Share

Istri Duke Adalah Putri Yang Terkutuk
Istri Duke Adalah Putri Yang Terkutuk
Penulis: Aerina No 7

Chapter 1 - Si Putri Yang Terkutuk

Si putri jelmaan iblis. Si putri monster. Setan. Siluman. Bahkan juga si putri yang terkutuk, … adalah sebutan menyakitkan yang disematkan kepada putri sulung dari His Grace, the Duke of Yoargi, dari kerajaan kecil yang terletak berdekatan dengan satu kerajaan besar beserta satu kekaisaran agung, … bernamakan kerajaan Gupenhileum.

“Bisa-bisanya si perempuan terkutuk itu, lahir dari perutku.”

“Menyedihkan sekali, hidupku. Kenapa harus orang sepertinya sih, yang menjadi Kakakku?”

“Dia adalah anak yang tak berguna. Bagaimana jika kita menjualnya saja ke laki-laki tua bangka yang kaya raya, … untuk menjauhkannya dari kawasan Duchy ini?”

“Ayah, mana mungkin ada orang yang mau menerimanya, … jika bentukannya saja sudah sangat mengerikan begitu? Hih, ngeri aku!”

“Tinggal tutupi tangannya dengan sarung tangan panjang, kan bisa? Bukannya akan sangat menguntungkan, kalau dia dijadikan sebagai budak seks dengan wajahnya yang lumayan cantik itu?”

“Terserah apa katamu saja, suamiku. Yang jelas, aku juga tidak menginginkan si anak terkutuk itu, berada di sekitar sini lebih lama lagi. Hal itu akan merusak reputasiku sebagai orang yang telah melahirkannya. Apa-apaan dia?! Berani-beraninya berdiam diri di dalam rahimku selama sembilan bulan, dengan kondisi yang menyeramkan begitu.”

Qilistaria La Yoargi, ialah namanya.

Gadis yang berpenampilan muram, dengan rambut lurus panjang berwarna hitam, dan manik mata yang sewarna dengan hitam arang, … hanya menundukkan kepalanya dan melanjutkan suapan demi suapan makanan basi di hadapan meja makan, yang berseberangan dengan tiga orang anggota keluarganya.

Ia menyuapkan makanan basi tersebut dengan tangan yang gemetaran, sembari mendengarkan dengan teliti … hal apa saja yang sedang diperbincangkan oleh sang ayah, ibu, dan adik perempuan kandungnya, dalam rencana untuk menyingkirkannya dari rumah ini.

Tangan kanannya yang menyendok sup dingin dan sudah berbau tidak sedap, … lagi berasa basi itu, amat sangat berguncang begitu hebat. Sampai-sampai, air sup di dalam sudut sendoknya pun, menjadi tumpah dan membasahi gaunnya yang sederhana.

Ingin sekali ia kembali ke kamarnya, untuk segera menumpahkan air mata yang telah menggenang di pelupuk ini, … dan menangisi nasib malang yang telah membuatnya sangat menderita.

“Jika kau sudah selesai menghabiskan makananmu, cepatlah pergi kembali ke kamarmu. Keberadaanmu, sangat menggangguku … Qilistaria.”

“Y-ya, A-ayah.”

Qilistaria yang menyedihkan, segera menghabiskan sup basi yang sengaja diberikan oleh juru masak Duchy Yoargi … atas perintah dari sang Duchess, ibunya, yang katanya berkeyakinan kalau anak terkutuk seperti dirinya, tidak memiliki alasan bagus untuk diperlakukan dengan baik di Duchy yang suci ini. 

Habis makan, … Qilistaria segera pergi dari ruang makan sana, untuk menuruti titahan yang diberikan dari sang Duke, ayahnya, yang paling tidak telah memberikannya sebuah nama saat ia terlahir ke dunia.

“Besok, aku akan segera membuat sayembara kepada orang-orang, yang mungkin saja bisa membuat si anak aneh itu pergi dari sini. Jadi, kalian berdua jangan terlalu khawatir, okay? Bidadari secantik kalian, tidak boleh takut dengan iblis sepertinya.”

Duke Yoargi, mengatakan hal kejam itu dengan suara yang keras. Sengaja untuk didengar oleh orang yang bersangkutan, … yaitu, si putri sulung, yang posisinya sekarang masih belum terlalu jauh dengan ruang makan. 

Sementara itu, Qilistaria, yang memang telah mendengar perkataan menyakitkan dari sang Duke dengan sangat jelas, … lekas menggerakkan kakinya dengan cepat untuk melenggang pergi dari sana, dengan mata yang sudah sepenuhnya meluruhkan aliran air bening. 

