Besok aku crazy update ya hihihi semoga dapet banyak bab.
“Tenang saja, menginap semalam tidak akan membuatmu hamil,” ucap Sergio kelewat santai.Uhukk!Shiena langsung tersedak. Suapan pertama masakannya terasa menyesakkan di tenggorokan. Membuatnya terbatuk-batuk dan berhasil menjadikan wajahnya bak kepiting rebus.Melihat pemandangan tak mengenakkan itu, Sergio buru-buru membantu Shiena meneguk air dingin. Setidaknya, gadis itu bisa bernapas dan tak merasa kesakitan."Ck. Ceroboh sekali," ejek Sergio yang dibalas pelototan galak dari wajah cantik Shiena.Jari telunjuk Shiena mengacung tegak ke arah Sergio. "Gara-gara kamu!""Kalau bicara itu yang benar, masa iya mau menginap sedangkan kita cuma berdua?"Dahi Sergio mengerut bingung. "Ya lalu masalahnya di mana?""Menginap bukan berati tidur seranjang kan? Aku hanya menemani supaya kamu tidak sendirian. Lalu apa yang harus dikhawatirkan?"Shiena menggeleng cepat. "Tidak! Sekali tidak ya tidak! Aku tidak mau. Titik!"Bukan karena gengsi, tetapi yang Shiena putuskan ini demi keberlangsungan
Tak jadi bangun dari duduknya, tatapan Karissa jatuh pada asisten pribadinya yang berdiri di samping kiri. "Ah tidak usah, Vallen.""Aku bisa minta tolong Sergio saja. Lagipula, ini bukan tugasmu. Terlebih, hari ini jadwalmu sudah sangat padat," tolaknya yang enggan merepotkan Vallen.Perempuan bertubuh tinggi dengan setelan formal berwarna gelap itu tersenyum simpul. "Tidak masalah, Nyonya Karissa. Semuanya masih bisa saya handle.""Lagipula malam ini bukankah saya ada janji temu dengan Tuan Swann di daerah utara yang artinya saya juga lewat arah yang sama dengan rumah Nona Shiena."“Ah, aku baru ingat. Tapi apa tidak apa?" Karissa hanya merasa Vallen dan Shiena tidak sedekat itu untuk saling merepotkan.Jika Sergio kan lebih enak rasanya kalau diperintah.Satu tundukan penuh hormat dilayangkan sopan oleh Vallen. "Iya, Nyonya. Lebih efisien rasanya jika saya yang sekalian mengantar daripada meminta Sergio datang karena hanya akan memakan waktu lama.” "Ah betul juga katamu ... Ya sud
"Benar ini kan rumahnya?" Sergio bertanya, begitu mereka sampai di depan bangunan sederhana dengan halaman yang lumayan untuk parkir mobil di dalam gang.Tangan Shiena meraih tas kecil yang ditaruh di dashboard. "Iya betul. Aku pernah ke sini sekali.""Yuk turun," ajaknya pada Sergio yang manggut-manggut dan langsung mengambil topi juga kacamata. Mengikuti langkah Shiena yang lebih dulu beranjak menuju teras rumah itu, Sergio mengedarkan pandangannya. "Kakakmu sudah tahu kalau kamu pulang hari ini?" "Biasanya jam 9 begini dia masih di pasar," terang asisten pribadi Luciano itu sesaat setelah melirik arloji yang melingkar kokoh di pergelangan tangannya.Shiena menggeleng sembari menundukkan badan, mencari-cari sesuatu di deretan pot yang menghiasi pelataran rumah ini. "Dia belum tahu aku pulang sekarang.""Itulah kenapa, aku akan membuatkan surprise buat Kak Ben. Nanti bantu aku hias rumah ya?"Anggukan santai dilempar Sergio sambil melihat-lihat sekitar. Mata yang biasa mengintai it
"Hati-hati ya bawa mobilnya. Tidak usah buru-buru. Santai saja," tutur Karissa setelah semua barang-barang masuk ke dalam mobil.Sergio tersenyum tipis. “Tenang saja, Nyonya. Kecuali kalau dia tiba-tiba menggigit di tengah jalan.”“Kau pikir aku anjing gila?” Shiena bicara dengan dagu terangkat dan mata melotot.Sikapnya itu yang membuat Sergio suka sekali meledek. “Biasa saja, Nona.”"Sudah cukup bercandanya. Kasian Shiena kalau terlalu lama menunggu,” ucap Karissa.Anggukan patuh dilayangkan Sergio. "Kita akan berangkat sekarang.""Ada yang ketinggalan tidak? Semuanya sudah masuk kan?" tanyanya memastikan lagi pada Shiena yang refleks manggut-manggut.Setelah semuanya beres dan terkendali, barulah Shiena dan Sergio melangkah menuju mobil. Diiringi dengan Karissa, Luciano, Valen, dan kedua bocah kecil yang melambaikan tangan dengan pekikan nyaring."Bye byee, Aunty!""Hati-hati, Aunty!"Shiena tersenyum cerah lalu membalas lambaian tangan itu. "Dadaaa!"Ketika Shiena baru akan membuk
Untung saja, Sergio dengan cepat menyahut supaya Karissa dan Luciano tidak sampai bertengkar gara-gara Allerick."Kamu lebih lama mana, mengenal Aunty atau Uncle, hm? Nanti bisa uncle yang bacakan dongeng.”“Ah, ada Uncle Sergio. Dia lebih jago membacakan dongeng. Tenang saja,” ucap Shiena.Allerick menghembuskan napas dengan tampang lempengnya. "Ah malas. Kalau Uncle yang bacakan, yang ada jadi pidato kenegaraan." Kompak, ketiga orang dewasa di sana tertawa renyah. Bahkan Shiena yang tadi sempat berpihak justru berbalik menertawakan kebenaran yang nyaris dilupakannya itu. Membuat Sergio komat-kamit merutuki celotehan menyebalkan keponakannya itu.“Kalau begitu titip salam untuk kakakmu,” ujar Luciano karena kalau terlalu lama menunda, nanti keburu sore dan sampai rumah bisa malam.“Iya, Tuan. Akan saya sampaikan,” sahut Shiena tersenyum lebar.Baru juga hendak menarik koper, Karissa menghentikan lagi seakan masih belum sepenuhnya rela. "Sekarang banget ya?""Tidak bisa ditunda besok
Setelah mengantar Rosetta, Damian juga Aiden ke Bandara untuk terbang ke Italia. Dua pasangan mafia yaitu Luciano dan Karissa pun melanjutkan perjalanan menemui pengacara untuk mengurus perceraian.Tidak lama untuk mengurus semua.Dan tujuan terakhir yaitu pulang ke Mansion Luther, di mana Allerick dan Seraphina sudah lebih dulu ada di sana sejak pagi.Begitu sampai di mansion, Karissa dikejutkan oleh koper-koper yang berjejer di lantai bawah bangunan mewah tersebut."Kau pergi hari ini?" Karissa nyaris meninggikan suaranya pada Shiena yang sedang mengobrol dengan Martha dan Vallen.Shiena menoleh lalu meringis. "Aku sudah mengatakan padamu, Cantik," godanya mencolek dagu Karissa.“Kau mengatakan akan pindah, tapi bukan tiba-tiba begini.” Karissa masih rasanya tidak rela ditinggal Shiena.Selama ini dia jatuh bangun bersama sahabatnya. Jadi sudah terbiasa ada di satu atap yang sama."Aku masih bisa sering-sering datang,” jawab Shiena menyipitkan matanya sambil tersenyum."Kamu yakin?