Share

BAB 3

Penulis: Ira Riswana
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-04 17:59:40

“Bekerjalah untukku.”

Mendengar ucapan pria tersebut, dahi Jennar berkerut. "Bekerja untukmu?" Dia merasa sedikit bingung.

"Ya," jawab pria itu singkat. “Perusahaanku memerlukanmu.”

Jennar menghela nafas, perasaannya diserang rasa aneh yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Hal itu membingungkan sekaligus menyinggungnya. 

Pria di hadapan sedang memintanya untuk bekerja sama dengan perusahaannya?! Dia lebih mementingkan itu dibandingkan makan siang bersamanya?!

"Oke. Sebaiknya kita bicarakan ini saat makan siang besok," ucap Jennar, sengaja memaksa pria itu agar menerima ajakan makan siangnya. Kalau ditolak, sebagai selebgram terkenal, malu berat sih!

"Tapi—"

"Besok," tegas Jennar sembari menyisir rambutnya ke belakang. "Hari ini, aku lelah. Tidakkah kamu ingat apa yang baru saja terjadi?" tanyanya. "Aku baru saja dikhianati, apa kamu begitu tega membahas kerja sama dengan seseorang yang sedang patah hati?"

Sejenak sepasang mata zamrud itu menatap Jennar lekat. Akhirnya, pria itu pun menghela napas sembari mengangguk menyetujui. "Baiklah."

"OK, deal! Mana hapemu?" Jennar menyodorkan telapak tangan kosongnya.

Melihat tangan Jennar, pria itu refleks meletakkan ponselnya ke tangan gadis itu. Saat sadar, dia pun bertanya, "Kamu sedang apa lagi?"

Jennar mengabaikan ucapan pria tersebut, sibuk dengan telepon genggam milik mereka berdua. Setelah selesai, dia tersenyum dan mengembalikan ponsel pria tersebut. 

"Aku sudah simpan kontak kamu dan kontakku juga ada di hapemu, besok kita kontak-kontakkan, ya!" Tanpa menunggu balasan, Jennar melambaikan tangannya sembari berjalan meninggalkan kelab itu. "Sampai jumpa besok, Kakak ganteng!"

Di tempatnya, pria bernetra zamrud itu termenung. Dia memandangi sosok Jennar yang sesekali menyapa kepada para fansnya. Kemudian, maniknya bergeser pada kontak Jennar yang telah tersimpan di ponselnya. 

Bibir pria itu terpisah membacakan nama kontak yang Jennar gunakan untuk dirinya di ponsel tersebut, "Jennar ... Sayang?" Tangan pria itu menutup setengah wajahnya, menghalangi orang lain dari melihat sudut bibir pria tersebut yang terangkat. “Gadis yang percaya diri.” 

**

TRING! TRING! TRING!

Suara dering ponsel yang memekakkan telinga membangunkan Jennar dari tidurnya. Gadis itu pun meraih benda pipih tersebut tanpa membuka mata. 

“Halo ….”

"Jen, bangun! Buka Instawarm lo sekarang!" Ucapan sang asisten, yang lebih terdengar sebagai sebuah perintah, membuat Jennar mengerutkan kening.

“Apaan sih–”

“Buka! Sekarang!”

Karena begitu ditekan oleh asistennya, Jennar langsung mematikan panggilan untuk kemudian membuka aplikasi Instawarm. Mendadak, matanya membelalak.

"Oh my God!" pekik Jennar terkejut. 

Jennar setengah melompat jadi terduduk di atas tempat tidur. Dia tatap kembali layar telepon genggamnya untuk memastikan kalau penglihatannya tidak salah.

"Jennaira Lovata Araav sukses menjadi satu-satunya selebgram dengan jumlah followers terbanyak!" teriak Jennar dengan riang.

Hanya dalam satu malam, akun Instawarm Jennar sukses diikuti oleh lebih dari satu juta pengikut!

