Ketika daratan kuno masih berusia 4700 SM, dunia dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu atas, tengah, dan rendah. Masing-masing dari mereka bisa dicapai menggunakan formasi teleportasi spasial sangat rumit dan hanya ada di beberapa wilayah saja.
Di dunia Dixia atau dunia rendah, terdapat 9 kerajaan besar dengan urutan dari yang paling makmur, adalah: Cui (Emerald), Tong (Tembaga), Tie (Besi), Jiuhe (9 Sungai), Donghe (Bangau Timur), Yun (Awan), Wu (Kabut), Shi (Batu), dan Sha (Pasir).
Adalah Yao Yulan, gadis 20 tahun yang tumbuh besar di sekte iblis Mogui Yao milik Yao Ming di dunia Dixia, kerajaan Yun, kota Luohan.
Dia berperangai lembut, suka kebersihan, dan penurut serta tekun berkultivasi sesuai arahan gurunya, yaitu tetua pertama sekte, Yao Yimao.
Parasnya manis dan tidak membosankan bila dipandang, ditambah mata besarnya yang indah, menyebabkan dia menjadi murid kesayangan Tetua pertama.
Tingginya 165 cm dengan bobot 50 kg, sehingga penampilannya ramping memikat.
Saat ini, dia sedang berada di pasar kota bersama pelayan khususnya, Yao Mingyi. Namun, mendadak ada teriakan panik tak jauh darinya.
“Awas! Banteng lepas! Bantengnya lepas!” teriak orang-orang sambil berlarian menghindar.
“Nona Yulan, awas!” teriak Yao Mingyi ketika melihat banteng roh berlari kencang ke arah nona majikannya. Dia berdiri terpisah cukup jauh dari majikannya.
Mata indah Yao Yulan menoleh ke arah keributan dan melihat banteng roh hitam legam bertubuh besar sedang berlari ke arahnya. Dia menatap tajam ke hewan itu.
Yao Yulan sudah mulai mengumpulkan energi qi di tangan kanannya sambil tangan kiri menggenggam jepit rambut yang baru saja dibeli. Dia ada di tengah jalan, di jalur lari si banteng, siap menghantamkan serangannya ke hewan ganas tersebut.
Namun, mendadak saja, Yao Yulan justru merasa tubuhnya melayang karena disambar, bukan oleh banteng, melainkan seseorang. Rupanya ada yang mengangkatnya terbang begitu cepat.
Benar saja, ketika kakinya hampir mendarat di atap rumah salah satu penduduk, dia kini bisa melihat sosok lelaki berpakaian ala tuan muda bangsawan memeluk pinggangnya.
Yao Yulan segera mendorong pelan lelaki itu di udara agar bisa menciptakan jarak yang pantas bagi mereka. Segera, kakinya berhasil tiba di atap dengan gerakan gemulai dan halus.
Kini, dia dan lelaki itu saling berhadapan di atap.
Lelaki itu tersenyum penuh daya pikat pada Yao Yulan. “Maaf, aku langsung membawamu ke sini tanpa meminta izin. Kupikir kau dalam bahaya.”
“Terima kasih.” Dia berbalik hendak turun, tak mau repot-repot mengurai banyak kata pada lelaki di hadapannya. Padahal dia tak butuh ditolong dan bisa mengatasi banteng roh itu sendiri.
Yao Yulan kesal di hatinya, apakah lelaki itu berpikir semua wanita lemah dan tak bisa bertarung mempertahankan diri?
Namun, lelaki itu seperti belum ingin menyudahi percakapan dan berkata, “Namaku Wang Qifeng. Bolehkah aku mengetahui nama Nona?”
Yao Yulan memutar badannya ke Wang Qifeng, berkata dengan nada dingin, “Maaf, saya sudah bersuami, bukan lagi nona. Permisi.” Setelah itu, dia terbang dengan anggun ke bawah dan disambut pelayannya. “Ayo, Mingyi, kita pulang!”
