"Apa kamu begitu terkejut mendapati hubunganku dengan suamimu?" Vina meledek Yuna yang merupakan sahabat baiknya. "Kamu mengalami serangan jantung, hingga membuat tubuhmu lumpuh." "Wanita murahan!" maki Yuna lagi-lagi dalam hati. “Aku tidak menyangka, efek obat itu hanya butuh waktu lima tahun,” ungkap Ryan, suaminya Yuna. Tanpa belas kasihan Ryan lantas membunuh Yuna, dibantu oleh Vina, selingkuhan, sekaligus sahabat baik Yuna Untunglah Yuna selamat dari kematian. Akan tetapi saat terbangun, Yuna menyadari dirinya berada di masa lalu, sebelum ia menikah dengan tubuh yang masih langsing. Nasib baik seolah berpihak, memberinya kesempatan untuk memperbaiki masa depan. Kini, Yuna lebih berhati-hati dengan Ryan dan Vina. Hingga ia yang saat itu berstatus seorang dokter bertemu dengan pasien yang mengalami kelumpuhan. Jason Abraham, seorang CEO tempat Ryan dan Vina bekerja. Tanpa diduga Jason menawarkan sebuah perjanjian pada Yuna untuk menjadi dokter pribadinya. Tentu saja Yuna menerimanya, demi melancarkan aksinya menuntut balas pada Ryan dan Vina. Seiring berjalanan waktu, kebersamaan CEO tampan dengan dokter pribadinya itu menumbuhkan benih-benih cinta. Hingga Ryan dan Vina merasa cemburu dengan kedekatan mereka. Bagaimana kelanjutan pembalasan dendam Yuna dan perjalanan cintanya dengan Jason?
View More“Ternyata ada gunanya juga Mas Ryan piara babon di rumah ini.”
Langkah Yuna terhenti ketika mendengar celetuk sang adik ipar. Wanita yang berubah jadi gendut usai menikah itu begitu kaget mendengar julukan yang disematkan padanya. Dan yang lebih mengejutkannya lagi, sang ibu mertua justru tidak memarahi anaknya yang telah menghina Yuna–menantu satu-satunya.“Hust! Jangan kenceng-kenceng! Nanti kakak iparmu denger!”“Babon itu sudah pergi, Ma.” Lagi, suara iparnya itu begitu santai terdengar menyebutnya babon–hewan primata yang bertubuh gemuk. “Untung aja masakannya enak dan dia anak orang kaya, jika nggak mana sudi aku bersikap baik padanya.” “Sudah nikmati aja makanan ini dan jangan usik wanita bodoh itu!”Selama ini, di hadapan Yuna … mertua dan adik iparnya begitu baik. Mereka selalu mau berbagi makanan, tidak pelit seperti cerita-cerita rumah tangga dalam novel. Namun saat ini, ia bak disadarkan realita … kalau hidupnya memang benar-benar seperti dalam novel. Disayang untuk perihal uang, dan dihina berkat penampilan fisiknya.Yuna tak pernah protes pada sang suami–Ryan perihal keluarganya yang ikut tinggal di rumah ini, rumah atas namanya. Tadi pagi bahkan, Ia baru saja memberikan uang sebesar lima juta untuk mertuanya dengan dalih biaya arisan, juga belanja bulanan. Lantas, beginikah balasan mereka pada kebaikannya?Tak tahan terus bersembunyi, Yuna pun akhirnya keluar dan menghampiri ipar juga mertuanya. Mereka yang sedang memakan dengan lahap itu pun terkesiap.“Y-yuna? K-kamu belum berangkat, Nak?” ujar mertuanya gagap.Sementara iparnya, tetap memasang wajah tenang meski telah ketahuan bermuka dua. “Apa ada yang ketinggalan, Kak?"“Aku lupa bawa contoh vitamin yang ingin kubeli.” Wanita itu beralasan, kemudian melangkah dengan segera menuju kamarnya.Di sana, Yuna menangis sembari menatap cermin. Ia melihat perubahan wujudnya dengan saksama.Memang, sekarang ia begitu berbeda dengan dirinya yang masih gadis. Tubuhnya dulu begitu ideal, cenderung berisi di tempat-tempat yang seharusnya. Wajahnya, dulu cantik dan tanpa noda.Sekarang … semua itu berganti. Tubuhnya penuh gelambir lemak. Wajahnya tampak lebih kusam, meski tanpa jerawat. Bahkan, di beberapa lipatan tubuh … kulitnya tampak lebih menghitam.