Setelah puas melakukan pengumuman konyol itu, Jennar kembali menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur. Dia tengkurap sambil mengotak-atik telepon genggamnya, hingga beberapa detik kemudian saat tengah asik membaca komentar para followernya, mulut Jennar dibuat menganga saat tidak sengaja mengetahui sebuah fakta tentang identitas pria yang menolongnya semalam.

Jennar kembali terduduk di ranjangnya dengan mata terbelalak. Dia menggulir layar ponselnya dengan cepat, membaca artikel yang tertulis. "Deankara Ganendra!?" 

Di dalam artikel itu, semua informasi mengenai Deankara Ganendra, CEO dari Ganendra Cosmetics, sebuah perusahaan kosmetik terbesar di Indonusa. Tidak hanya itu, pria yang notabenenya adalah penyelamat Jennar itu juga ahli waris dari Keluarga Ganendra yang ternama!

“Ya Tuhan!” Gadis itu mencengkeram rambutnya, mengingat semua kejadian memalukan yang dia lakukan terhadap pria tersebut. "Gue manggil CEO Ganendra Cosmetic Kakak Ganteng?!" Jennar langsung menutup wajahnya dengan frustrasi. “Astaga, gue juga nyimpen kontak di hapenya pake nama ‘Jennar Sayang’ lagi!”

Semakin Jennar mengingat apa yang telah dia lakukan di malam yang lalu dengan Dean, semakin Jennar ingin menggali tanah dan mengubur dirinya. 

“Dari sekian banyak cowok yang ada di kelab, kenapa yang nolongin gue harus dia?!” racau Jennar sembari kembali melirik artikel di depan mata.

[Deankara Ganendra, CEO Ganendra Cosmetic dan juga putra sulung dari pebisnis sukses Catra Dewantara Ganendra, terlihat dekat dengan selebgram dan model ternama Jennar!]

“Hah?!” Mata Jennar membesar saat melihat satu kenyataan yang kembali mengejutkannya. “C-Catra Dewantara?! I-itu ‘kan temennya papih?!” Gadis itu langsung mengacak-acak rambutnya kembali. “Jennar, gila banget looo!”

Ting!

Bunyi notifikasi yang menandakan ada satu chat masuk dari ponselnya itu pun sukses menghentikan racauan Jennar. 

Gadis itu meraih benda pipih tersebut, lalu menyalakannya dengan perasaan khawatir. Nama 'Kakak Ganteng’ muncul pada layar ponselnya, kedua mata Jennar langsung membelalak lebar dengan napas yang tercekat di ujung tenggorokan. 

Dengan telunjuknya yang sedikit bergetar dan kedua matanya yang menyipit, Jennar lantas membuka chat yang masuk dari 'Kakak Ganteng’ yang tidak lain adalah CEO Ganendra Cosmetic itu.

[Kita bertemu di Restoran Blue Diamond, jam tujuh malam ini]

Melihat pesan ketus dan dingin itu, Jennar sontak mendengus kasar. Kenapa pria itu seolah-olah sedang memerintahnya?! Bukan hanya itu, Dean mengubah jadwal temu dengan seenak jidat, membuat Jennar merasa jengah.

“Dih …." Jennar merengut. "Gue ngajak lo makan siang, bukan dinner!” keluh gadis itu sambil menunjuk-nunjuk layar telepon genggam yang menampilkan chat dari Dean.

Jennar lantas melempar asal ponselnya ke sisi ranjang, lalu merebahkan tubuhnya dan mengabaikan sepenuhnya chat tersebut.