Wang Qifeng tertegun melihat respon Yao Yulan. Sama sekali tidak menyangka senyum memikatnya gagal membuatnya mendapatkan nama seorang gadis muda yang begitu cantik. Dia mulai mempertanyakan ketampanannya.
Kemudian, mata Wang Qifeng melihat benda berkilau di dekat kakinya. Sebuah jepit rambut.
“Nona, Anda tidak apa-apa?” tanya Yao Mingyi sembari matanya memindai Yao Yulan dari atas hingga bawah sambil berjalan.
Yao Yulan dengan lembut menjawab, “Aku baik-baik saja.”
“Tuan tadi sangat tangkas, begitu cepat menyambar dan menyelamatkan Anda, Nona!” Yao Mingyi antusias ketika membicarakan adegan itu.
Tak ada perubahan ekspresi di wajah datar Yao Yulan dan hanya menyahut, “Kau ini bicara apa, Mingyi? Ayo, lekas kembali ke sekte!”
Kedua gadis muda itu mempercepat langkah dan tiba di sebuah bangunan besar di sebuah bukit dengan gerbang tinggi dari kayu pilihan. Di atasnya, terpampang papan nama bertuliskan: Sekte Iblis Mogui Yao.
Ketika keduanya sudah berada di dalam sekte, mata Yao Yulan segera menangkap pemandangan tak pantas dari dua orang berlawanan jenis tak jauh darinya. Yao Xiren dan Yao Xiuwen. Keduanya bercanda dengan mesra.
Mengabaikan pelayannya, Yao Yulan segera menghampiri Yao Xiren. “Suamiku, kenapa masih di sini sesiang ini? Apakah kau belum berlatih di ruang Hetian?” Kemudian matanya melirik gadis muda di sisi suaminya. “Xiuwen, bukankah kau seharusnya melakukan meditasi tertutup hari ini?”
Mata Yao Xiren membara mendapatkan teguran lembut istrinya. “Yulan, apa urusanmu dengan aku berlatih atau tidak? Kalau aku sedang ingin bersama adik Xiuwen, artinya aku ingin bersama dia!”
Yao Xiuwen menyentuh dada Yao Xiren, berkata dengan suara merayu, “Kakak Xiren, aku yang salah. Harusnya aku tidak bertanya padamu mengenai jurus Api Melahap Gunung. Aku memang terlalu bodoh.”
Yao Xiren segera berpaling ke adik seperguruannya, berkata lembut, “Kamu sama sekali tidak salah, Adik. Kau memang butuh bimbinganku. Ayo, ke tempat lain saja! Di sini terlalu banyak gangguan.” Dia lekas menggandeng tangan Yao Xiuwen, menjauh dari Yao Yulan.
“Suamiku!” panggil Yao Yulan.
Yao Xiren menoleh dengan pandangan tajam penuh benci dan jijik pada Yao Yulan, istrinya. “Jangan ganggu aku dengan calon istri baruku!” Setelahnya, dia pergi bersama Yao Xiuwen.
Yao Yulan membeku di tempatnya. Amarah dalam dada berkobar hebat. Ini sudah kesekian kalinya suaminya berdekatan terlalu akrab dengan adik seperguruan mereka, Yao Xiuwen, dan kini mereka akan menikah?
Saat ini usia Yao Yulan 20 tahun dan Yao Xiuwen 2 tahun di bawahnya. Namun, nama adik seperguruannya semakin melejit beberapa tahun belakangan ini dan menarik perhatian suaminya.
“Kau ini orang payah, tak usah mengganggu pasangan kak Xiren dan adik Xiuwen!” hardik salah satu murid sekte yang ada di dekatnya.
“Benar! Kau hanya gadis cacat yang kultivasinya mandek. Jangan bandingkan dengan adik Xiuwen yang genius dan bertalenta tinggi.” Murid lainnya menimpali.
“Ya, dewi Xiuwen kami sangat berbakat, di usia 18 tahun sudah mencapai alam Pemurnian Qi, tidak sepertimu yang terus mandek di Pengumpulan Qi. Puih!” cetus murid lain sambil memandang hina ke Yao Yulan.