“Mereka benar, aku seperti babon,” katanya dengan sedih.Bobotnya memang terus merangkak usai menikah. Ia pernah berujar ingin diet, tetapi Ryan terus melarang dengan dalih tidak ingin dirinya tersiksa.Tiap kali ia mengeluh tentang dirinya yang terus bertambah berat, suaminya langsung memeluk dan berujar, “Itu artinya kamu bahagia nikah sama aku. Buktinya kamu makin subur.” Sebuah kecupan tak ketinggalan mendarat di pipi, membuat Yuna semakin terlena dengan kegemukannya.Namun, ada hal yang ia luput. Usai bobotnya terus bertambah, suaminya jarang sekali menyentuhnya. Hanya sentuhan-sentuhan ringan seperti pelukan kala tidur, atau kecupan ketika berangkat dan pulang kerja.Tidak ada lagi pandangan bergairah, apalagi lenguhan-lenguhan panjang di malam-malam tertentu seperti saat mereka pengantin baru. Gairah sang suami seolah sirna, bersama dengan sirnanya tubuh Yuna yang ideal.“Apa ini yang membuat Mas Ryan tidak lagi menyentuhku?”Namun, semua masih hanya berdasarkan asumsinya. Dari semua hal, yang baru terbukti adalah mertua dan adik iparnya yang bermuka dua. Tidak adil rasanya jika Yuna melabeli sang suami pun turut mengkhianatinya tanpa bukti.Yuna menghapus air matanya, lalu duduk di depan meja rias. Ia membuka peralatan make up yang sudah lama tak ia sentuh. Perlahan, ia hias wajahnya tipis-tipis. Bukan untuk terlihat menor, tetapi agar cukup terlihat segar.“Aku akan membuat kejutan untuk Mas Ryan.”Dengan senyum yang sudah terpatri di wajah cantik nan gembilnya, Yuna perlahan menemukan lagi rasa percaya dirinya yang sempat hilang. Tak apa jika mertua dan iparnya menganggapnya buruk, tapi yang terpenting adalah penilaian sang suami padanya.Usai siap, Yuna pun meraih botol vitamin yang memang sudah kosong–yang tadi ia sebut sebagai alasan di depan mertua juga iparnya. Saat kembali melewati ruang makan, suasana yang sebelumnya ramai kini sunyi. Hanya ada suara denting sendok-garpu beradu dengan piring.Tatapan terkejut terlihat dari kedua wanita sedarah itu kala melihat Yuna yang nampak agak berbeda.“Kamu bukannya mau ke apotek, Yun?”Yuna menghentikan langkahnya, lalu tersenyum menatap sang mertua yang bertanya. “Iya, Ma. Sekalian mau mampir antar bekal Ke Mas Ryan. Kenapa?” tanyanya.Mertuanya menggeleng. “Nggak apa-apa. Tumben aja lihat kamu dandan. Ya sudah, hati-hati di jalan,” ujar mertuanya, sementara iparnya tak acuh dan sibuk menikmati makanan.Tiba-tiba, sebuah ide terbesit dalam pikiran Yuna. Ia pun melirik sang adik ipar dan berujar sarkas, “Pelan-pelan makannyal. Aku tau masakanku enak. Tapi, kalau kamu makan begitu, kamu jadi seperti babon yang rakus.”Kemudian, adik iparnya terbatuk mendengar sindirannya. Sementara, Yuna melenggang riang, sedikit puas sebab telah membalas mulut nyinyir mereka.***Sesampainya di apotek, Yuna memberikan botol vitamin yang biasa dikonsumsinya. Apoteker tersebut terlihat membolak-balik botol itu dengan raut wajah kebingungan.