Share

3. Awal Pertemuan

Dave yang stres karena tekanan pekerjaan ditambah sikap keras Damian yang kerap mendoktrinnya itu, kerap mencari hiburan  dengan datang ke klub malam.

Ditemani botol-botol minuman keras, Dave menghabiskan waktu malamnya. Tak jarang beberapa wanita cantik datang mendekatinya, berperan sebagai pelipur hati laki-laki kesepian semacam Dave.

Jika Dave suka, mereka akan duduk mengampit tubuh Dave. Kemudian menemani Dave sepanjang malam.

Seperti malam hari ini, Dave kembali mengunjungi klub untuk bersenang-senang. Namun malam ini, Dave sedang dalam mood yang tidak baik. 

Tidak seperti biasanya, malam ini Dave mengabaikan wanita-wanita yang datang mendekat. Jengah karena tidak dihiraukan, satu persatu dari mereka lantas memilih pergi. 

Alhasil, Dave hanya duduk sendirian di sofa  sembari memandangi punggung wanita yang tadi diacuhkannya. 

Sudah bergelas-gelas minuman keras yang diminumnya malam itu, tapi tetap tidak membuatnya mabuk.

Bosan melihat pemandangan disekitarnya, Dave bangkit dari tempat duduknya. Ia berjalan sempoyongan melewati wanita yang tengah meliuk-meliukan tubuhnya dengan manja mengikuti dentuman suara keras yang diputar oleh dj malam itu.

Tangan nakal Dave tanpa sadar kerap menyentuh ke bagian tubuh terlarang wanita penghibur itu.

Hingga matanya tanpa sengaja melihat seorang wanita tengah duduk manis di pojok bar. Melihat wanita itu tengah duduk sendirian, jiwa lelakinya terdorong untuk berjalan mendekatinya.

Dave menepuk pundak wanita itu pelan. Begitu wanita itu menoleh, seketika Dave tersenyum lebar. Dave seakan tengah tersihir dengan wajah cantik dan penampilan anggunnya malam itu. Wanita cantik dengan rambut sebahu itu mengenakan dress selutut berwarna merah.

"Hai, cantik. Sendirian saja?" sapa Dave ramah.

Suara bass bernada rendah yang keluar dari mulut Dave, membuat wanita cantik itu tersenyum. Seketika Dave terpesona melihat senyum manisnya. 

"Boleh kita berkenalan? Saya Dave," ucap Dave seraya mengulurkan sebelah tangannya.

"Rachel."

Rachel membalas uluran tangan Dave dan berjabat tangan dengan lelaki yang memiliki iris mata berwarna grey ini.

"Wow. Nama yang pas untuk wanita secantikmu," goda Dave seraya tersenyum sembari mengusap rambutnya sendiri.

Rachel terlihat tersipu malu mendengarnya. Ia lantas mengalihkan perhatian dengan meminum minuman di gelas yang ada di hadapannya. 

Gluk...

Bunyi suara air tegukan yang mengalir melintasi kerongkongan Rachel, membuat Dave menahan salivanya. 

Rachel melirik ke arah Dave yang tengah memandangi wajahnya. Entah mengapa Rachel terlihat tersipu malu, mendapatkan tatapan penuh ketertarikan dari Dave.

Dave menyadari ada semburat merah di pipi Rachel. Ia lantas mengangkat sebelah alisnya, semakin tertarik dengan wanita bermata hazel dihadapannya ini.

"Saya lihat kau sendirian saja. Mau di temani?" tanya Dave setengah berharap.

"Apa kehadiranku tidak akan menganggumu?"

Rachel yang balik bertanya, malah membuat Dave tertawa kecil.

"Tentu tidak menganggu sama sekali. Karena saya juga datang sendirian."

"Maaf, tapi saya tidak datang sendirian."

"Benarkan? Ah, sayang sekali—"

Dave menghela napas kecewa, namun tetap menampakkan senyum di wajah tampannya.

"Tapi sepertinya dari tadi aku tidak melihat siapapun yang duduk disebelahmu, selain diriku. Lantas kemanakah sosoknya berada sekarang?"

"Ya, sangat disayangkan. Dia barusan pergi lebih dulu," ucap Rachel pelan.

Kekecewaan sesaat Dave seakan sirna seketika, mendengar ucapan lirih Rachel. 

"Tidak sepantasnya wanita secantik dirimu di tinggal pergi seperti ini. Seperti orang yang tidak berperasaan saja," celetuk Dave menyuarakan isi kepalanya.