“Cuma karena dia CEO, dia pikir gue bakal patuh buat ikutin keinginannya?! Enak saja!” Jennar menggerutu sembari kembali mendengus jengkel. “Lo berharap gue dateng?” Senyuman percaya diri terlukis di bibirnya. “Nope! Gue nggak bakal dateng!”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Jasmani Abbas
Merasa suprise Thorr.... sy sdh baca " mendadak dinikahi CEO", terus yg ini lanjutannya kisaj tentan Denkara Kamazuya yg sdh dewasa, thanks...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Istri Dadakan Tuan CEO   BAB 15

    "Baby!" Tiba-tiba Athalla menghampiri Jennar sambil memeluk serta mencium pipinya."What the…" umpat Jennar reflek, sambil mengusap pipi menggunakan telapak tangannya."Lo…" ucapnya tertahan."Iya, ini aku. Apa kabar cantik?" balas Athalla sambil menarik kursi, kemudian duduk di samping Jennar.Lihatlah bagaimana sikap Athalla saat ini. Menjijikkan! Tidak tahu malu! Apa dia lupa kejadian minggu lalu?Kedatangan Athalla yang tiba-tiba, di luar prediksi Jennar. Bahkan saat ini Jennar bingung harus bereaksi seperti apa.Jennar menggeser kursinya sedikit menjauh. "Ngapain lo di sini??" tanya Jennar sinis."Jangan galak-galak. Kamu nggak kangen sama aku??" tanya Athalla sambil memasukan kerupuk yang dia ambil dari atas piring Jennar ke dalam mulutnya.Jennar berdecak kesal. "Lo sengaja nguntit gue, ya?" Mata Jennar menyipit penuh selidik.Tawa Athalla pecah. "Lucu banget sih kamu, baby." Athalla menjepit hidung mancung Jennar."Berhenti panggil gue dengan sebutan itu! Gue bukan pacar lo la

  • Istri Dadakan Tuan CEO   BAB 14

    "Jen, Bu Irena minta kamu untuk makan siang bersamanya," Mery menyampaikan pesan manager yang meminta Jennar untuk makan siang di kantin Ganendra Beauty.Jennar yang tengah sibuk memainkan telepon genggamnya itu pun, lantas menghentikan aktivitasnya. "Sama Bu Imelda juga?" tanya Jennar sedikit mengernyitkan dahinya."Nggak tau. Bu Irena nggak bilang," jawab Mery jujur. "Ayo jangan sampai Bu Irena ngomel gara-gara kamu telat,"Jennar berdecak kesal, sambil memasukkan telepon genggamnya ke dalam tas. "Kamu lupa siapa saya??" sombong Jennar sambil menunjuk dirinya sendiri."Global Ambassador Ganendra Beauty!" jawab Mery penuh penghormatan. Bukan hormat dalam artian menghamba, namun lebih ke arah bercanda."Ayo!" ajak Jennar sambil merangkul Mery dan menyeretnya keluar dari ruangan rapat.Kantin Ganendra Beauty, berada di lantai tujuh. Daripada terlihat seperti kantin, tempat itu lebih terlihat seperti restoran hotel bintang lima, hanya saja beda di cara penyajiannya. Kantin Ganendra Beau

  • Istri Dadakan Tuan CEO   BAB 13

    "Katanya konglomerat, kenapa nggak punya helikopter sekalian, sih?!" keluh Jennar.Pagi-pagi sekali Jennar diminta datang ke gedung Ganendra Beauty untuk meeting dengan para petinggi, dan managernya. Mengingat kesepakatan semalam yang tidak mengizinkan Jennar ataupun Dean membawa orang lain ke rumah, dengan terpaksa Jennar menyetir sendiri."Uh, boro-boro helikopter, pembantu aja nggak ada," gumam Jennar sendiri.Sebelum keluar dari dalam mobil, Jennar mengecek kembali penampilannya. Dia melakukan touch-up beberapa bagian termasuk mengganti warna lipstiknya menjadi warna merah menyala.Uh, lihatlah dirimu ini. Cantik sekali. Betapa beruntungnya kamu, Dean. Jennar terkekeh saat mendengar betapa konyol dirinya saat ini.Setelah dirasa cukup, Jennar keluar dari dalam mobil, dan masuk ke dalam gedung Ganendra Beauty. Kemewahan interior dari gedung Ganendra Beauty, membuat Jennar terpana beberapa detik, sebelum akhirnya menormalkan kembali ekspresi wajahnya.Ini kali pertama Jennar memasuk

