Home / Romansa / Istri Dadakan Sang Presdir / 54. Musim Semi Pertama dan Terakhir

Share

54. Musim Semi Pertama dan Terakhir

Author: ISMI
last update Huling Na-update: 2025-08-04 21:48:57

***

Sekar duduk diam di dalam mobil yang diparkir di depan toko bunga kecil di sudut jalan Zurich, Swiss. Di luar, bunga-bunga tulip dan sakura bermekaran, memeluk angin musim semi yang lembut. Namun, hatinya seolah beku di tengah keindahan itu.

Ia menghela napas panjang, jemarinya tak sengaja menyentuh sesuatu di kursi—sebuah dompet kulit cokelat milik Ethan. Dompet itu terbuka, dan matanya terpaku pada selembar foto yang menyembul dari saku dalamnya. Ia menyentuhnya perlahan, jantungnya berdetak lebih cepat saat melihat potret seorang remaja laki-laki yang sangat mirip dengan Ethan, sedang tersenyum canggung di sebelah seorang gadis bermata biru yang menawan.

Nama di balik foto itu tertulis dengan pulpen: Eva. Amsterdam, 2012.

Sekar menelan ludahnya. Eva. Ia menggigit bibir bawahnya, membalik foto itu dan menatap lebih lama. Gadis itu... benar. Ia pernah melihat wajahnya. Wanita bermata biru itu yang menatapnya penuh kemarahan saat pesta di Amsterdam. Sekar sempat merasa wanita itu
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Istri Dadakan Sang Presdir   70. Bayangan dalam Ingatan

    ***"Ethan…? Ethan, kan?"Suara berat itu terdengar begitu akrab, meski sudah lama tak singgah di telinga Ethan. Ia menoleh, matanya sedikit melebar. Seorang pria tua berdiri di depannya, sorot matanya penuh keyakinan sekaligus kerinduan.Ethan bangkit perlahan dari kursinya. Tubuhnya tegap, namun jelas ada getaran kecil dalam geraknya. Ia melangkah mendekat, menatap pria itu dengan seksama. Bibirnya akhirnya mengulas sebuah senyum yang dalam."Pak Surya…? Benar, kan?" ucap Ethan, suaranya bergetar.Pria tua itu tersenyum lebar, matanya basah karena haru. Ia mengangguk kuat. "Ya Allah, Nak Ethan! Sudah puluhan tahun tidak bertemu. Dan kamu… ya Allah, semakin tampan saja. Bule satu ini!" katanya tulus sambil merentangkan tangan.Tanpa ragu, Ethan meraih tubuh renta itu dalam pelukan hangat. Sekar hanya bisa menatap dari kursinya, kedua alisnya bertaut bingung. Hatinya berdetak tak menentu melihat interaksi itu—akrab, penuh nostalgia, seolah menyimpan rahasia besar yang tak ia ketahui.

  • Istri Dadakan Sang Presdir   69. Mengembalikan Ingatan Tentangku

    ***“Ethan… apa yang kau lakukan di sini?” suara Sekar meninggi sedikit, nadanya setengah panik. Ia memeluk kedua lengannya, seakan itu bisa melindungi dirinya dari tatapan pria yang kini berdiri tak jauh darinya.Ethan tidak segera menjawab. Bibirnya malah melengkung licik, tatapannya dalam dan tajam, membuat Sekar semakin gelisah.“Kau sedang berpikir aku mau berbuat apa?” tanyanya dengan nada penuh teka-teki, seakan sengaja mempermainkan ketakutan Sekar.Sekar terdiam. Ia tidak mampu mengeluarkan kata-kata. Hanya ada suara percikan air dari gerakan tubuhnya yang sedikit mundur, menjauh dari bibir kolam. Jantungnya berdegup cepat. Ia tahu betul Ethan mampu melakukan apa saja sesukanya.Melihat diamnya Sekar, Ethan menghela napas seolah bosan. “Aku tunggu dua puluh menit untuk bersiap. Pagi ini ikut aku. Jangan banyak tanya, dan gunakan pakaian yang sudah aku siapkan di atas.” Nada suaranya datar, tapi setiap katanya terdengar seperti perintah yang tak bisa dibantah.Ethan mencondong

