Share

Melarikan Diri

Rava kembali naik ke atas memastikan keadaan Carla, dia khawatir kesehatan wanita yang sudah menjadi ibu dari anaknya itu.

Pria itu tidak tahu kalau putri kecilnya telah mengikuti dari belakang sama-sama masuk ke dalam kamar.

"Hai, bagaimana keadaanmu?" tanya Rava lembut.

"Bisa kau bebaskan aku sekarang? Ada sesuatu yang ingin aku selesaikan di luar sana!" pinta Carla memohon.

"Ibu mau meninggalkan kita lagi ayah?!" Rava dan Carla terkejut dan langsung berbalik.

Gadis manis itu tiba-tiba menangis sesenggukan sambil memeluk boneka kelinci.

"Bagaimana bisa kau masuk ke sini sayang?" tanya Rava khawatir lalu membawa Ozora masuk ke dalam pelukan hangatnya.

"Jawab Ozora ayah?" tangisnya sesenggukan namun tatapannya kosong melihat Carla sama sekali tidak bergeming.

Rava memilih menurunkan Ozora ditengah-tengah mereka berdua dia melirik kepada Carla berharap wanita ini mau membantu menenangkan putri kecilnya.

Carla geleng-geleng kepala karena belum bisa menjadi ibu bagi Ozora. 

Rava membawa Ozora keluar dia semakin kecewa terhadap Carla tidak mau mengambil hati putri kecilnya.

"Kenapa ayah belum menjawab pertanyaan Ozora?" tanyanya sambil menangis.

"Diam Ozora?! Kau terlalu banyak bertanya!" tiba-tiba Rava membentaknya.

Ozora tersentak kaget langsung lari ke kamar pertama kalinya Rava mengeluarkan suara kuat terhadap dirinya. 

Carla yang menyaksikan itu semua seketika langsung merasa bersalah. Ia benci Rava terlalu kasar terhadap anak kecil yang tidak tahu apa-apa.

"Kalian urus Ozora jangan kasih izin keluar sebelum aku kembali!" perintah Rava.

"Baik Tuan," jawab pelayan cepat.

"Apa yang kau lakukan? Dia hanya anak kecil tidak pantas diperlakukan seperti itu?" potong Carla.

"Kau saja tidak peduli apalagi aku." Rava meninggalkan kamar Ozora.

Carla menoleh kepada Ozora yang meringkuk ia tidak bisa melihat Ozora dikurung lantas langsung menerobos masuk ke dalam.

"Ozora?" panggil Carla pelan.

"Pergi! Ozora tidak membutuhkan ibu?" teriaknya.

"Sayang kau mau kan memeluk ibu?" pinta Carla selembut mungkin.

Ozora geleng-geleng malah mundur kebelakang takut kena bentak namun, Carla langsung menangkap membawa masuk ke dalam pelukan hangatnya.

"Ibu minta maaf sayang," bisik Carla sambil merasakan tubuh Ozora bergetar.

"Ibu tidak akan bentak Ozora kan?" tanyanya takut.

"Tidak sayang karena kau adalah putri cantikku," ucap Carla sambil tersenyum lebar untuk pertama kalinya.

Rava belum berangkat ke kantor teduh melihat dua wanita yang akan dia jaga mulai saat ini.

Carla tidak menyadari Rava sedang memperhatikan mereka berdua dari balik cermin kecil Ozora.

"Ibu tahu Ozora anak kuat, lembut, mau kan maafkan ibu dan ayah?" ucap Carla sambil melepaskan pelukannya lalu mengusap wajah Ozora yang sembab.

Ozora ketakutan dia malah memilih bersembunyi karena melihat kedatangan Rava.

"Ozora!" panggil Rava halus.

"Ibu, Ozora takut," ucapnya.

"Ayah juga minta maaf ya sayang," pinta Rava.

"Ozora mau sama ibu." Ozora memeluk erat Carla hingga wanita itu bingung.

Niat ingin melarikan diri dari rumah ini jadi ia urungkan karena Ozora tiba-tiba lengket dengannya.

"Ozora menyukaimu boleh kau berikan dia kasih sayang? Dari kecil dia tidak pernah merasakan kehangatan seorang ibu." Carla tidak sengaja melihat manik mata Ozora yang menganak. 

"Ibu tidak menyukai Ozora ya?" Carla tersentak kaget merasakan sentuhan jari mungil itu mengusap wajahnya.

