Share

Chapter 5

Aaaaaaaa...."

Byurrrr....

Kedua wanita itu jatuh ke kolam, membuat Alex terkejut dan tampak kebingungan harus menolong siapa.

"Diana.."

Alex menyerukan nama kekasihnya saat Diana berusaha berteriak meminta tolong.

"Apa terjadi sesuatu, Noah?"

Laura yang mendengar ayahnya berteriak langsung berlari menuju suara tersebut. Terlihat sang ayah tengah membopong Diana dan menyerahkan wanita itu pada Managernya.

"Mommy..."

Baru saja Laura hendak melompat ke dalam kolam, tangan Noah menariknya.

"Aku saja yang menolong ibumu," ucap pemuda itu dan langsung melompat ke dalam air.

Noah meraih tubuh Alexa yang terlihat lemas. Jika kakinya tak mengalami kram, Alexa bisa dengan mudah naik ke atas. Namun sialnya saat tercebur ke dalam air tiba-tiba kakinya terasa kram dan ia kesulitan untuk berenang.

"Trimakasih, Noah.." ucap Laura.

Pemuda itu mengangguk pelan.

"Berikan padaku." Alex mendatangi Noah dan mengambil tubuh sang isteri dari pemuda itu.

Pria itu tadinya berniat untuk menolong Alexa setelah menyerahkan tubuh Diana pada managernya, namun kesigapan Noah hanya bisa membuatnya terpaku di tempat.

"Ikuti aku, Anda dan Nyonya Morgans harus cepat mengganti pakaian kalian."

Noah meminta Alex dan Laura mengikutinya. Pemuda itu lagi-lagi dengan cekatan menggiring tamunya ke sebuah kamar mewah di dalam mansion milik ayahnya.

"Tunggulah disini, aku akan minta pelayan membawakan pakaian ganti untuk ibumu, Lolly."

Alex membaringkan tubuh isterinya di atas ranjang dengan lembut. Ada secarik rasa bersalah karena tadi tak langsung menolong Alexa. Bukan tanpa alasan, ia tahu jika Alexa adalah seorang yang pandai berenang. Berbeda dengan Diana yang ia ketahui tak mampu berenang, apalagi ia melihat kekasihnya itu hampir tenggelam.

"Keluar."

"Hmm?"

"Kubilang keluar!" Laura mengusir ayahnya.

"Kau mengusir pa-- aku harus mengganti pakaian i--

"Aku bisa melakukannya. Kau pergilah urus kekasih sialanmu itu!"

Alex terhenyak dan terperangah mendengar puterinya berkata kasar. Selama ini, meski Alex bersikap acuh, Laura tak pernah berani berkata kasar padanya.

"Jaga ucapanmu, Laura!" titah Alex dengan nada suara dingin.

"Aku tak peduli. Aku rasa aku tak perlu lagi bersikap manis di depanmu, Pa. Kelakuanmu tadi sama saja dengan melempar kotoran ke wajah mommy. Kita lihat saja, berita apa yang akan beredar besok. Tak akan ada lagi orang yang meragukan perselingkuhanmu dengan jalang itu!"

Plakkk...

Alex refleks melayangkan satu tangannya ke wajah sang puteri, sedang Alexa yang masih merasakan kram di kakinya langsung mendorong tubuh suaminya dan memeluk Laura.

"Brengsek! Dasar pria brengsek! Berani sekali kau memukul puteriku!" teriak Alexa yang tak peduli lagi dengan rasa sakit di kakinya.

"Lolly, ya.. Tuhan, bibirmu berdarah. Kita harus cepat mengobatinya."

"Ini hanya luka kecil, Mom."

"Tidak! Kau harus segera diobati."

"Mom.. Mommy, dengarkan aku!"

Laura terpaksa berteriak untuk meredakan kepanikan ibunya.

"Kau yang sedang terluka, bukan aku. Ini hanya luka kecil, tak sebanding dengan luka yang selama ini kau sembunyikan dariku."

Ucapan ambigu Laura membuat Alexa terdiam, begitupun dengan Alex yang langsung menoleh pada puterinya.

"Tunggu disini, aku akan minta pakaian ganti untukmu."

Laura keluar dan di depan pintu Noah sudah berdiri sejak beberapa menit yang lalu. Ia membawa pakaian untuk Alexa namun saat mendengar pertengkaran keluarga itu Noah mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam.

"Trimakasih.."

Laura tak sempat menjelaskan apapun. Ia langsung meraih baju ganti di tangan Noah dan kembali masuk ke dalam kamar.

"Mom, kau harus cepat mengganti bajumu yang basah."

Laura tak peduli dengan keberadaan Alex disana. Ia membantu ibunya membuka pakaian yang sudah basah kuyup dan segera menggantinya dengan pakaian yang dibawa Noah.

"Mom, kau lupa kalau kau bisa berenang, hm?"

Laura mencoba menetralkan suasana yang tampak kaku diantara mereka. Senyumnya berhasil membuat Alexa turut tersenyum.

"Semua terjadi begitu cepat. Saat ingin berenang ke pinggir kaki mommy terasa kram dan kesulitan berenang. Mungkin karena usiaku yang sudah tak muda lagi." Alexa membelai rambut puterinya dan terus tersenyum, mengabaikan Alex yang masih terduduk di belakang dua wanita itu.