Rachel tertawa kecil mendengarnya, membuat Dave menoleh dan ikut tertawa juga.

Orbolan mereka berdua pun berlanjut. Mereka berdua berbicara pembahasan santai, hal-hal yang tidak serius. Dave sesekali melempar candaan dan Rachel hanya tersenyum menanggapi seadanya.

Hingga Dave menyadari wajah Rachel terus berkeringat. Ia lantas mengambil tisu di sekitarnya, kemudian mengelap bulir keringat Rachel di dahinya dengan tisu itu.

Rachel terdiam saat tangan Dave bergerak di sekitar wajahnya, namun matanya membulat menatap ke arah Dave dengan penuh keterkejutan.

Dave menyadari Rachel terpaku menatapnya dengan tubuh seolah membeku. Ia lantas berhenti menyeka keringat Rachel dan malah memandangi lekat wajah wanita bermata hazel itu.

"Maaf, saya melihat dahimu berkeringat."

Mata Rachel masih memandangi wajah Dave. Saat kedua mata mereka saling bertemu pandang satu sama lain, Rachel baru menyadari lelaki dihadapannya ini sangat rupawan. 

Rambut pirang yang terjulur ke depan menutupi dahinya, rahang tegas nan kokoh, mata bulat dengan iris berwarna grey yang tengah menatap matanya itu membuat Rachel terpana untuk sesaat.

"Sepertinya kau terlihat kurang nyaman, bagaimana kalau kita keluar dari sini?" ucap Dave memberi saran.

Rachel mengangguk pelan. Dave memberikan tisu bekas keringat itu, ke tangan Rachel.

Entah mengapa Rachel merasakan sesuatu sengatan yang mengelora dalam dirinya, saat telapak tangannya tidak sengaja bersentuhan dengan kulit tangan Dave.

Dengan gerakan impulsif, Rachel tiba-tiba memegang lengan Dave.

Dave lantas memandangi wajah Rachel dengan tatapan seakan berkata, "ada apa?"

"Aku ingin pulang saja. Sepertinya badanku sedang tidak enak. Maaf," ucap Rachel seraya menunduk.

"Tidak apa-apa—"

Walaupun sedikit kecewa, Dave tetap mengulas senyum di wajahnya.

"Saya antar kau pulang ya? Please, kali ini jangan menolak."

Rachel mengangguk, kemudian bangkit dari tempat duduknya. Dave mempersilahkan Rachel berjalan lebih dulu, sementara ia di belakang mengikutinya sembari memegang sebuah ponsel ditangannya. 

Dave memesan taksi online untuk mengantar pulang Rachel. Saat menunggu taksi datang, Rachel terlihat gelisah, seperti orang yang tengah kepanasan.

Padahal suasana malam itu, sangat sejuk dengan adanya angin semilir yang melintas disekitar mereka berdua. Dave yang bingung hanya memandangi Rachel yang terus bergerak-gerak gelisah.

Bagi Dave gerakan Rachel terlihat sangat sensual dan malah membangkitkan gairah kelakian dalam diri Dave untuk segera muncul ke permukaan.

Tiba-tiba saja tubuh Rachel oleng, membuat tangan Dave memegang pinggangnya agar tidak jatuh. Mata mereka bertemu pandang.

Dave yang tengah mabuk berat itu pun tanpa sadar bergerak menarik tengkuk Rachel agar mendekat ke wajahnya.

Kemudian Dave mencium Rachel dengan lembut, ciuman yang disertai lumatan kecil itu seketika berubah jadi cumbuan panas saat Rachel memberikan izin dengan membuka mulutnya.

Rachel rupanya membalas cumbuan panas Dave, membuat hasratnya makin membara. Namun, Dave terpaksa menahan hasratnya saat mendengar suara dering di ponselnya.

"Argh..." umpat Dave seketika.

Suara dering di ponsel Dave itu, rupanya panggilan dari supir taksi yang memberitahu jika sudah sampai di tempat tujuan.

Dave lantas mengajak Rachel masuk ke dalam taksi bersama dengan dirinya.

Dave sempat terdiam sesaat saat pak supir bertanya alamat tujuan.

Dave awalnya ingin membawa Rachel ke hotel, tapi ia teringat kalau rumahnya kosong. Akan sangat merepotkan jika mereka harus melakukan reservasi hotel lagi. Maka dari itu, Dave langsung memberitahu pak supir agar pergi ke rumahnya.

BERSAMBUNG...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status