Home / Romansa / Istri Dadakan Sang Presdir / 111. Rencana di Balik Skandal

Share

111. Rencana di Balik Skandal

Author: ISMI
last update Last Updated: 2025-09-13 23:39:09

***

“Teteh lebih baik tetap di sana, ya. Jangan ke sanggar dulu,” ucap Lila agak panik.

“Oke. Lila, kamu tenang, ya. Aku yakin nanti pasti banyak wartawan yang datang ke sanggar. Kamu tidak perlu menyampaikan pernyataan apapun,” suara Sekar tegas meski hatinya kacau. “Cukup diam dan bilang ini masalah pribadi. Sanggar tidak ada kaitannya, mengerti?”

“Baik, Teh,” balas Lila pelan. Suaranya terdengar panik, tapi ada nada lega setelah mendengar arahan Sekar.

“Bagus. Fokus saja pada anak-anak. Jangan biarkan mereka ikut panik,” ujar Sekar lagi sebelum menutup panggilan.

Begitu layar ponsel kembali gelap, Sekar menatapnya lama. Detak jantungnya berpacu cepat. Jemarinya meremas kain kebaya yang ia kenakan. Ia tahu betul siapa dalang di balik berita yang pagi ini meledak di media. Eva.

Nama itu terlintas begitu saja, membuat Sekar merasa dadanya sesak. Kenangan singkat tentang pertemuannya dengan wanita itu di Amsterdam kembali mengganggu. Tatapan Eva kala itu penuh sinis, seolah menegaskan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Istri Dadakan Sang Presdir   111. Rencana di Balik Skandal

    ***“Teteh lebih baik tetap di sana, ya. Jangan ke sanggar dulu,” ucap Lila agak panik.“Oke. Lila, kamu tenang, ya. Aku yakin nanti pasti banyak wartawan yang datang ke sanggar. Kamu tidak perlu menyampaikan pernyataan apapun,” suara Sekar tegas meski hatinya kacau. “Cukup diam dan bilang ini masalah pribadi. Sanggar tidak ada kaitannya, mengerti?”“Baik, Teh,” balas Lila pelan. Suaranya terdengar panik, tapi ada nada lega setelah mendengar arahan Sekar.“Bagus. Fokus saja pada anak-anak. Jangan biarkan mereka ikut panik,” ujar Sekar lagi sebelum menutup panggilan.Begitu layar ponsel kembali gelap, Sekar menatapnya lama. Detak jantungnya berpacu cepat. Jemarinya meremas kain kebaya yang ia kenakan. Ia tahu betul siapa dalang di balik berita yang pagi ini meledak di media. Eva.Nama itu terlintas begitu saja, membuat Sekar merasa dadanya sesak. Kenangan singkat tentang pertemuannya dengan wanita itu di Amsterdam kembali mengganggu. Tatapan Eva kala itu penuh sinis, seolah menegaskan

  • Istri Dadakan Sang Presdir   110. Lebih Cepat, Lebih Baik

    ***“Berikan Papi seorang cucu.”Hening…Sekar membeku di tempat duduknya, matanya melebar.Ethan justru tersenyum tipis. Ia meraih tangan Sekar, menggenggam erat lalu menariknya ke dalam dekapannya. “Tentu, Papi. Kita akan memberikan cucu… dan membawa kebahagiaan baru di keluarga Van de Meer.”Sekar menoleh cepat, wajahnya semerah buah delima. Cucu? Bahkan ia dan Ethan belum pernah benar-benar melewati malam pertama mereka.Henry mengangguk penuh kepuasan. “Bagus. Itu yang Papi harapkan. Anak adalah anugerah, dan cucu… adalah warisan cinta.” Ia menatap keluar jendela, menghirup udara malam yang segar. “Kalian kembali ke kamar. Papi masih ingin di sini. Nikmati saja malam ini, udara sangat pas.”Ethan bangkit, masih menggenggam tangan Sekar yang kaku. “Baik, Pi. Selamat malam.”Sekar tak sanggup berkata apa-apa. Ia hanya membungkuk sedikit, lalu mengikuti Ethan keluar dari ruang baca.***Kamar mereka terasa sunyi, hanya lampu tidur yang menyala remang. Ethan menutup pintu perlahan, l

