Share

9. Perjanjian Kontrak Kerja Sama

"Kenapa aku merasa Tuan Jason seolah memaksa?" tanya Yuna dalam hatinya.

Pikiran Yuna seolah bercabang. Ocehan Vina dan Ryan tentang keburukan Jason saat dulu terngiang. Akan tetapi, segera ditepisnya.

Yuna harus ingat, tujuannya saat ini merubah nasibnya di masa lalu. Ia harus mengambil keputusan yang berlawan dengan dulu. Perlahan Yuna mengukir senyuman pada Jason yang masih menunggu tanggapannya.

“Terima kasih atas perhatiannya, Tuan Jason. Saya akan berusaha agar diberikan izin oleh paman saya,” ucap Yuna lugas mempertahankan senyumannya.

“Baiklah kalau begitu. Tapi, jika kamu kesulitan jangan sungkan menghubungi saya,” sahut Jason lugas.

Sorot matanya memancarkan ketulusan. Yuna semakin melebarkan senyumannya, lalu mengangguk dan mengatakan terima kasih kembali. Hatinya tiba-tiba saja terasa teduh.

“Aku yakin Tuan Jason tak seburuk yang dikatakan Vina dan Ryan. Dia memang terlihat dingin dan angkuh, tetapi senyuman serta tatapannya tampak tulus,” batin Yuna, ikuti suara sorakan dalam hatinya.

Suara ketukan pintu membuyarkan fokus mereka. Jason langsung menoleh ke arah pintu dan berteriak pelan. “Masuk!” titahnya.

Yuna hampir saja tersentak saat menyadari Ryan lah yang memasuki ruangan tersebut. Sontak saja Yuna mengalihkan pandangannya ke arah lain. Sungguh ia belum siap bertemu dengan Ryan.

Sama seperti Yuna, lelaki yang sekarang sudah berdiri di hadapan Jason sedikit tersentak. Ingin rasanya ia menanyakan keberadaan Yuna di sana, yang masih berstatus sebagai kekasihnya. Akan tetapi Ryan masih bisa profesional, apalagi terlihat jelas kekasihnya itu menghindari tatapannya.

“Permisi, Tuan Jason. Saya membawakan proposal yang sudah di revisi ... silahkan diperiksa dulu,” ucap Ryan sopan seraya menyerahkan map dengan sampul biru pada Jason.

CEO tampan itu hanya mengangguk, lalu menerima pemberian Ryan dan langsung memeriksa setiap lembarannya. Ryan berdeham kecil sekali, isyarat agar Yuna menoleh padanya untuk sekedar tersenyum atau memberi penjelasan. Akan tetapi, dokter cantik itu pura-pura tak menyadari wujudnya.

Yuna mengalihkan perhatiannya pada map berisi surat perjanjian dari Jason. Hingga tiba-tiba Ryan tersentak dengan suara kecil yang mengejutkan dari mulutnya saat indera penglihatannya menangkap tulisan map di hadapan Jason.

“Hah?!” Ryan segera mengatupkan mulutnya, menyadari Jason langsung menatapnya tak suka. “Maafkan saya, Tuan,” ucapnya cepat.

Dokter cantik itu makin merunduk sembari menggigit bibir bawahnya menyadari penyebab Ryan tersentak. Andai saja tak ada Jason di sana, Ryan pasti akan mencecar dan menuntut penjelasannya. Namun, cepat atau lambat hal itu akan terjadi setelah ia keluar dari ruangan tersebut.

“Okeh, sempurna.” Jason berkata seraya menaikkan pandangannya menatap Ryan.

Ucapan Jason langsung membuyarkan rasa kesalnya Ryan. Lelaki itu refleks menatap atasannya dan mengukir senyuman, walaupun dipaksakan. “Terima kasih, Tuan Jason,” ucap Ryan dengan nada rendah.

“Lanjutkan dengan membuat penawaran pada klien kita, lalu laporkan padaku hasil tanggapan klien tersebut!” perintah Jason lugas seraya memberikan kembali berkas milik Ryan.

“Baik, Tuan. Saya permisi dulu.” Ryan menjawab seraya menerima berkas tersebut.

Lelaki itu menundukkan kepalanya sebelum berpamitan. Tak lupa, ia memberi isyarat pada Yuna dengan lirikan matanya agar gadis itu mengikuti langkahnya. Sontak Yuna langsung menggelengkan kepalanya isyarat penolakan.

Terpaksa Ryan memutar tubuhnya dan langsung keluar dari ruangan tersebut dengan wajah kesal. Langkah lelaki itu terhenti saat hendak membuka pintu. Adam lebih dulu mendorong pintu tersebut dari luar.

