Share

Chapter 2 - Aku Juga Ingin ….

Ini sangat kejam.

“Aku ingin dicintai. Aku ingin diberi banyak limpahan kasih sayang.” 

Melihat sang adik perempuan yang memiliki usia tiga tahun lebih muda darinya, disayang juga dimanja oleh ayah beserta ibunya, bahkan sampai dicintai oleh semua para pekerja di kediaman Duchy mereka pula, … membuat Qilistaria, mau tak mau terjatuh dan terperosok ke dalam sebuah kubangan kotor, yang dipenuhi oleh perasaan iri dan dengki.

“Cinta dan kasih sayang, mereka semua merasakannya, … mereka semua memilikinya. Akan tetapi … kenapa? Kenapa hanya aku saja yang tak mampu mendapatkannya?”

Menjambak rambut panjangnya kuat-kuat, dan ratap tangis yang disertai oleh derasnya aliran air mata, Qilistaria pun, … kembali meracau.

“Aku tak mau hidup sengsara, atau pun mati dalam keadaan tak bahagia.”

Sudah genap delapan belas tahun ia hidup di dunia, … sudah belasan kali pula ia mencoba mengakhiri hidupnya. 

Mulai dari menenggelamkan diri ke danau, menegak racun, membesutkan pisau untuk menggores urat nadi di pergelangan tangannya sampai memancarkan darah yang menggelontor, … dan juga hal lain sebagainya, yang tampaknya berhasil digagalkan oleh para pekerja kediaman mereka, … atas titahan dari sang Duke.

Padahal, Duke Yoargi sendiri, … tak pernah sekali pun menganggapnya hidup, juga tak akan mungkin membiarkannya untuk tidak hidup. 

Alasan kenapa sang Duke itu bersikeras untuk mencegah Qilistaria dari membunuh dirinya sendiri ialah, karena untuk memanfaatkan otak cerdasnya, … dalam membantunya menangani urusan politik dalam berbagai wilayah Dukedom yang ia kelola. 

Pada awalnya, Qilistaria mencoba berpikiran positif. Tak apa jika penampilannya buruk seperti itu, asalkan ia memiliki otak yang sangat baik, untuk bisa diakui … maupun diperhatikan oleh Duke Yoargi.

Namun, malang yang tak di sangka, … kemampuan unggul Qilistaria ini, justru hanya dimanfaatkan saja. 

Dia tak kunjung diberi perhatian atau juga kekhawatiran, yang sedikitnya dapat membuat Qilistaria merasakan sebuah perasaan yang kerap kali dikait-kaitkan dengan rasa kasih sayang, … kepada dirinya, yang benar-benar merasa sendirian di dunia terasing ini.

Lalu, apa tadi katanya …? 

Ayahnya itu, akan mengusirnya dari rumah dengan cara menikahkannya, atau bahkan sampai mau menjadikannya sebagai budak seksnya orang lain, bukan?

Apa dunia ini, betul-betul telah berlaku adil kepada semua orang? 

Kenapa, … kenapa, … dan kenapa, dunia hanya berlaku kejam kepadanya saja? 

Tidak adakah seorang pun yang mau menyelam untuknya, … demi mengangkatnya yang sedang tenggelam, di dalam lautan yang telah banyak terpenuhi oleh rasa kepedihan ini?

“Aku takut, aku cemas.”

Hidup sendirian itu sangat kesepian. Mati sendirian pun, akan terasa sangat menyedihkan.

“Aku hanya berharap, … kalau aku mati, segera setelah merasakan yang namanya kebahagiaan.”

•••

“Hei, apa kau sudah baca pamflet yang tersebar di jalanan, dengan cap stempel Duke Yoargi?”

“Hah? Pamflet apaan? Memangnya, isi dari pamflet itu apa sih?”

“Ini, katanya, … Duke secara terang-terangan akan memberikan anak gadisnya, kepada siapa pun orang yang bersedia menampungnya.”

“Anak gadisnya yang mana? Yang kedua?”

“Bukan! Yang pertama.”

“Gah! Tolol. Mana ada orang yang mau hidup bersama dengan anak gadis pertamanya, yang seperti monster itu? Orang gila pun, mana mungkin mau.”

“Namun, ini gratis loh! Tanpa perlu memberikan mahar untuk membawanya keluar dari Duchy, sebagai istri sahmu.”

“Anying! Kalau begitu, kau saja yang memperistri dia.”

“Wah, aku sih … tidak mau.”

“Terus kenapa membicarakan ini padaku? Mau memaksaku untuk menikahi monster sepertinya, hah?”

“Bruh, santai saja kali. Aku kan, hanya ingin mengobrolkan sesuatu yang tengah ramai diperbincangkan semua kalangan masyarakat kerajaan ini.”