"Kau belum tua, Mom. Kau dengar sendiri tadi tuan Tompson memujimu habis-habisan. Hanya pria bodoh yang mengabaikan kecantikan ibuku," sarkas Laura lagi-lagi menyindir ayahnya.

"Bagaimana keadaanmu, Nyonya Morgans. Aku minta maaf atas kejadian memalukan tadi. Seharusnya aku tak membuat pesta di dekat kolam."

Gerard Tompson langsung menghampiri Alexa yang berjalan dipapah oleh suami dan puterinya. Alex yang tadi juga harus menceburkan diri ke dalam air untuk menolong Diana sudah mengganti pakaian basahnya dengan baju ganti yang selalu tersedia di mobil.

"Tidak masalah, Tuan Tompson. Akulah yang tadi terlalu ceroboh. Maafkan aku karena telah membuat kegaduhan di pestamu."

"Ya, ya.. tidak masalah. Aku mengerti."

"Kami harus segera pulang, Tuan Tompson. Isteriku harus segera istirahat karena kakinya terluka. Sekali lagi maafkan kami yang telah membuat kacau pestamu."

"Tidak masalah, Tuan Morgans. Aku harap kita bisa berbincang di lain waktu."

"Hem, pasti. Kami pergi dulu."

Alex berpamitan pada Gerard Tompson dan melangkah ke mobilnya. Sedang Laura yang melihat Noah di belakang ayahnya hanya mengulas senyum yang menyiratkan ucapan terima kasih.

"Masuklah, Mom.."

Laura membantu ibunya duduk di kursi belakang. Ia tak ingin membiarkan sang ibu duduk berdekatan dengan ayahnya.

Alex yang mengetahui jika puteri dan isterinya masih menyimpan rasa marah terhadapnya tak mengajukan protes apapun. Ia membiarkan Alexa dan Laura duduk di kursi belakang.

*

"Kau terlalu ceroboh, Diana! Alex pasti murka jika tahu kau sengaja ingin mendorong isterinya ke kolam."

Di apartementnya, Diana tengah diceramahi oleh Frans, kakak sekaligus managernya.

"Aku tak peduli. Kau lihat sendiri, Frans, Alex lebih memilih menolongku daripada isteri sialannya itu. Jadi kau tak perlu khawatir, dia tak akan marah padaku. Aku yakin setelah mengantar anak dan wanita itu pulang dia pasti datang kesini untuk melihat keadaanku."

Diana tertawa pongah. Ia sangat yakin Alex akan mengkhawatirkan keadaannya.

"Hh.. kau terlalu percaya diri. Aku tak tahu berita seperti apa yang akan beredar besok tentang kebodohanmu itu. Media akan kembali mengungkit rumor perselingkuhanmu dengan Alex."

Frans menyalakan pemantik dan membakar ujung rokok di tangannya.

"Bukankah itu bagus? Aku memang menunggunya. Aku benci selalu menjadi wanita simpanan Alex. Aku harap dia secepatnya menceraikan perempuan bodoh itu dan segera menikahiku!"

Frans tersenyum getir mendengar ocehan adik perempuannya. Diana memang wanita keras kepala yang sulit mendengarkan orang lain. Pria itu memilih mengakhiri percakapan mereka dan pergi dari kamar adiknya.

*

"Mom, tidurlah. Apa mau kutemani?" gurau Laura setelah membawa ibunya ke kamar.

"Iiish.. kau senang sekali menggodaku, Lolly. Hei.. tunggu-tunggu. Apa kau sudah mengenal Noah sebelumnya?"

Laura menggeleng.

"Kau tak berbohong?"

Gadis itu mengangguk.

Alexa menatap curiga, dan mencari kebohongan di wajah gadis itu.

"Aku tak berbohong. Kami memang baru pertama bertemu di pesta tadi." Laura merasa Alexa mencurigainya.

"Aaaaah.. baru bertemu satu kali dia sudah berani memanggilmu dengan panggilan kesayanganku, hm?"

Laura baru menyadari maksud ibunya. Tak pelak wajah gadis itu bersemu kemerahan karena malu.

Saat bersama Noah tadi, gadis itu memang banyak bercerita terutama tentang ibunya. Bagaimana cara Alexa membangunkannya di pagi hari, bagaimana saat kecil ibunya selalu dapat menemukannya ketika ia bersembunyi karena takut dimarahi sang nenek, hingga panggilan sayang Alexa padanya. Gadis itu langsung merasa nyaman saat berbincang dengan Noah, hingga ia tak sadar jika hanya dirinya yang terus bicara, sedang Noah lebih banyak mendengarkan.

"Sudahlah, kau jangan balik menggodaku, Mom. Aku lelah sekali. Gud nite, Mom.."

Laura mencium kedua pipi sang ibu dan berlalu keluar kamar.

Wajahnya yang tadi ramah mendadak berubah dingin. Alih-alih pergi ke kamarnya, Laura justeru masuk ke dalam lift untuk menemui sang ayah di ruang kerjanya.

Tanpa mengetuk pintu terlebih dulu, gadis itu langsung masuk ke dalam ruang kerja Alex yang berada di lantai lima.

"Apa kau lupa cara mengetuk pintu saat masuk ke ruang kerjaku, Laura?" sindir sang ayah.

"Ceraikan ibuku dan berpisahlah dengannya!"

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status