  • Istri Dadakan Sang Presdir   109. Di Matanya Ada Kehidupan

    ***“Mobil merah itu?” Ethan menyipitkan mata, langkahnya terhenti di halaman villa.Seorang maid mendekat, menunduk sopan. “Tuan Ethan, di dalam ada Tuan Besar.”Ethan menajamkan pandangan. “Papi?”“Iya, Tuan Henry sudah tiba.”Ethan hanya mengangguk. Ia menggenggam tangan Sekar, lalu masuk ke dalam villa.***“Papi…” suara Sekar bergetar, senyumnya merekah. Ia berlari kecil menghampiri Henry yang sudah berdiri, lalu memeluknya erat.Henry tertawa kecil, menepuk lembut punggung menantunya. “Nak, senang sekali Papi bisa bertemu kalian malam ini.”Ethan berdiri beberapa langkah di belakang, wajahnya kaku.“Kalian menikmati makan malamnya?” tanya Henry ramah.Ethan menggeleng, bibirnya menekuk sinis. “Tidak juga.”Sekar cepat menyela, “Apakah Papi sudah makan malam? Mau aku buatkan sesuatu?”Henry tersenyum. “Tidak perlu, Nak. Papi sudah makan dengan klien Papi. Awalnya mau langsung ke sini, tapi Papi dengar kalian sedang makan malam. Jadi Papi putuskan makan dengan klien dulu.”Sekar m

  • Istri Dadakan Sang Presdir   108. Kerikil yang Tersisa

    ***Telepon itu berakhir dengan nada datar. Sekar menutup ponselnya perlahan, lalu menoleh pada Ethan yang duduk di sisinya. Tatapan matanya menyimpan tanya yang tak bisa ia sembunyikan.“Panggilan berakhir dan… Mami ternyata meminta makan malam bersama,” ucap Sekar pelan. “Bagaimana menurutmu?”Ethan menghela napas panjang. “Ya sudah,” katanya akhirnya, nada suaranya penuh kehati-hatian, “kita ikuti saja alurnya… pura-pura bodoh, seolah kita tidak tahu rencana busuknya.”Ia mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangan, lalu menegakkan tubuh. Namun, mata gelapnya tak bisa menyembunyikan keresahan.Sekar menelan ludah, tangannya yang masih menggenggam ponsel sedikit bergetar. “Rencana busuk…?” ia mengulang, separuh berbisik.Ethan menoleh lagi padanya, kali ini tatapannya tajam, menusuk. “Sekar, apakah tidak masalah bagimu ikut dalam masalah ini? Kamu tahu, Mami tidak akan berhenti. Dia akan terus mendekatimu. Dia hanya ingin menggunakanmu sebagai alat untuk tujuannya.” “Bukankah kit

  • Istri Dadakan Sang Presdir   107. Rindu Selalu Menemukan Jalan

    ***Pagi itu udara Bandung begitu segar, langit biru muda dihiasi gumpalan awan tipis. Sekar tampak berbaur dengan masyarakat di pinggiran kota. Ia mengenakan kebaya sederhana berwarna biru muda yang dipadukan dengan kain batik sogan, senyumnya merekah setiap kali kamera para pengikut media sosialnya mengarah padanya.Hari ini, Sekar diundang menjadi pembicara sekaligus influencer yang menggerakkan masyarakat lokal untuk mencintai budaya sendiri. Ia berdiri di depan panggung kecil, dengan suara lembut namun penuh semangat.“Teman-teman, budaya kita itu indah sekali. Kalau bukan kita yang merawat dan mengenalkannya, siapa lagi? Jangan malu menari tarian daerah, jangan ragu memakai batik, karena dari sinilah identitas kita bersinar.”Sorak sorai pun terdengar. Anak-anak kecil berlari ke arahnya, meminta foto, beberapa remaja tersenyum malu-malu, sementara para orang tua memberi anggukan penuh bangga. Sekar membaur dengan semuanya tanpa jarak. Ia menari bersama anak-anak, bahkan sempat t

  • Istri Dadakan Sang Presdir   106. Menjadi Rumah Untukmu

    ***“Percaya padaku, bukan?” tanya Ethan.Suara itu terdengar tenang, namun di balik ketenangan itu, ada nada harap yang menusuk relung hati Sekar.Sekar terdiam. Jemarinya yang saling meremas di pangkuan terasa dingin. Kata-kata Ethan menggantung di udara, seolah menunggu jawaban yang ia sendiri tidak yakin bisa diberikannya.Ia ingin percaya. Sungguh ingin. Tapi seluruh hidupnya selama ini bagai dinding abu-abu. Dunia yang tak pernah benar-benar memberikan tempat untuknya bersandar.Sekar menarik napas dalam, pandangannya jatuh pada halaman sanggar ketuk tilu yang temaram diterangi cahaya lampu gantung dan rembulan pucat di atas sana. Sanggar itu… rumah bagi banyak orang, tapi baginya, itu hanya panggung. Ia menari, ia mengajar, ia tersenyum di hadapan orang-orang. Tapi di dalam dirinya, ia tetap saja kesepian.“Sekar…” Ethan memanggil pelan, matanya tajam menatap wajahnya.Sekar menelan ludah, matanya berkabut. “Aku…” suaranya tercekat, “hidupku ini, Ethan… aku merasa seperti dilah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status