  • Istri Dadakan Sang Presdir   68. Kucing Liar yang Menggoda

    ***“Ethan…?!” suaranya meninggi, nyaris melengking. Tubuh Sekar langsung menegang, selimut yang menutupi bahunya terlepas begitu saja.Ethan, dengan rambut blonde yang sedikit berantakan dan mata hijau zamrud yang tajam, justru tersenyum lebar. Senyum itu bukan sembarang senyum—senyum penuh kemenangan, seolah-olah ia sudah menantikan momen ini.Dengan gerakan cepat, Ethan menarik Sekar ke dalam dekapannya. Tubuh wanita itu terhimpit dada bidang pria itu, jantungnya berdentum tak karuan.“Bukankah kau yang memintaku datang? Kau merindukanku, bukan?” bisik Ethan, suaranya dalam dan berbahaya.Sekar mengerjap beberapa kali, otaknya berusaha memahami situasi. Ia meronta pelan, namun cengkeraman Ethan begitu kuat.“Aku… aku hanya chat saja, bukan berarti merindukanmu!” jawabnya terbata, suaranya serak karena gugup.Ethan mendengus pelan. Bukannya melepaskan, justru ia semakin mempererat pelukannya. Napas hangatnya berembus di wajah Sekar, begitu dekat hingga wanita itu tak berani bergerak

  • Istri Dadakan Sang Presdir   67. Wanita Itu Menggodaku?

    ***Di ruang kerjanya, Ethan sedang memeriksa beberapa berkas penting ketika notifikasi ponselnya berbunyi. Ia meraih perangkat itu tanpa banyak pikir.Satu pesan baru.Dari Sekar.“Kamu mau ke Bandung? Apakah aku tidur di rumah kita atau di sanggar?”Kening Ethan berkerut. Pesan itu dibacanya dua kali, lalu tiga kali. Matanya menyipit.“Apa ini…” gumamnya pelan, sudut bibirnya menegang. “Wanita itu sedang konslet?”Ia mencondongkan tubuh di kursi, mengetukkan jarinya ke meja. Sekar jarang sekali mengirim pesan langsung, apalagi bertanya hal yang… terdengar seperti menguji batas.Belum sempat ia membalas, suara Bima terdengar dari pintu. “Tuan, Nona Clarissa sudah datang.”Ethan menoleh, ekspresinya langsung berubah datar. “Suruh masuk.”Bima mengangguk dan menyingkir, memberi jalan bagi seorang wanita bergaun pastel yang melangkah masuk dengan raut wajah gelisah. Clarissa duduk di kursi hadap Ethan tanpa diminta, kedua tangannya saling meremas di pangkuan.“Ada apa?” tanya Ethan sing

  • Istri Dadakan Sang Presdir   66. Dia Tidak Suka Perempuan?

    *** “Ik ben haar man,” suaranya menggelegar.Ketiganya sontak menoleh. Dari arah gerbang, seorang pria tinggi tegap melangkah masuk. Kemeja putihnya sedikit terbuka di bagian dada, celana hitamnya jatuh rapi, dan mantel tipis di bahunya tertiup angin. Rambutnya yang pirang, tersisir rapi, dan mata hijaunya memancarkan tatapan yang nyaris seperti milik pemburu pada mangsanya.Sekar tertegun. “E-Ethan…” bisiknya, nyaris tak terdengar.Salah satu dari tiga orang itu bergumam pelan, suaranya terdengar seperti desis yang tertahan, “Putra dari Van de Meer…”Ethan tersenyum tajam, langkahnya mantap, dan tanpa ragu ia mendekat. Begitu jarak tinggal beberapa langkah, lengannya terulur, menarik Sekar ke dalam pelukan yang tegas namun protektif.“Ya,” katanya lantang, menatap ketiga orang itu bergantian. “Sekar adalah istriku. Dan aku, Ethan Van de Meer, adalah suaminya.”Keheningan menguasai halaman sanggar. Burung-burung di pohon mangga bahkan seolah ikut berhenti berkicau.Ketiganya saling b

  • Istri Dadakan Sang Presdir   65. Aku Suaminya

    ***Sekar spontan menghentikan langkahnya. Ia memandang Lila dengan alis berkerut. “Apa? Dia bertanya seperti itu padamu?”Lila, yang masih memegang lengannya, mengangguk mantap. “Iya, Teh. Aku bisa merasakan lelaki yang jatuh cinta. Jangan-jangan Teteh sudah diincar lebih awal.”Sekar menelan ludah. “Tidak, Lila,” bantahnya cepat, seolah ingin menepis kemungkinan itu sebelum mengakar. “Kami… sangat berbeda. Mana mungkin juga di masa lalu kami saling mengenal.” Ia memalingkan wajah, mengatur napasnya. “Ayo, kita mulai latihan. Anak-anak pasti senang kalau aku datang.”Lila tersenyum penuh arti, tapi tidak menanggapi lagi. Ia hanya berjalan mengikuti Sekar menuju ruang latihan.Begitu pintu geser dibuka, riuh tawa kecil dan suara musik dari speaker langsung memenuhi udara. Namun detik berikutnya, semua kepala berbalik.“Teteh Sekar!” seru salah satu anak perempuan, diikuti teriakan serentak lainnya.Tanpa aba-aba, mereka berhamburan ke arah Sekar. Beberapa memeluk pinggangnya, yang lai

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status