“Maaf, Bu. Kayaknya ini bukan vitamin, deh.”Kening Yuna spontan mengerut dalam mendengar penuturan seorang apoteker di hadapannya. “Maksudnya, Mbak??”Tiba-tiba apoteker itu melepas stiker bertuliskan vitamin kesehatan yang menempel pada botol tersebut. Kemudian berjalan ke arah lemari kaca sebelah kanannya dan mengeluarkan satu botol yang serupa. “Coba lihat dua botol kemasan ini, Bu!” Tentu saja Yuna langsung menurutinya dan meneliti lebih jelas. Bentuk dan desainnya sama. Kemudian ia meneliti lagi merk dan fungsi botol dari si apoteker. “Untuk menambah berat badan?” Yuna membacanya sedikit lantang, lalu langsung menatap apoteker itu bingung. Apoteker itu mengangguk. “Jika, Ibu ragu. Bisa buka isinya dan bandingkan pil di dalamnya. Tapi, mohon maaf harus dibayar dulu, karena kemasannya masih segel,” jelasnya lagi. Rasa penasaran Yuna meninggi. Ia yakin apoteker itu keliru. Bukankah bentuk botol obat itu banyak yang sama bentuknya? Bukan itu saja, mana mungkin suaminya berani menipunya. Untuk apa Ryan memberikannya obat penggemuk badan? Berbagai praduga muncul dalam benaknya, hingga ia memutuskan membuka segel obat tersebut demi mengobati rasa penasarannya. Kedua bola mata Yuna langsung membulat sempurna. Bentuk pil sama dan tak ada bedanya. Pikirannya terasa bercabang. “J-jadi, aku mengonsumsi pil penambah berat badan selama lima tahun?” Nada suara Yuna bergetar. Ia tak habis berpikir kalau sang suami tega membohonginya selama ini. Kalau dihitung, kenaikan berat badannya secara drastis memang dimulai ketika ia menikah dengan Ryan.Nafsu makannya kemudian semakin membuncah usai meminum vitamin abal-abal dari suaminya. Bodohnya, ia yang sebenarnya dokter itu tak mengecek kembali keaslian juga kandungan obat tersebut.Seluruh ilmu kehati-hatiannya, juga kemampuannya menganalisa ketika menjadi dokter seketika hilang, hanya dengan satu alasan … Ryan. Cintanya pada pria itu telah membutakan mata Yuna dari hal apa pun. Kepala Yuna mendadak berdenyut hebat. Tubuhnya hampir tumbang.“Ibu baik-baik saja?” Apoteker itu langsung keluar dari rak kaca yang membatasi mereka. Ia menghampiri Yuna yang masih memegangi kepalanya.“Aku tidak apa-apa, Mbak. Hanya terlalu kaget,” sahutnya mengatur deru napas.Apoteker itu mengangguk. Kendati begitu, ia tak langsung meninggalkan Yuna. “Sebaiknya Ibu ke rumah sakit dan memeriksakan kesehatan. Saya khawatir, obat tersebut menimbulkan efek samping karena telah digunakan jangka panjang.”Deg! Yuna kembali terkejut. Lagi-lagi, pikirannya yang lamban itu tidak berpikir panjang. Apa yang dikatakan apoteker itu mungkin saja benar, sebab beberapa bulan ini ia memang lebih mudah merasa lelah. Kulitnya sering kali gatal, dan kepalanya pun jadi sering sakit tanpa sebab.Yuna mengukir senyum pada sang apoteker dan lekas membayar obat yang ia buka tadi sebelum akhirnya meninggalkan apotek.Dalam mobilnya yang telah meninggalkan pelataran apotek menuju kantor sang suami, pikiran Yuna terus dibayang-bayangi pertanyaan.