"Suka sayang," balas Carla lembut walaupun masih belum bisa menerima kenyataan ia menjadi ibu bagi seorang anak kecil bukan dari kandungannya.

Setelah keadaan tenang Carla kembali ke kamar, terlalu lama mengulur waktu tinggal di sini ia akan semakin terjebak dengan keluarga kecil Rava.

Dirinya ingin bebas agar bisa secepatnya balas dendam kepada Victor dan Kekasihnya. Walaupun Rava sudah menyelamatkan nyawanya tapi pernikahan ini tidaklah benar.

Secara perlahan Carla membuka pintu namun pandangan mereka berdua langsung saling beradu. 

Rava tersenyum hangat langsung berdiri mendekati Carla yang enggan masuk ke dalam.

"Kenapa berdiri di sana?" tanya Rava hangat.

"Aku mau bicara soal." Carla tidak melanjutkan ucapannya karena Rava menerima panggilan.

"Apa yang kamu temukan di hutan rimba?" Carla melebarkan kedua bola matanya.

"Itukan tempat aku kecelakaan?" batin Carla.

Rava selesai berbicara langsung mendekati Carla menunjukkan bukti kecelakan kemarin malam itu.

"Ternyata kau mengalami kecelakaan murni di sana." Carla terbelalak mendengar perkataan Rava.

"Jelas-jelas Victor dan Julia ingin melenyapkanku?" Carla berargumen pada dirinya sendiri.

"Kau tahu kalau mantan suamimu sudah memiliki istri baru. Ingat, saat ini kau sudah menjadi istriku kembali ke sana sama saja mempermalukan diri sendiri." Carla semakin marah mendengar fakta baru tentang suaminya itu.

Rava berhasil menyakinkan Carla semakin membenci suaminya itu biar bagaimanapun saat ini dia butuh seorang wanita untuk putri semata wayangnya.

"Keterlaluan mereka berdua." Carla mengutuk mereka berdua bahagia diatas penderitaannya.

"Ini semua buktinya kalau kita sudah menikah dan akta cerai." Carla menerima itu semua air matanya tumpah melihat semua bukti itu.

"Apa tidak terlalu cepat kau menikahiku? Bahkan goresan tinta ini belum kering?" tanya Carla bergetar.

"Aku sama sekali tidak permasalahkan cukup kau mau buka hatimu terhadap putriku, dia butuh kasih sayang seorang ibu," balas Rava.

"Kau serius aku sedang amnesia?" tanya Carla dingin.

"Dengar, daripada kau malu kembali kepadanya lebih baik ikuti yang kukatakan dan tinggal di sini." Rava memilih meninggalkan Carla yang semakin bingung dia buat.

Ozora sedang baca buku terkejut melihat Rava, ketakutan masih menyelimuti dirinya.

"Ayah?" tanyanya takut.

"Ayah mau peluk Ozora bisa gak?" anak kecil itu menundukkan kepalanya dia masih ingat ucapan Rava tadi.

"Ozora akan mematuhi ucapan ayah tidak banyak bicara dan bertanya," celotehnya.

Rava langsung membawa Ozora masuk ke dalam pelukan hangatnya. Dia bersalah melakukan itu kepada seorang anak kecil.

"Ozora mau memaafkan ayah kan?" ucap Rava lagi.

"Ya ayah," jawabnya singkat.

"Mau tidur dengan ayah tidak malam ini? Ada ibu juga menemani kita?" Ozora langsung mengangguk dia benar-benar bahagia akhirnya bisa tidur bersama kedua orang tuanya.

Carla baru mengganti pakaiannya terkejut melihat ayah dan anak itu masuk sambil tersenyum lepas.

Wanita itu menjadi salah tingkah ia gugup dengan situasi yang begitu canggung.

"Ibu cantik sekali ayah," seru Ozora.

"Kalian mau apa?" tanya Carla gugup.

"Ayah, ibu kita bertiga tidur bersama malam ini ya?" pinta Ozora.

Carla tidak menjawab ia menatap tajam Rava karena memanfaatkan situasi agar mereka bersama.

"Sayang sepertinya ibu tidak ingin kita tidur bersama," bisik Rava.

"Ibu tidak mau ya?" Carla tidak tega menolak apalagi manik mata polos itu mulai menganak.

"Ibu mau sayang," balasnya sambil sejajarkan tingginya dengan Ozora agar anak kecil ini tidak sedih sekaligus membencinya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status