/ Romansa / Istri Dadakan Sang Presdir / 14, Punyamu Datar, Aku Tidak Tertarik!

공유

14, Punyamu Datar, Aku Tidak Tertarik!

작가: ISMI
last update 최신 업데이트: 2025-07-13 19:17:06

***

Ethan menaikkan satu alis, tatapannya penuh tantangan saat ia melangkah maju setapak. "Ah, jadi nanti aku harus minta izin dulu kalau ingin menciummu?"

Sekar membelalak, refleks tangannya mencubit sisi perut kiri Ethan dengan cepat dan kuat. “Akh!” Ethan meringis, tangannya langsung menempel pada sisi perutnya yang kena cubit.

Sekar menyeringai menang, lalu bangkit dari duduknya. “Aku mau tidur. Lelah.”

Ia baru saja melangkah beberapa langkah, lalu berhenti dan berbalik, memasang ekspresi datar. “Dimana kamarku?”

Ethan yang masih berdiri sambil mengusap perutnya, tersenyum penuh arti. “Mau kita tidur bersama?”

Sekar spontan mundur satu langkah, refleks menutup bagian dadanya dengan kedua tangan. “Aku ini karateka sabuk hitam. Kalau kamu macam-macam, adik kecilmu itu bisa-bisa nggak berfungsi selamanya!” ancamnya dengan nada rendah tapi tajam.

Ethan terdiam sejenak. Lalu perlahan matanya menyapu ke arah dada Sekar yang tertutup tangan. Tatapan hijau zamrud itu tenang, lalu ia bicar
이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
잠긴 챕터

최신 챕터

  • Istri Dadakan Sang Presdir   21. Genggaman Tangan yang Hangat

    ***“Sudah siap pergi bersama, istriku?” bisik Ethan dengan nada pelan dan senyum jahil yang terukir di bibirnya.Sekar menahan desiran aneh di dadanya. Matanya menatap Ethan tajam, ingin sekali ia mendorong tubuh pria itu agar menjauh darinya. Namun, yang keluar dari bibirnya hanya helaan napas pendek.“Aku mau ganti baju dulu, kamu tunggu,” katanya datar, berbalik menuju ruang dalam sanggar.Ethan tidak menjawab, namun ia melangkah pelan masuk ke dalam sanggar. Matanya menyusuri setiap sudut bangunan itu. Ruang utama sanggar tampak begitu bersih, rapi, dan penuh sentuhan estetika. Ada tanaman-tanaman hias gantung, jendela besar dengan tirai putih tipis yang membiarkan cahaya sore masuk, serta pajangan topeng dan alat musik tradisional di rak kayu sederhana.Meski tidak ada satu pun barang mewah di sana, atmosfernya terasa eksklusif, seperti ruang seni di galeri kecil di luar negeri.“Dia benar-benar menata tempat ini dengan cinta,” gumam Ethan pelan, lalu ia duduk di salah satu bang

  • Istri Dadakan Sang Presdir   20. Sudah Siap Pergi Bersama, Istriku?

    ***Cahaya matahari siang menyusup lembut melalui jendela-jendela besar sanggar yang dirancang penuh estetika. Sekar tampak begitu hidup di tengah ruangan. Kain panjang melilit pinggangnya, rambutnya disanggul rapi, dan langkah-langkah tarinya begitu ringan, seakan tubuhnya dilahirkan hanya untuk menari.Clarissa duduk di bangku panjang dekat dinding, menyaksikan semua itu dengan mata yang membulat penuh takjub. Sekar sedang mengajar anak-anak menari jaipong, dan bukan hanya gerakan tarinya yang menarik perhatian, tapi cara Sekar berbicara dan memotivasi anak-anak itu. Penuh semangat, bersahaja, tapi tetap memiliki aura yang menggetarkan.“Kita ulangi lagi, ya, adik-adik!” seru Sekar, suaranya lantang dan ceria.Anak-anak tertawa dan mengikuti gerakan dengan antusias. Di antara canda dan tawa mereka, Clarissa bisa melihat betapa kuatnya pesona Sekar. Wanita itu tak hanya menari, ia menghidupkan tempat ini. Sanggar sederhana ini terasa seperti ruang budaya yang megah, karena cara Sekar

