Si putri jelmaan iblis. Si putri monster. Setan. Siluman. Bahkan juga si putri yang terkutuk, … adalah sebutan menyakitkan yang disematkan kepada putri sulung dari His Grace, the Duke of Yoargi, dari kerajaan kecil yang terletak berdekatan dengan satu kerajaan besar beserta satu kekaisaran agung, … bernamakan kerajaan Gupenhileum.
“Bisa-bisanya si perempuan terkutuk itu, lahir dari perutku.”
“Menyedihkan sekali, hidupku. Kenapa harus orang sepertinya sih, yang menjadi Kakakku?”
“Dia adalah anak yang tak berguna. Bagaimana jika kita menjualnya saja ke laki-laki tua bangka yang kaya raya, … untuk menjauhkannya dari kawasan Duchy ini?”
“Ayah, mana mungkin ada orang yang mau menerimanya, … jika bentukannya saja sudah sangat mengerikan begitu? Hih, ngeri aku!”
“Tinggal tutupi tangannya dengan sarung tangan panjang, kan bisa? Bukannya akan sangat menguntungkan, kalau dia dijadikan sebagai budak seks dengan wajahnya yang lumayan cantik itu?”
“Terserah apa katamu saja, suamiku. Yang jelas, aku juga tidak menginginkan si anak terkutuk itu, berada di sekitar sini lebih lama lagi. Hal itu akan merusak reputasiku sebagai orang yang telah melahirkannya. Apa-apaan dia?! Berani-beraninya berdiam diri di dalam rahimku selama sembilan bulan, dengan kondisi yang menyeramkan begitu.”
Qilistaria La Yoargi, ialah namanya.
Gadis yang berpenampilan muram, dengan rambut lurus panjang berwarna hitam, dan manik mata yang sewarna dengan hitam arang, … hanya menundukkan kepalanya dan melanjutkan suapan demi suapan makanan basi di hadapan meja makan, yang berseberangan dengan tiga orang anggota keluarganya.
Ia menyuapkan makanan basi tersebut dengan tangan yang gemetaran, sembari mendengarkan dengan teliti … hal apa saja yang sedang diperbincangkan oleh sang ayah, ibu, dan adik perempuan kandungnya, dalam rencana untuk menyingkirkannya dari rumah ini.
Tangan kanannya yang menyendok sup dingin dan sudah berbau tidak sedap, … lagi berasa basi itu, amat sangat berguncang begitu hebat. Sampai-sampai, air sup di dalam sudut sendoknya pun, menjadi tumpah dan membasahi gaunnya yang sederhana.
Ingin sekali ia kembali ke kamarnya, untuk segera menumpahkan air mata yang telah menggenang di pelupuk ini, … dan menangisi nasib malang yang telah membuatnya sangat menderita.
“Jika kau sudah selesai menghabiskan makananmu, cepatlah pergi kembali ke kamarmu. Keberadaanmu, sangat menggangguku … Qilistaria.”
“Y-ya, A-ayah.”
Qilistaria yang menyedihkan, segera menghabiskan sup basi yang sengaja diberikan oleh juru masak Duchy Yoargi … atas perintah dari sang Duchess, ibunya, yang katanya berkeyakinan kalau anak terkutuk seperti dirinya, tidak memiliki alasan bagus untuk diperlakukan dengan baik di Duchy yang suci ini.
Habis makan, … Qilistaria segera pergi dari ruang makan sana, untuk menuruti titahan yang diberikan dari sang Duke, ayahnya, yang paling tidak telah memberikannya sebuah nama saat ia terlahir ke dunia.
“Besok, aku akan segera membuat sayembara kepada orang-orang, yang mungkin saja bisa membuat si anak aneh itu pergi dari sini. Jadi, kalian berdua jangan terlalu khawatir, okay? Bidadari secantik kalian, tidak boleh takut dengan iblis sepertinya.”
Duke Yoargi, mengatakan hal kejam itu dengan suara yang keras. Sengaja untuk didengar oleh orang yang bersangkutan, … yaitu, si putri sulung, yang posisinya sekarang masih belum terlalu jauh dengan ruang makan.
Sementara itu, Qilistaria, yang memang telah mendengar perkataan menyakitkan dari sang Duke dengan sangat jelas, … lekas menggerakkan kakinya dengan cepat untuk melenggang pergi dari sana, dengan mata yang sudah sepenuhnya meluruhkan aliran air bening.
