapan Sekar. “Calvin bilang apa?” tanya Hanum hati-hati. Eskpresi Sekar menunjukkan dia tidak baik-baik saja. “Kak Calvin sibuk,” jawab Sekar, kecewa. “Calvin kan udah pegang posisi tinggi sekarang. Wajar dia sibuk. Kamu pulang dulu aja. Hari ini harusnya kamu manfaatin bersama keluarga.” Hanum menggenggam tangan anak perempuannya. Sekar mengangguk wajahnya masih tidak terima. ... Calvin mematikan telep
Calvin pulang setelah makan malam, walau tatapannya berkali-kali melirik ke rumah dua lantai itu. Bryan menjadi lebih tenang setelah Calvin pulang. Dia menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Saat keluar dari kamar mandi, Clarissa sudah terlelap di tempat tidur. Sepertinya dia sangat sibuk dan kelelahan akhir-akhir ini. Bryan menggeser tubuhnya dengan perlahan. Clarissa bergerak sedikit memperbaiki tubuhnya dalam keadaan tertidur. Bryan berbaring menghadap Clarissa yang kini tengah berbaring ke arahnya. Wajah Clarissa memang sangat cantik bahkan tanpa sentuhan make-up sedikit pun. Pikirannya kembali pada pertanyaan Calvin di kantor tadi. Bryan tidak menjawab karena dia merasa ragu. Setelah hidup bersama Clarissa beberapa bulan ini, dia ingin melihat Clarissa bahagia dengan laki-laki yang dia sukai tapi di dalam hatinya, dia juga tidak rela kalau laki-laki itu orang lain. Sayangnya keragu-raguan Bryan dianggap Calvin sebagai lampu hijau. Calvin dengan berani datang ke rum
Calvin tahu Clarissa adalah cucu Lesmana yang tiba-tiba muncul. Entah dia baru ditemukan atau selama ini disembunyikan. Dan karena itu juga Bryan yang menikahi Clarissa, bukan dirinya. Menurut Calvin, Clarissa lebih baik dari Sekar. Terbukti dari kinerjanya meningkatkan PT Clari. Calvin bahkan mendengar kakeknya memuji Clarissa dan senang Bryan bisa mendapat istri yang bisa diandalkan. Entah jam berapa Calvin baru bisa tertidur setelah berjam-jam memikirkan Clarissa. Esoknya, Calvin ke kantor untuk memberikan laporan yang dia bawa dari Pulau K. William dan Giovan yang menerima langsung laporan Calvin, saking krusial dan rahasianya informasi ini. “Kakek, ayah, ini laporan jumlah lahan Hutan Tanaman Industri yang dimiliki Grup Majaharja. Aktivitas di sana sudah sangat minim saat aku kembali ke sini.” Calvin menyerahkan dokumen pada dua pria tua di depannya. Saat mereka hanya bertiga, Calvin tetap memanggil kedua pemimpin Grup Adam itu dengan panggilan akrab. “Dengan lahan
Makanan yang dipersiapkan Clarissa atau lebih tepatnya diawasi proses memasaknya oleh Clarissa ditata di atas meja makan. Bryan dan Calvin juga sudah duduk di meja makan. Bryan duduk di kepala meja. Clarissa dan Calvin duduk di bagian kiri dan kanannya."Ini semua makanan kesukaan Kak Bryan, yah?" tanya Calvin. “Aku siapkan ini memang untuk Bryan,” jawab Clarissa, tidak memberi penjelasan lebih lanjut. Calvin menatap kecewa. Berbeda dengan Bryan yang tersenyum kecil. Selama makan, Calvin tidak banyak bicara. Bryan dan Clarissa pun lebih banyak diam. Calvin merasa keberadaannya yang membuat ruang makan jadi canggung. Setelah selesai makan malam, Calvin undur diri. Bryan atau Clarissa tidak menahannya. “Aku menyuruh mba untuk buatkan minuman ringan,” ucap Bryan saat Clarissa berbalik hendak ke lantai dua. “Aku mau minum di teras samping. Mau gabung?” tanya Bryan. Clarissa mengangguk. Mereka menuju ke teras yang berdampingan dengan ruang nonton. Rumah yang dibeli Bryan memiliki