  • Istri Dadakan Sang Presdir   19. Debar yang Tak Diundang

    ***Aroma wangi daun jeruk dan lengkuas memenuhi dapur mewah pagi itu. Sekar, dengan celemek sederhana, tengah mengiris daun bawang sambil sesekali mencicipi sayur asem yang ia masak sendiri. Tangannya lincah, ekspresinya tenang, dan dari raut wajahnya terpancar kenyamanan—seolah dapur itu memang dunianya sejak dulu.Di sisi lain dapur, tiga maid berdiri gugup, saling pandang, tak berani mendekat.“Nona Sekar, biar kami yang kerjakan. Anda tidak seharusnya ke dapur,” ucap Lilis, maid yang biasa mengurus bagian dapur.Sekar tersenyum. “Panggil saja aku Sekar atau Teteh. Dan tidak apa-apa, aku sudah terbiasa masak sejak kecil. Dulu di panti, kami bergiliran memasak. Jadi ini bukan beban.”“Tapi… Tuan Ethan mungkin tidak akan suka melihat Anda bekerja seperti ini,” sahut maid lain pelan.Sekar menoleh, matanya lembut namun mantap. “Aku tak pernah hidup bergantung pada orang lain, dan hanya karena aku tinggal di rumah besar, bukan berarti aku berubah. Memasak membuatku merasa damai.”Lili

  • Istri Dadakan Sang Presdir   18. Mau Mandi Bersama?

    ***Sinar mentari belum benar-benar menampakkan dirinya saat Sekar membuka matanya. Kelopak matanya perlahan mengerjap, dan detik berikutnya, jantungnya seperti berhenti berdetak saat menyadari seseorang terbaring tepat di sampingnya."Ethan?!"Suara itu nyaris keluar dari mulutnya jika saja tangan dingin Ethan tak lebih dulu membungkamnya. Pria itu menatap Sekar tajam, tapi dengan nada suara setengah berbisik, ia menjelaskan, “Ada mamiku dan Clarissa. Mereka datang tiba-tiba. Kita harus terlihat tidur di kamar yang sama.”Sekar menatap Ethan dengan mata melebar. Ia melirik ke arah jam dinding yang menggantung di kamar. 05.00 pagi.“Kamu pikir aku bodoh?” bisik Sekar, menyingkirkan tangan Ethan dari mulutnya. “Mana ada orang datang jam segini?”Belum sempat Ethan menjawab, terdengar ketukan pelan di pintu kamar.Tok. Tok.Ethan tersenyum miring dan menurunkan tubuhnya dari tempat tidur. “Mami tidak pernah mengenal waktu jika sudah menyangkut urusan ‘mengecek’ anaknya,” gumamnya sambil

  • Istri Dadakan Sang Presdir   17. Menyentuh dan Melihatnya

    ***Malam telah larut ketika Sekar terbangun dari tidurnya, bukan karena mimpi buruk, tapi karena suara ketukan pelan di pintu kamarnya yang besar. Ia bangkit setengah sadar, membuka pintu dengan mata setengah tertutup.Namun begitu pintu terbuka, matanya langsung terbuka lebar. Di depan pintu berdiri Ethan, dengan wajah datarnya, mengenakan kaus putih dan celana panjang santai berwarna gelap. Namun yang paling membuat Sekar jengkel adalah kalimat pertama yang meluncur dari bibir pria itu.“Kita berangkat ke Amsterdam lusa.”“Apa?” Sekar nyaris berteriak. Ia mengucek matanya, memastikan ia tidak sedang berhalusinasi. “Aku ke Amsterdam, lusa? Kau sudah tidak waras, kan?”Ethan mengangkat sebelah alisnya dengan tenang. “Jika aku gila, aku tidak akan bicara dengan normal denganmu, Nona Penari.”Sekar melipat tangan di dadanya. Wajahnya jelas kesal.“Tidak! Ini aku keberatan! Kamu sela

  • Istri Dadakan Sang Presdir   16. Pria Pertama

    ***Langit pagi itu begitu jernih, seolah memberi restu pada setiap langkah Sekar. Di sebuah lapangan terbuka dekat bantaran sungai, anak-anak kampung berkumpul dalam lingkaran besar, wajah mereka bersinar penuh semangat.Sekar berdiri di tengah, mengenakan kain batik khas Sunda dengan kebaya sederhana berwarna gading yang melekat anggun di tubuh rampingnya. Rambutnya disanggul setengah, menyisakan beberapa helai yang dibiarkan lembut membingkai wajahnya. Senyum manisnya menjadi magnet tersendiri bagi semua anak-anak yang melihatnya."Ayo, ulangi lagi gerakan tangan ini... Lembut, seperti air yang mengalir... Ya, bagus sekali, Dita!" ujar Sekar semangat, menirukan gerakan tari Jaipong yang anggun.Anak-anak menirunya dengan riang. Tawa mereka mengalun bercampur dengan musik gamelan dari speaker kecil yang dibawa oleh salah satu warga.Beberapa warga dewasa ikut menonton dari pinggir, bertepuk tangan sesekali, bangga melihat anak-anak mereka bisa menari dengan bahagia. Namun, hari itu

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status