Rasa mual akibat memakan makanan basi saja, ia hiraukan. Dikarenakan, … Qilistaria hanya memedulikan rasa sakit yang menguliti hati, beserta perasaannya di saat ini.
Qilistaria masuk kamarnya, dan langsung mengunci pintu. Tubuhnya yang bersandar di permukaan pintu itu pun, … jatuh merosot ke atas lantai, dengan tenaga penopang berat tubuhnya yang terasa begitu sangat lemah.
Tangis sesenggukan mulai terdengar nyaring, di sunyinya ruang kamar yang hanya dapat di dengar oleh dirinya seorang.
“Ah~ Ah~ Aku ingin mati. Aku ingin mati. Aku ingin mati.” Qilistaria bergumam pelan semacam itu, dengan beberapa kalimatnya yang sengaja ia ulang-ulang seperti burung beo.
Tangannya yang terbalut sarung tangan hitam sepanjang atas siku pun, dicopotkan olehnya, … agar ia dapat melihat seperti apa bentukan sesuatu yang tampak mengerikan dan terbilang terkutuk oleh semua orang ini, yang memang kenyataannya ada, … dan terdapat di anggota tubuhnya sendiri.
“Kenapa aku terlahir seperti ini? Kenapa hanya aku yang harus terlahir seperti ini? Kenapa semua orang sebegitu kerasnya dalam membenciku, karena aku terlahir dalam kondisi seperti ini?”
Manik mata kelam milik Qilistaria, yang penglihatannya tampak memudar akibat terhalangi oleh buliran bening genangan air mata di pelupuk itu, … menatap nanar telapak tangannya yang saat ini benar-benar gemetaran dengan sangat hebat, bersama perasaannya yang sudah dipenuhi oleh kacau balaunya berbagai macam campuran emosi, yang telah lama ia pendam.
“Aku juga ingin terlahir dengan normal. Aku juga ingin disayangi oleh semua orang. Paling tidak, aku ingin dianggap sebagai manusia saja. Tetapi, kenapa, … kenapa hanya aku saja, yang Tuhan kehendaki untuk menjalani hidup dengan teramat sangat menderita ini?”
Dipandanginya kedua telapak tangan miliknya yang terasa kasar, lagi memiliki garis belahan yang melintangi kulit mulai dari ujung jari, sampai ke atas siku, … dengan penampilannya kurang lebih serupa dengan keringnya tanah di musim kemarau, dan juga tampak semacam akar pohon besar yang mengelakar.
Menakutkan, mengerikan, dan sangat menyeramkan, … memang pantas disematkan kepada penampilan kedua lengannya ini, karena itu semua, … memanglah kenyataannya.
Pada awalnya, penampilan yang sering membuat tangannya disebut sebagai tangan terkutuk itu, hanya terdapat sampai ke pergelangan tangannya saja.
Namun, lama-kelamaan, garis-garis kutukan tersebut tampaknya semakin maju melahap lengan bagian atasnya, … sampai ke batas di atas siku dan di dekat ketiak, dalam lima tahun terakhir semenjak hari ulang tahun Qilistaria yang ke tiga belas.
Jangankan ada yang mau berinteraksi dengannya, atau bahkan sampai ke menggandeng tangannya barang sekejap. Di dekati oleh mereka dalam jarak yang sangat terbatas saja, sama sekali tidak.
“Aku ingin mati. Namun, ….”
Penolakan dari orang-orang, delikan mata tajam mereka yang tak mengenakan, dan juga kesendirian yang menyepikan, … telah membuat perasaan kecil di hati Qilistaria yang lemah ini, menjadi meronta-ronta ingin segera dibebaskan dari penyiksaan batin yang menyengsarakan.
“… Aku juga, masih ingin merasakan hidup.”
Ini tidak adil.
Memang, dia benar-benar ingin mati sekarang. Akan tetapi, apakah ia bakal tenang nanti selepas dirinya mati, karena dirinya telah dibiarkan mati dilahap oleh kesengsaraan, … yang sepertinya telah sangat puas dalam hal mengenyangkan penderitaannya, sewaktu ia masih hidup di dunia?
“Aku ingin bahagia.”