Mendengarkan percakapan, dari dua orang yang sedang berjalan melewati pematang ladangnya, … seorang laki-laki muda yang tengah asyik mencangkul lahan untuk ia tanami dengan bibit tanaman gandum nanti, kini memberhentikan aktivitas bertaninya sejenak, … hanya karena untuk membaca selebaran pamflet yang dijatuhkan oleh satu dari dua orang yang berjalan sembari berbincang-bincang sedikit tadi, dengan raut muka yang begitu serius.

“Princess of Yoargi, Qilistaria La Yoargi … ya?”

Dituliskan di dalam pamflet sana, sebuah pengumuman sayembara terbuka yang akan diselenggarakan di kediaman Duke Yoargi. 

Pesta besar untuk khalayak ramai dari berbagai kalangan jenis tingkatan masyarakat, tengah dipersiapkan untuk acara memberikan anak sulungnya besok, … kepada siapa pun yang akan menerima putri terkutuk semacamnya itu, dengan hati yang penuh akan kesenangan, … selayaknya akan membeli sebuah barang yang dilelang.

Si laki-laki itu, yang memiliki penampilan sederhana dengan rambut dan mata berwarna merah terang menyala, dan juga memiliki latar keluarga yang bukan siapa-siapa, dengan kondisi keuangan juga yang hanya dapat berpenghasilan pas-pasan saja, … tampak menyinggungkan sebuah senyuman samar, di bawah silaunya terik sinar mentari siang.

“Sepertinya, Saya ….”

Entah karena memang kepanasan, atau karena timbul rasa tersipu dari lubuk hatinya yang terdalam, … si laki-laki itu memiliki ekspresi wajah yang begitu terlihat senang, … dengan rona merah terang, seterang warna merah pada rambut dan matanya, yang sudah merona merah menutupi seluruh bagian pipi dan cuping telinga.

“… Begitu beruntung, dapat bertemu dengan Anda kembali, ….”

Menjatuhkan cangkul ke tanah yang sedari tadi masih ia genggam di tangan kanannya, si laki-laki itu pun lekas memegangi pamflet tersebut, dengan ekstrak hati-hati menggunakan kedua telapak tangannya, … yang terasa sangat kasar akibat dipenuhi oleh kapalan.

“… My Princess.”

Mungkin, karena ia sudah gila, atau mungkin entah karena apa, … dengan malu-malu, si laki-laki itu pun mengecup pamflet tersebut, beserta diiringi oleh manisnya senyuman simpul yang terpancar dari wajahnya, yang semanis madu.

“Pesta beserta sayembaranya, akan diberlakukan pada esok hari.”

Melipat pamflet dan memasukkannya ke dalam saku celana, si laki-laki itu pun, … bergegas mengambil cangkul dan memangkunya di bahu, untuk kemudian ia bawa ke rumah kecil tempat di mana ia beristirahat … bersama dengan satu-satunya anggota keluarga, yang masih hidup bersamanya sampai saat ini. 

“Ada banyak yang harus Saya siapkan. Bahkan, itu mungkin saja akan membuat Saya menjadi terjaga selama semalaman suntuk.”

Meskipun, tidak ada orang yang akan mendengarkan semua ucapan-ucapan yang ia katakan dalam aksi berbicara sendiri, di tengah perjalanan pulangnya ini, … tetap saja, si laki-laki itu lanjut bergumam.

“Namun, tidak apa-apa. Jika Saya melakukan hal tersebut, dalam tujuan memiliki Anda, Saya rasa … itu semua bukanlah sebuah masalah. Saya justru malah merasa sangat bersenang hati, dalam melakukannya.”

Tersenyum penuh kehangatan, dikala dirinya tiba-tiba teringat sebuah kilas balik singkat di masa kecilnya, … si laki-laki itu pun kembali berkata.

“Karena itu semua demi Anda, ….”

Memori indah dalam benaknya, yang menampilkan sesosok bocah perempuan kecil sedang tertawa lebar, dengan sebagian besar mulut yang tertutup oleh telapak tangan bersarung tangan hitam sepanjang pergelangan, … membuat rona wajah yang terdapat di muka si laki-laki ini pula, dua kali lipat bertambah pekat.

Sebuah kejadian lampau, yang memang telah terjadi pada waktu sembilan tahun lalu di hidupnya itu, masih terekam begitu jelas, … di ingatan tajam milik si laki-laki muda ini.

Mungkin, karena itu adalah kejadian langka. Atau mungkin juga karena kejadian itu adalah suatu hal yang tidak dapat disangka-sangka oleh pikiran labilnya, sudah membuat si laki-laki itu, … menganggap si putri terkutuk, anaknya Duke Yoargi, yakini Qilistaria ….

“… Qilia.”

… Sebagai orang yang dinilai, … cinta pertamanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status