“Lebih baik kau sadar diri saja dan biarkan mereka berdua. Mereka pasangan serasi!” saran murid lain lagi sambil memberikan pandangan iba pada Yao Yulan.
Tak ingin berdebat, Yao Yulan memilih pergi dan kembali ke kamarnya di pondok Huohua, salah satu area yang khusus ditempati keluarga tetua sekte.
“Nona, abaikan saja ocehan mereka!” Yao Mingyi menuangkan teh Dongfang Meiren kesukaan majikannya. “Mereka kecoa jelek yang hanya bicara sampah! Dulu ketika Nona berjaya dengan kultivasi Anda, mereka memuja-muji Nona sampai terkentut-kentut! Sungguh tak tahu malu, sekarang mereka mengejek Nona hanya karena ada orang baru seperti Xiuwen!” Si pelayan terdengar emosi.
“Apakah aku memang harus merelakan suamiku dengan adik seperguruan? Tapi, hatiku sakit. Apalagi kemarin ketika aku mendatangi guru Yimao mengenai ini, guru justru menyuruh agar aku menerima saja apabila suamiku ingin menikahi gadis lain karena menurut guru, lelaki wajar memiliki istri lebih dari satu.” Yao Yulan sedih, dia menahan tangisnya, tak mau terlihat lemah di mata pelayannya. “Hatiku sungguh hancur mendengar guru berkata seperti itu, Mingyi.”
“Nona, yakinlah bahwa kau lebih hebat dari si jelek Xiuwen!” celoteh si pelayan untuk menghibur majikannya.
“Aku ingin pergi saja dari sini daripada harus menyaksikan suamiku menikahi wanita lain.” Yao Yulan menatap tegas pelayannya.
Maka, hari pelarian ditentukan. Yao Yulan sudah mengaturnya. Yao Mingyi bersikeras ingin ikut namun tidak dia izinkan. “Aku tak mau menyeretmu, Mingyi. Tetaplah di sini dan belajar tekun mewakili aku, yah!”
Sayang sekali, rencana itu didengar Yao Xiuwen ketika dia menguping di dekat kamar Yao Yulan. Mendadak saja, dia mendapatkan rencana bagus untuk itu.
***
Besok malamnya, ketika Yao Yulan sudah mempersiapkan semuanya, dia segera ke area paling minim penjagaan.
Namun, siapa sangka, ternyata dia sudah dihardik Yao Xiuwen dan banyak murid lainnya. “Tangkap pencuri kitab pusaka milik guru Yimao!” teriak gadis jahat itu sambil menuding tegas ke Yao Yulan.
Ini menimbulkan keheranan di hati Yao Yulan. Dia mencuri? Mencuri kitab? Tapi, dia tak ada waktu dan harus melanjutkan pelariannya karena anggota sekte makin banyak berdatangan untuk menangkapnya.
Yao Yulan lekas melompati tembok dan berlari secepat mungkin ke arah hutan. Sekte Mogui Yao terletak di lembah Sidan Gu (Lembah Putus Nyali) dan agak terpencil dari pemukiman penduduk.
“Kejar dia sampai dapat! Jangan sampai lolos!” Teriakan Yao Xiuwen terdengar nyaring di belakangnya.
Berhenti di dekat bibir tebing Ku Ya (Tebing Ratapan), Yao Yulan terpaksa menghadapi para pengejarnya. “Aku tidak mencuri apapun! Aku hanya ingin pergi! Kalian tentu ingin aku pergi, kan?” teriaknya.
“Jangan percaya padanya! Aku melihat dia mencuri kitab guru!” Yao Xiuwen mendebat.
Mata Yao Yulan mendelik ke adik seperguruannya. Dia sudah cukup lama bersabar menghadapi gadis itu, kali ini sudah tidak mungkin! “Kau boleh asal makan, tapi jangan asal bicara! Mana mungkin aku mencuri kitab guru?”
