Share

BAB 2

"Apa yang kamu kira sedang kamu lakukan?"

Suara bariton milik pria asing itu membuat seisi kelab menjadi hening, bahkan DJ yang tadi hanya terbengong mulai turun dari panggungnya untuk memanggil pihak keamanan.

Jennar masih membeku di tempatnya. Dia menatap lekat tubuh tegap menjulang tinggi yang telah menyelamatkan wajahnya dari tamparan Athala tadi. Meski tubuh itu sekarang membelakanginya, namun aura pria itu begitu kuat.

“Lepasin gue!” Athala berteriak sembari berusaha menarik lepas tangannya dari cengkeraman pria bermanik zamrud tersebut. Begitu berhasil dan ingin melawan pria asing itu, pandangannya bertemu dengan wajah sang pria, sekejap membuat tubuhnya membeku. “K-kamu ….”

Melihat Athala mengenal pria tersebut, Jennar menggeser tubuhnya sedikit untuk melihat pria yang telah membantunya.

Detik itu juga, Jennar terkejut. Manik zamrud mempesona yang dilengkapi dengan rahang tegas dan tatapan mengintimidasi itu mampu memukau siapa saja. Akan tetapi, ekspresi dingin yang terpasang di wajah rupawan tersebut mampu mematikan nyali bahkan orang terberani sekali pun.

“Pria macam apa yang mengangkat tangannya terhadap seorang perempuan?” tanya pria asing tersebut dengan tatapan dingin.

Mendengar kalimat itu, manik Jennar pun berbinar. 'Wah ... dia keren.' Namun, dengan cepat dia menggelengkan wajahnya, berusaha kembali sadar. ‘Fokus Jennar, rencanamu belum selesai!’

Jennar pun langsung menatap ke arah Athala.

Dia memasang wajah tak percaya dan mulai menuding sang mantan kekasih selagi air mata–palsu–menuruni wajahnya. “Setelah berselingkuh, lo mau nampar gue?! Apa lo masih bisa dianggap pria?!”

Kalimat Jennar sekejap memicu reaksi dari para penonton sekeliling. Dan hal tersebut membuat Athala menggertakkan giginya. "Lo!!"

Di mata Athala, tingkah Jennar jelas adalah sebuah sandiwara untuk menghasut kerumunan. Dia mengambil langkah untuk menghampiri gadis itu, tapi tubuh pria asing bermanik zamrud di sisi Jennar langsung bergeser dan menghalangi langkah Athala.

Karena tatapan dingin dan mengintimidasi si pria asing, Athala tidak berani melakukan apa pun. "Cih!" Pria itu mendecakkan lidah dan memutuskan untuk langsung berbalik pergi meninggalkan kelab. Dia tahu tetap di tempat itu hanya akan memperburuk keadaannya.

Sejumlah pengunjung ramai-ramai mencibir kepergian Athala.

"Beraninya sama cewek. Pas ada lawannya aja lari. Ckckck, malu-maluin!"

Di sisi lain, melihat kepergian Athala, Jennar mengepalkan tangannya dan berusaha mengejar. "Athala, urusan kita belum sele—"

Ucapan gadis itu terpaksa berhenti ketika dia merasakan sebuah genggaman pada tangannya. Jennar pun menoleh ke belakang, menatap sosok tampan yang sempat membantunya.

Dengan tatapan datarnya, pria itu berkata, "Tetaplah di sini.” Nada bicaranya terdengar memerintah. “Setelah drama LIVE instawarmmu itu, banyak reporter telah menunggumu di luar.”

Jennar melebarkan matanya, terkejut. Tentu saja para reporter akan langsung menarget dirinya. Bagaimana bisa dia melupakan hal sepenting itu?

“Menangkap kekasihmu selagi LIVE, kamu jelas ingin menghancurkan reputasinya,” ujar sang pria lagi, membuat Jennar sukses memandangnya dengan waspada.

“Bagaimana kamu tahu?” tanya Jennar dengan tatapan mata menyelidik. “Siapa kamu?”

Selama sesaat, pria itu terdiam, tapi pandangan datarnya menampakkan bahwa dia terkejut gadis di hadapan tidak mengenalinya. Kemudian, bibir pria itu pun terpisah, terlihat ingin mengatakan sesuatu.

Namun, niat sang pria terpaksa diurungkan kala Jennar berseru, “Oh!” Pria itu pun mengernyitkan kening, tak mengerti kenapa Jennar bereaksi demikian. “Kamu fansku?" tebak gadis itu sembari tersenyum sumringah. "Makasih, ya. Kamu udah perhatian banget!"

Pria bernetra zamrud itu mengerjapkan mata, seakan tak percaya dengan apa yang tengah dia dengar. "Aku—"

"Sudah, sudah, jangan malu-malu.” Jennar kembali memotong ucapan pria itu. “Kamu udah ngebantuin aku kayak pahlawan tadi," pujinya sembari merogoh isi tasnya dan mengeluarkan ponsel cadangannya. Ayo, sini!”

Tanpa menunggu jawaban sang pria, Jennar–yang sedang berada dalam puncak kesenangannya setelah membalas Athala yang menjijikan itu–menarik tangan pria itu agar mendekat. Tangannya melingkari pundak pria itu dan dia mendekatkan wajahnya ke wajah pria tersebut.

"Say cheese!"

KLIK!

"Apa yang kamu lakukan?" tanya pria itu mengangkat sebelah alisnya.

"Sebentar, aku posting ke Instawarm Story dulu,"

"Untuk apa?" tanya pria itu singkat.

Mendengar pertanyaan tersebut, Jennar menghentikan aktivitasnya sebelum kemudian menatap pria itu dengan bingung. "Berterima kasih," jelasnya sembari memamerkan hasil unggahannya ke sosial media pada pria tersebut.

Memangnya apalagi yang diinginkan seorang fans dari idolanya? Padahal dia sudah sangat berbaik hati dengan melakukan selfie dan mengunggahnya di i***a story miliknya, apa itu kurang?

"Ah, ya ... tentu saja aku tidak akan berterima kasih hanya dengan ini." lanjut Jennar. "Bagaimana kalau besok kita makan siang bersama?" tawarnya dengan senyum manis, terlalu percaya bahwa itu yang diinginkan si pria.

Sesaat, pria itu kehilangan kata-katanya menghadapi sikap Jennar. Dia mengerutkan keningnya. "Aku sibuk," jawab pria kemudian.

"Sibuk??" heran Jennar, nadanya sedikit naik. "Hei, aku bahkan meluangkan waktu untukmu, apa kamu yakin mau menolak makan siang denganku?" cerocos Jennar yang tidak terima niat baiknya di tolak.

Pria itu berjalan mundur, kemudian menyandarkan tubuh tegapnya pada meja bar. Kedua tangannya tersimpan di dalam saku celana. "Ada satu hal yang bisa kamu lakukan untukku."

Jennar bersorak dalam hati. Itu dia, Jennar sudah dapat menduganya. Tentu saja fansnya menginginkan sesuatu yang lebih, apalagi kesempatan bertemu dengannya semacam ini amat sangat jarang terjadi.

"Apa? Katakan saja," tantang Jennar.

“Bekerjalah untukku.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status