Rasa mual akibat memakan makanan basi saja, ia hiraukan. Dikarenakan, … Qilistaria hanya memedulikan rasa sakit yang menguliti hati, beserta perasaannya di saat ini. 

Qilistaria masuk kamarnya, dan langsung mengunci pintu. Tubuhnya yang bersandar di permukaan pintu itu pun, … jatuh merosot ke atas lantai, dengan tenaga penopang berat tubuhnya yang terasa begitu sangat lemah.

Tangis sesenggukan mulai terdengar nyaring, di sunyinya ruang kamar yang hanya dapat di dengar oleh dirinya seorang.

“Ah~ Ah~ Aku ingin mati. Aku ingin mati. Aku ingin mati.” Qilistaria bergumam pelan semacam itu, dengan beberapa kalimatnya yang sengaja ia ulang-ulang seperti burung beo. 

Tangannya yang terbalut sarung tangan hitam sepanjang atas siku pun, dicopotkan olehnya, … agar ia dapat melihat seperti apa bentukan sesuatu yang tampak mengerikan dan terbilang terkutuk oleh semua orang ini, yang memang kenyataannya ada, … dan terdapat di anggota tubuhnya sendiri.

“Kenapa aku terlahir seperti ini? Kenapa hanya aku yang harus terlahir seperti ini? Kenapa semua orang sebegitu kerasnya dalam membenciku, karena aku terlahir dalam kondisi seperti ini?”

Manik mata kelam milik Qilistaria, yang penglihatannya tampak memudar akibat terhalangi oleh buliran bening genangan air mata di pelupuk itu, … menatap nanar telapak tangannya yang saat ini benar-benar gemetaran dengan sangat hebat, bersama perasaannya yang sudah dipenuhi oleh kacau balaunya berbagai macam campuran emosi, yang telah lama ia pendam. 

“Aku juga ingin terlahir dengan normal. Aku juga ingin disayangi oleh semua orang. Paling tidak, aku ingin dianggap sebagai manusia saja. Tetapi, kenapa, … kenapa hanya aku saja, yang Tuhan kehendaki untuk menjalani hidup dengan teramat sangat menderita ini?”

Dipandanginya kedua telapak tangan miliknya yang terasa kasar, lagi memiliki garis belahan yang melintangi kulit mulai dari ujung jari, sampai ke atas siku, … dengan penampilannya kurang lebih serupa dengan keringnya tanah di musim kemarau, dan juga tampak semacam akar pohon besar yang mengelakar.

Menakutkan, mengerikan, dan sangat menyeramkan, … memang pantas disematkan kepada penampilan kedua lengannya ini, karena itu semua, … memanglah kenyataannya.

Pada awalnya, penampilan yang sering membuat tangannya disebut sebagai tangan terkutuk itu, hanya terdapat sampai ke pergelangan tangannya saja. 

Namun, lama-kelamaan, garis-garis kutukan tersebut tampaknya semakin maju melahap lengan bagian atasnya, … sampai ke batas di atas siku dan di dekat ketiak, dalam lima tahun terakhir semenjak hari ulang tahun Qilistaria yang ke tiga belas.

Jangankan ada yang mau berinteraksi dengannya, atau bahkan sampai ke menggandeng tangannya barang sekejap. Di dekati oleh mereka dalam jarak yang sangat terbatas saja, sama sekali tidak. 

“Aku ingin mati. Namun, ….”

Penolakan dari orang-orang, delikan mata tajam mereka yang tak mengenakan, dan juga kesendirian yang menyepikan, … telah membuat perasaan kecil di hati Qilistaria yang lemah ini, menjadi meronta-ronta ingin segera dibebaskan dari penyiksaan batin yang menyengsarakan.

“… Aku juga, masih ingin merasakan hidup.”

Ini tidak adil.

Memang, dia benar-benar ingin mati sekarang. Akan tetapi, apakah ia bakal tenang nanti selepas dirinya mati, karena dirinya telah dibiarkan mati dilahap oleh kesengsaraan, … yang sepertinya telah sangat puas dalam hal mengenyangkan penderitaannya, sewaktu ia masih hidup di dunia?

“Aku ingin bahagia.”

Kalaupun akan mati pada akhirnya, bukankah akan terdengar bagus … jika ia mati karena terlalu bahagia, atau mati selepas puas merasakan kebahagiaan, … benar kan?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status