“Heh! Dasar kau wanita tak berguna! Kembalikan kitab guru!” Salah satu murid luar tetua pertama menghardik Yao Yulan sambil mendelik ganas seakan ingin mencabik.
“Sudah kukatakan, aku tak punya kitab itu! Geledah saja tasku kalau tak percaya!” Yao Yulan terpaksa melemparkan tasnya ke rombongan murid gurunya.
“Jangan terkecoh! Dia pasti sudah menyembunyikannya terlebih dahulu untuk mengambilnya nanti ketika kita pergi!” Yao Xiuwen memprovokasi. “Tangkap dan siksa dia sampai mengaku!”
Situasi sudah kacau. Yao Yulan tak ada pilihan lain selain melawan ketika hendak ditangkap. Walaupun kultivasinya mandek di tingkat Pemurnian Qi level tinggi, namun dia masih lebih unggul dibandingkan beberapa murid-murid luar dari gurunya, tetua pertama sekte.
Ternyata, Yao Xiuwen ikut bertarung dan ini menyulitkan Yao Yulan. Kultivasi mereka berbeda tingkat mayor, dan itu terlalu jauh perbedaannya. Tak heran jika Yao Yulan berhasil dilukai sampai muntah darah oleh Yao Xiuwen.
Ketika tapak tangan Yao Xiuwen hendak dihantamkan ke kepala Yao Yulan, Yao Mingyi menerjang dan menggantikan majikannya menerima tapak tangan itu.
“Mingyi!” Yao Yulan terkejut. Tapi, dia tidak diberi kesempatan untuk meraih pelayannya yang berkorban nyawa untuknya. Dia terus terpojok hingga mencapai bibir tebing. “Kalian semua begitu keji padaku. Aku bersumpah di kehidupan selanjutnya, aku tak akan melupakan dendam ini dan akan kumusnahkan sekte iblis Mogui Yao!”
Lalu, menebalkan nyalinya, dia melompat dari tebing ke jurang Wu Di Shenyuan (Jurang Tanpa Dasar) dan menghilang ditelan kabut tebal di sana.
Melihat Yao Yulan melompat ke jurang, alangkah kesalnya Yao Xiuwen. Dia sibuk mengumpat, “Sial! Tidak kusangka si bodoh itu punya nyali untuk bunuh diri!” Dia benar-benar kesal karena tak berhasil menyiksa saingannya.Di matanya, Yao Yulan adalah duri dalam daging. Namun, kini, meski tak berhasil menangkap untuk dia siksa, setidaknya dia puas karena Yao Yulan sudah mati di jurang yang terkenal sangat dalam itu. Tak pernah ada kabar seseorang berhasil selamat usai melompat dari sana.“Adik Xiuwen, bagaimana ini? Kita kembali tanpa hasil?” tanya salah satu murid luar tetua pertama.“Huh! Dia sudah mati, mau bagaimana lagi? Ayo kembali saja ke sekte! Laporkan si bodoh sudah mati!”” Yao Xiuwen hendak melangkah.Namun, murid lainnya bertanya, “Lalu, bagaimana dengan mayat pelayan ini?” Sembari dia menunjuk jasad Yao Mingyi.Yao Xiuwen melirik sekilas ke jasad Yao Mingyi, teringat bahwa gadis pelayan itu sempat memaki dia jelek di depan Yao Yulan sebelumnya. “Biarkan saja mayatnya di sini a
Hari demi hari dihabiskan Yao Yulan di dalam gua untuk mempelajari kultivasi baru yang ternyata memang sangat cocok dengannya.Pada hari ke-10, dia merasakan tubuhnya lebih kuat dan dipenuhi qi pedang yang menyegarkan.“Hm, aku sudah menghapus kultivasi sekte iblis dan mengganti dengan kultivasi guru tengkorak. Rasanya aku tak perlu memakai nama sekte lagi.” Yao Yulan mulai memikirkan ini.Di dunia Dixia, ketika seseorang memasuki sebuah sekte, maka nama keluarganya berganti dengan nama marga pendiri sekte.Setelah dia keluar dari sekte iblis, maka dia tak perlu lagi memakai nama pendiri sekte. Dia kini akan kembali menggunakan nama keluarganya, Zhang Yulan.“Ya, aku adalah Zhang Yulan!” Matanya memancarkan pendar keyakinan teguh.Setelah berhari-hari di dalam gua, dia ingin keluar sejenak mencari udara segar.Saat kakinya menginjak area luar gua, dia menatap pohon tempatnya tersangkut kala itu. Dia melihat-lihat pohon dengan lebih seksama.“Ternyata pohon ini memiliki buah berwarna u