Kalaupun akan mati pada akhirnya, bukankah akan terdengar bagus … jika ia mati karena terlalu bahagia, atau mati selepas puas merasakan kebahagiaan, … benar kan?
Ini sangat kejam.“Aku ingin dicintai. Aku ingin diberi banyak limpahan kasih sayang.”Melihat sang adik perempuan yang memiliki usia tiga tahun lebih muda darinya, disayang juga dimanja oleh ayah beserta ibunya, bahkan sampai dicintai oleh semua para pekerja di kediaman Duchy mereka pula, … membuat Qilistaria, mau tak mau terjatuh dan terperosok ke dalam sebuah kubangan kotor, yang dipenuhi oleh perasaan iri dan dengki.“Cinta dan kasih sayang, mereka semua merasakannya, … mereka semua memilikinya. Akan tetapi … kenapa? Kenapa hanya aku saja yang tak mampu mendapatkannya?”Menjambak rambut panjangnya kuat-kuat, dan ratap tangis yang disertai oleh derasnya aliran air mata, Qilistaria pun, … kembali meracau.“Aku tak mau hidup sengsara, atau pun mati dalam keadaan tak bahagia.”Sudah genap d
“Your Highness. Apakah Anda mau, … membawanya ke istana sebagai seorang selir, atau juga hal yang lainnya?” “Duke! Kau gila!? Kenapa aku mau membawa monster sepertinya pulang ke istanaku? Kalau putrimu yang kedua sih, … tidak apa-apa. Tetapi ini? Si monster? Kau ingin aku ketularan kutukan monsternya ya?” “Ehei, Saya kan, … hanya sekadar bertanya saja.” “Bertanya pun, harus berotak sedikitlah.” Atas gurauan yang diujarkan oleh sang putra mahkota kerajaan Gupenhileum, Felaise Zevaron Gupenhileum, yang berambut putih keperakan, dan juga bermata biru kedalaman laut, … semua bangsawan laki-laki yang mengerubunginya di pesta dadakan sang Duke Yoargi itu pun, secara serentak pada tertawa dengan terbahak-bahak. Hari ini, adalah hari di mana pesta sekaligus sayembara memungut Qilistaria … yang dianggap sebagai sebuah barang oleh ayahnya, resmi dimulai. Qilistaria
“Oh my, Duchess. Jujur saja, Saya benar-benar merasa kasihan dengan Anda. Bagaimana mungkin, Anda bisa tahan dengan kesabaran yang begitu tinggi, dalam kurun waktu delapan belas tahun lamanya, tinggal bersama dengan si putri jelmaan iblis itu?”“Benar juga ya. Bagaimana bisa, … Saya tidak menyadari akan hal semacam itu, sampai selama ini?”“Ya ampun, Your Grace. Hal itu tampaknya, karena disebabkan oleh sikap Anda yang terlalu berbaik hati kepadanya! Anda seharusnya tidak perlu memperlakukannya dengan baik semacam itu! Dikarenakan, hal tersebut malah akan membuat si siluman tak tahu malu tersebut, … menjadi orang yang berkulit tebal.”Menyebalkan.Qilistaria dapat dengan jelas, menyimak sedikit demi sedikit semua bisikan omongan menyakitkan terkait dirinya, … yang sedang heboh di obrolkan oleh teman-teman sosialita ibunya.Sepertinya, mere
“Pffft! Buhahaha!”“Hahaha!”“Lihat, lihat! Apa katanya tadi? Dia ingin menikahi si monster yang mengerikan itu? Bahkan, sampai mau membawakannya barang-barang murahan, … yang ia anggap sebagai mahar pernikahan? Lelucon macam apa ini?”“Hahaha, gila sekali dia! Bisa-bisanya, orang rendahan semacamnya, berkelakuan dengan sangat sok belagu begitu?”Dimulai dari sang putra mahkota yang tergelak di dalam tawa terbahak-bahaknya, … semua orang yang di sana–kecuali si laki-laki itu dan Qilistaria tentunya–berlarut-larut dalam aksi menertawakan.Tidak sakit hati atau pula tersinggung oleh semua perlakuan itu, si laki-laki berambut merah ini justru, … malah terus-menerus menampilkan senyuman terbaiknya kepada sang Duke.Memang benar, terkait hal penting apa yang barusan orang-orang itu bicarakan.