Asisten pribadinya Jason refleks membungkuk hormat pada Ryan. Tentu saja lelaki itu membalasnya dan berjalan keluar dengan hati kesal. Tubuhnya tiba-tiba terasa terbakar saat indera pendengarannya menangkap suara Adam yang memberikan laporan untuk Jason.

“15 menit lagi hidangan siap untuk Tuan dan Dokter Yuna.”

Tangan Ryan mengepal dan langsung menarik handle pintu untuk menutupnya. Yuna refleks menoleh menyadari pintu baru saja tertutup. Yakin sekali, Ryan pasti mendengar ucapan Adam.

Akan tetapi, Yuna tak peduli. Bukankah ini adalah rencananya menjauhi Ryan. Ia hanya memerlukan rencana selanjutnya untuk bisa menghindari lelaki itu.

“Ada masalah, Dokter Yuna?” tanya Jason menyadarkan Yuna.

“Tidak ada, Tuan,” jawab Yuna cepat seraya menoleh dan langsung menghadap Jason. Tak lupa ia mengukir senyuman meyakinkan.

Jason mengangguk pelan. “Sepertinya kalian saling mengenal? Maksud saya, karyawan tadi,” tanyanya memasang wajah penasaran.

“Iya, saya mengenalnya, Tuan,” jawab Yuna jujur.

Senyuman Yuna perlahan memudar. Kemudian ia menundukkan pandangannya, cemas jika Jason curiga padanya. Seharusnya Yuna berbohong.

“Pantas saja. Tapi, kenapa tadi tak saling menyapa?” Jason kembali mencecar Yuna dengan penuh selidik.

“Mm ... pak Ryan ‘kan sedang bekerja, saya tidak ingin mengganggu kenyamanannya di tempat kerja,” jawab Yuna berbohong, padahal dirinya yang tak ingin diganggu rasa nyamannya.

Jason hanya mengangguk dan memilih menyudahi semua pertanyaannya. Hati dan pikiran Yuna lega, Jason tak menaruh curiga. Kemudian mereka bertiga kembali membahas kontrak dan langsung menandatangani dengan segera. Tepat setelah mereka selai menandatangani kontrak kerja sama, hantaran makan siang tiba.

Adam langsung membuka pintu itu lebar. Sekilas Yuna dapat melihat Ryan menatapnya di lorong antara karyawan staf menuju ruangan Jason. Tatapan penuh selidik dan amarah tergambar jelas, tetapi Yuna memilih fokus pada hidangan yang tengah di sajikan di meja hadapannya.

Sejujurnya ada rasa canggung pada diri Yuna. Ia tak biasa menyantap makanan secara formal seperti ini. Bahkan di tempat kerjanya, ia selalu menghindari acara makan-makan bersama atasannya.

“Rasanya tidak nyaman jika makan dengan orang penting, aku tidak bisa menikmati makananku,” batin Yuna malas.

Akan tetapi, demi misinya merubah nasib ia harus membiasakan diri. Sembari memberikan penjelasan detail tentang kondisi kesehatan Jason dan beberapa alat-alat medis yang diperlukannya agar bisa menjalani terapi di rumah. Untunglah Jason menjadi pendengar bijak dan tak membantah, sebab semuanya demi kesehatan tubuhnya.

Hingga tak terasa hidangan di hadapan mereka telah usai. Sebelum Yuna diperkenankan pulang, ia memilih memeriksa kondisi kedua kakinya Jason dengan hati-hati. CEO muda dan tampan itu tak banyak menolak hingga Yuna selesai dengan hasil pemeriksaan tubuhnya dan langsung dituangkan dalam buku catatan dokter cantik itu.

“Saya akan meminta Adam untuk mengantarmu pulang, Dokter,” ucap Jason terdengar bijak.

“Ah, tidak usah, Tuan. Saya bawa mobil,” tolak Yuna sesopan mungkin. “Tuan tidak usah khawatir, saya akan mencoba membujuk paman saya agar besok pagi saya sudah bisa menjalani tugas sebagai dokter pribadi Tuan Jason,” imbuhnya diakhiri senyuman yakin.

Jason tak punya pilihan selain menuruti ucapan Yuna. Kontrak kerja sama antara mereka berdua sudah ditanda tangani. Ia hanya perlu memastikan dokter cantik itu menyiapkan diri.

Yuna yang sudah keluar dari ruangan Jason tampak berjalan waspada. Ruangan staf tampak kosong. “Sepertinya mereka sudah beristirahat,” gumamnya dengan tatapan was-was.

“Kenapa kamu berjalan mengendap seperti maling yang takut ketahuan?” suara Ryan langsung mengejutkan Yuna dari balik dinding samping lift.

“R—ryan?”

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Disi77
thanx ......
goodnovel comment avatar
Disi77
terima kasih, kak ...
goodnovel comment avatar
anna dharta
baguuuss ceritanya kak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status