Zhang Yulan benar-benar meneguhkan niatnya berpetualang di luar. Ini dilakukan agar kultivasi bela dirinya semakin matang dan memperkaya pengalaman.Dia harap, dengan melakukan petualangan, dia bisa menerobos ke alam Kondensasi Qi, tingkat kultivasi paling tinggi di dunia Dixia.Kemajuan kultivasi seseorang tidak hanya ditentukan dari pil alkimia, buah roh, batu roh, dan meditasi tertutup semata, tapi juga dari banyaknya pertarungan hidup dan mati sang kultivator yang akan membuat ilmunya makin matang secara organik.Dia benar-benar membutuhkan banyak pengalaman pertempuran nyata.Tak lupa, sebelum dia keluar dari gua, dia membawa serta tuan tengkorak di cincin spasialnya. Dia tak tega meninggalkan sang guru di gua dan berniat menguburkannya secara layak di dalam tanah.Selain itu, dia juga mengambil semua buah Qishu di pohonnya untuk bekal petualangan dia. Toh, pohon itu akan kembali berbuah nantinya.Menggunakan langkah ringan, Zhang Yulan menuruni dinding tebing dengan berpijak dar
Wang Qifeng membopong Zhang Yulan dan membawanya ke sebuah pondok kayu yang biasa digunakan pemburu untuk beristirahat ketika mereka datang ke hutan.Setelah merebahkan tubuh Zhang Yulan di kasur, Wang Qifeng keluar sebentar untuk mengatur formasi pelindung sekaligus penghalang, sehingga hewan roh maupun manusia yang tidak berkepentingan tak bisa masuk ke pondok.Gerakan lelaki itu terkesan luwes saat dia melempar beberapa batu roh level atas dan bendera formasi di beberapa sudut pondok, seakan dia sudah terbiasa melakukannya.Setelah formasi terbangun dengan kuat, dia kembali masuk ke pondok dan menatap Zhang Yulan yang terbaring pingsan di kasur. “Tsk, malangnya dirimu.”Menggunakan beberapa totokan qi, Wang Qifeng kemudian merobek pakaian di bagian dada Zhang Yulan untuk melihat lebih jelas luka di sana.Segera saja, terekspos kulit putih mulus bagaikan giok terlihat beserta gundukan kenyal yang masih tertutupi kain bebat khas yang biasa dipakai kultivator wanita zaman itu.Wang Qi
Zhang Yulan terbangun dengan pusing di kepala akibat terlalu banyak minum arak. Dia seharusnya ingat bahwa dia bukan peminum yang baik.Ketika duduk di tepi tempat tidur rotan, dia heran karena suasana terlalu sunyi. Apakah Wang Qifeng sedang di luar? Atau mungkin saja Lelaki itu masih berburu hewan roh?Segera, Zhang Yulan duduk bersila dan memutar energi qi dia untuk memulihkan diri. Sebagai kultivator yang sudah mencapai Alam Pemurnian Qi tingkat tinggi, tentunya mudah mengenyahkan efek mabuk.Dalam hitungan 5 helaan napas, Zhang Yulan sudah pulih sepenuhnya. Dia turun dari tempat tidur dan matanya menemukan surat di atas meja. Itu dari Wang Qifeng.“Ternyata dia pergi,” bisik Zhang Yulan usai membaca surat dan menyimpannya di cincin spasial.Dia memutuskan keluar kamar. Suasana benar-benar sunyi meski masih ada suara burung samar-samar di kejauhan.Sewaktu Zhang Yulan berdiri diam di depan pondok cukup lama, mendadak saja dia teringat akan kerangka gurunya. Bukankah dia ingin meng