  • Istri Dadakan Tuan CEO   BAB 12

    “Bagaimana rasanya jadi pengantin baru?”Jennar merasa jengah dengan sikap Bima yang terus memberikan banyak pertanyaan padanya. Ditambah lagi dengan Dean yang tidak putus memandang Bima, seakan-akan memang sedang menantangnya.“Begitulah…” Jennar yang menyadari bahwa atmosfer di dalam ruangan terasa tidak enak, dia berusaha untuk menjawab secukupnya saja.Ayah Dean yang tampaknya paling bisa membaca situasi, berdeham dengan cukup keras. “Bagaimana dengan proyek kerja sama kalian?”Bima menganggukkan kepalanya, dan berujar dengan santai. “Semuanya masih dalam tahap perencanaan. Belum ada kata sepakat. Benar begitu, sepupu?” ujarnya sambil menatap Dean.“Belum sepakat?” Ayah Dean mengerutkan dahinya. “Bukannya kalian sudah membahas proyek ini dari tiga bulan yang lalu?”Bima menaikkan bahunya. “Ada beberapa hal yang belum ada titik temunya. Pembahasan selama ini, lebih banyak menguntungkan Dean ketimbang saya, om.”Jennar sampai bergidik karena atmosfer di dalam ruangan yang terasa men

  • Istri Dadakan Tuan CEO   BAB 11

    "Kamu harus tanggung jawab!" Desis Jennar ketika Dean keluar dari kamar mandi.Dean yang tengah mengeringkan wajahnya itu pun, lantas berhenti sambil menatap Jennar dengan heran."Gara-gara jamu yang mommy kasih, mulutku sampai sekarang masih pahit. Itu juga kan salah kamu, kenapa tadi nggak berusaha ngelarang?" gerutu Jennar melampiaskan semua kekesalannya.Lagi-lagi Dean tidak merespon. Dia hanya menatap Jennar sekilas, kemudian pergi, keluar dari dalam kamar."Dosa apa gue, sampai-sampai bersuamikan manusia es kayak dia!" keluhnya, sambil merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Tidak lupa dia juga menyelimuti tubuhnya dengan selimut.Jennar yang hampir terlelap, kembali membuka matanya, saat suara bariton seseorang menyapa telinganya."Lemon tea hangat. Minumlah," titah Dean, sambil memberikan gelas kaca itu pada Jennar.Jennar menatap Dean, dan gelas yang ada di tangannya dengan heran."Minum!" perintah Dean kembali.Tanpa banyak tanya lagi, Jennar langsung meminum habis lemon te

  • Istri Dadakan Tuan CEO   BAB 10

    “Deankara Ganendra!” Teriakan itu bergema nyaring di dalam ruang tidur mewah bernuansa modern. “Ini semua gara-gara kamu!” imbuh gadis bertubuh molek sembari menuding pria yang belum lama baru saja secara sah menyandang gelar sebagai suaminya. Sekarang, Jennar dan Dean berada di dalam ruang tidur dengan wajah kesulitan. Yang lebih parah, ruang tidur itu adalah ruang tidur yang berada di kediaman orang tua Dean! “Lain kali kalau ngomong tuh dipikir dulu!” bentak Jennar lagi membuat pelipis Dean berkedut. “Kalau bukan karena kamu seenaknya ngomong sama Bima tentang malam pertama, kamu kira kita akan terjebak di sini?!” Satu jam sebelumnya... “Berhubung ini malam pertama, nggak baik juga kalau kalian langsung pergi. Malam ini kalian nginep di sini saja, ya...” Dengan senyuman cerahnya, Ibunda Dean melayangkan tatapan penuh harap pada putra dan menantunya itu. Mendengar omongan Dean kepada Bima tadi, dia menjadi semakin semangat memastikan semuanya berjalan lancar untuk kedua pengantin

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status