Segala perasaan yang terkurung di dada semacam keraguan, ketakutan, kecemasan, beserta kekhawatiran, … telah bercampur aduk dan berkecamuk, sampai membuat semuanya terasa remuk, menjadi sebuah serbuk-serbuk yang bubuk.Bagaimana jika, tangan itu menepisnya, … tatkala ia balik membalas uluran tangan dari lelaki tersebut?Bagaimana jika, tangan besar itu digunakan untuk menamparnya, memukulnya, atau menyiksanya, … dikala ia nanti ikut pergi bersama dengannya, meninggalkan kediamannya yang tak lebih dari sekadar tempat penangkaran kehidupannya selama ini?“Rumahnya memang tidak semewah dan sebesar mansion di Duchy sini, dan juga, … penghasilan Saya dalam usaha untuk mencukupi kebutuhan hidup pun, tidak akan sebanyak yang diberikan oleh orang tua Anda. Akan tetapi, satu hal yang pasti, ….”Ah, Qilistaria takut. Qilistaria bingung.Banyak sekali
“Nama Saya, Derian Aesundarishta. Istri bisa memanggil Saya, dengan sebutan yang Istri suka.”Berjalan secara berdampingan, bersama dengan suaminya yang telah disahkan oleh banyak saksi di pesta perjamuan sayembara tadi, … Qilistaria merasa kikuk.Ia tidak terlalu tahu harus bereaksi bagaimana, terhadap orang asing yang baru dikenalnya ini. Terlebih lagi, … karena dia adalah seorang laki-laki.“Saya lebih tua dari Anda dua tahun. Jadi, di tahun ini, Saya telah memasuki usia 20 tahunan.”Atas ancaman dari Duke Yoargi yang katanya akan membuang semua hasil panen kerja kerasnya, dalam beberapa bulan ke belakang ini dengan perasaan enteng, … secara terpaksa, Derian pun mau tak mau membawanya kembali bersamanya, menuju ke rumah miliknya yang sederhana.Mengikuti ke mana Derian akan mengajaknya pergi, Qilistaria hanya mengemasi sedikit barang-barang
“Ma-maaf! Sa-saya, telah menjatuhkannya sampai-sampai menimpa kaki Anda. Sa-saya … Sa-saya,”Berujar dengan tidak karuan, akibat dari merasa sangat bersalah, … Qilistaria langsung membungkukkan badannya berkali-kali, untuk meminta permohonan maaf dari Derian, … dengan tangan gemetarnya yang tak bisa berhenti mencengkeram erat rok gaun.Bagaimana jika Derian menjadi kesal padanya, lalu mengayunkan tangan ke arahnya, … untuk seterusnya memberikan sebuah pukulan, atau pula tamparan, sebagai bentuk dari hukuman?Apa yang harus ia lakukan, jika Derian terlampau marah terhadapnya, dan berakhir dengan membuang atau meninggalkannya di sini?Apa …? Bagaimana …? Dan, dan, … siapa yang, …? Argh! Pokoknya, pertama-tama, … Qilistaria merasa harus meminta maaf kepada Derian, dengan sangat bersungguh-sungguh.Derian yang tidak nyaman dikala d
Rumah yang ditinggali oleh Derian, adalah rumah panggung yang luasnya dapat ditinggali oleh tiga, sampai lima orang sekaligus. Cukup luas memang, namun, … rumahnya, hanya memiliki interior-interior yang sangat sederhana.Tiga kamar tidur, satu dapur, dan juga satu ruang tengah yang dapat digunakan sebagai ruang untuk makan, … adalah isi keseluruhan bagian dalam rumah panggung.Di bagian luar rumah, ada halaman luas yang dipenuhi oleh tanaman bunga. Sedangkan, untuk di bagian belakangnya, … ada bilik kamar mandi kecil yang bersebelahan langsung dengan sumur air timba.“Maaf, rumahnya … begitu sederhana untuk Anda.”Menggelengkan kepalanya dengan pelan, yang kemudian diselingi oleh gumaman, “Ehm,” Qilistaria mulai melangkahkan kakinya, untuk segera memasuki tangga rumah panggung berlantai papan kayu tersebut, dengan langkah yang begitu diperhatikan.&nbs