Baru saja Zhang Yulan membatin betapa damai kehidupan di pondok, itu dipatahkan dengan adanya geraman rendah kawanan serigala yang terdengar dekat.Apakah serigala itu sedang meledek pemikirannya?Sebenarnya, pemikiran Zhang Yulan tidak salah karena Wang Qifeng sudah memberikan formasi pelindung di sekitar pondok kayu untuk menghalau hewan roh agar tidak menerjang masuk seenaknya.Maka, tak heran jika kawanan serigala roh hanya bisa mengepung pondok saja tanpa mereka bisa menerjang masuk.Ketika ada serigala yang mencoba menerobos pertahanan formasi buatan Wang Qifeng, hewan roh itu terpental dan mendengking kesakitan. Adegan ini dilihat Zhang Yulan saat dia mengintip keluar.Otak Zhang Yulan segera memproses kejadian tersebut. Dia hanya bisa menduga bahwa ada formasi yang mengelilingi pondok kayu. Pikirannya menentukan satu nama saja, Wang Qifeng.“Sepertinya memang perbuatan kak Feng.” Zhang Yulan berbisik rendah sambil menyebut nama pria Wang. Hubungan mereka sudah cukup akrab hing
Zhang Yulan benar-benar diam tak melakukan apa-apa ketika keenam pria itu mulai membasmi serigala roh yang tersisa. Tidak membutuhkan waktu lama bagi mereka mengumpulkan kristal roh.“Nona, kau baik-baik saja, kan?” tanya pemimpinnya. “Ah, maafkan aku langsung saja menyerbu kemari karena aku melihat pertarunganmu dengan para serigala itu sehingga membuatku cemas.”Akhirnya Zhang Yulan kembali ke nalarnya dan tersenyum. “Oh, aku baik-baik saja, terima kasih atas kepedulian kalian. Sungguh merepotkan kalian.” Dia melakukan soja (menangkupkan kedua tangan di depan dada atau wajah sebagai bentuk salam kesopanan).“Ah! Sama sekali tidak merepotkan! Sesama penghuni dunia Dixia ini tentu sudah sewajarnya saling menolong.” Pria itu tersenyum ramah sembari mengibaskan tangannya. Dia membalas soja dari Zhang Yulan dan berkata, “Mohon Nona tidak keberatan dengan kedatangan kami. Saya, Li Moyun, mewakili rekan pemburu mengucap salam ke Nona.”Kelima pria lainnya melakukan soja dan memperkenalkan
“Baiklah, silahkan saja tinggal di sini malam ini.” Zhang Yulan tidak menampik keinginan para kultivator pemburu. Toh, sebenarnya tingkat kultivasi dia lebih tinggi dari mereka, ini membuatnya percaya diri apabila mereka hendak berbuat macam-macam padanya.Malam itu, Zhang Yulan membuatkan teh hangat untuk enam pemuda menggunakan teh hutan yang rutin dia petik.“Kuharap kalian tidak keberatan dengan teh sederhana ini.” Dia menyuguhkannya di meja di ruang depan tempat keenam pemuda berada.“Wah, terima kasih sekali atas perhatian dan kebaikan Nona Zhang.” Li Moyun tersenyum gembira melihat Zhang Yulan datang dengan teh hangat. “Kami benar-benar merepotkan Nona.”“Sama sekali tidak merepotkan. Aku hanya kebetulan memiliki persediaan teh cukup banyak. Silahkan diminum.” Zhang Yulan bersiap kembali ke kamarnya sendiri.Namun, Li Moyun berkata, “Nona, apakah Anda akan segera berangkat tidur?”Zhang Yulan menoleh ke Li Moyun. “Ada apa, Tuan Li?”Li Moyun sedikit gugup ketika dia menggaruk b