“Apa yang sebenarnya kamu sembunyikan, Mas? Apa tujuanmu?”Tak ada lagi halangan menuju hari pernikahan Jason dan Yuna. Semuanya terencana dengan baik. Vincent Wang dan ayahnya serta beberapa investor Hongkong bahkan menyempatkan diri untuk menghadiri pernikahan Jason dan Yuna. Persidangan kasus Arka, Elsa, Teguh—mantan suaminya Elsa dan Tamara, sudah mendekati akhir. Akan tetapi, sudah dipastikan mereka mendapatkan hukuman setimpal. Bukan itu saja, beberapa petugas yang dulu terlibat dan terbukti membantu mereka, sudah mendapatkan hukumannya. Damian, pengacaranya Jason dan Adam memastikan semuanya mendapatkan hukuman. Hingga malam di hari pernikahan tiba, Yuna kembali ke kediamannya dan berbincang bersama pamannya. Ia akan semakin merindukan Dimas, padahal selama ini Yuna jarang berada di rumah. Bahkan Yuna tak malu menggelayut manja pada pamannya yang sudah dianggapnya seperti pengganti ayahnya. “Apa kamu tidak malu terus menggelayut seperti anak kecil?” celetuk Dimas seraya melirik wajah Yuna yang bersandar di bahunya, tetapi ia tersenyu
“Ada apa, Adam? Ada masalah?” tanya Jason setelah berada di samping sahabatnya.Adam hanya tersenyum tipis, enggan menjawab. Kemudian ia memutar tubuhnya menatap gedung megah di sana, lalu mengedarkan pandangannya mencari seseorang. “Sudah selesai? Di mana dokter Yuna?” tanyanya seraya menatap pada Jason.“Yuna menunggu di kafe itu.” Jason menunjuk bangunan kafe di samping gedung.“Memangnya ada yang belum selesai dengan persiapan gedungnya?” tanya Adam dengan raut wajah bingung.Jason menghela napas berat. Ia tahu Adam hanya berusaha menghindari pertanyaan darinya. Ya, sahabatnya itu sedikit tertutup untuk masalah pribadi jika dirinya tak mendesak atau mencari tahu sendiri masalah yang sedang dihadapi Adam.“Ya, memang ada yang belum selesai ... kamu, Adam,” sahut Jason seraya berpindah duduk pada bangku di samping taman bunga, tepi mobilnya terparkir.“Aku? Memangnya ada apa denganku?” tunjuk Adam pada dirinya. Ia semakin memasang wajah bingung.Pria tampan itu tak segera menjawab.
Informasi yang diberikan Rina begitu mengejutkan. Racun arsenik itu berasal dari kelompoknya Teguh Gunawan–mantan suaminya Elsa. Bahkan informasi yang diberikan Rina di luar dugaan yang lainnya.Perawat cantik itu bahkan menemukan tempat persembunyian kelompok mafianya Teguh. Tak menyangga wanita yang terlihat lugu, ternyata memiliki kontribusi besar. Yuna bahkan bangga menjadi sahabat baiknya.Jason langsung bertindak cepat. Akan tetapi, ia memastikan pihak kepolisian yang menangani kasus tersebut benar-benar bersih. Tentu saja selama ini dirinya dan Adam dibantu Rocky menyelidiki para polisi yang bekerja untuk Elsa. Serta para mafia polisi yang tunduk pada kelompoknya Teguh sudah pasti tak bisa berkutik.Damian Alexander, pengacaranya Jason dengan senang hati mengurus semua mafia polisi tersebut. Apa lagi semua bukti yang Jason kumpulkan sangatlah kuat. Bukti tambahan ponselnya Vina, serta bukti penyelidikan Brian yang menunjukkan jelas jika kecelakaan Jason disengaja dan pelakunya
“E–elsa? Papa yakin?” tanya Jason terbata dengan tatapan tak percaya.Brian mengangguk lemah dalam posisi tidurnya. Jason terdiam syok, hingga tubuhnya tampak mematung. Bahkan ia tampak seperti orang linglung menatap wajah papanya.Bukan karena Jason tak percaya pelakunya adalah Elsa, tetapi ia mencemaskan keadaan Brian. Justru karena ia memperkirakan pelakunya adalah Elsa ataupun Arka. Jujur saja ia ingin mencecar papanya, tetapi Yuna sudah menarik kedua bahunya menjauh dari tubuh Brian.“Cukup, Jason! Kita masih punya banyak waktu.” Yuna memberi nasehat.Tepat saat Jason mengangguk pasrah, pintu ruangan tersebut ada yang mengetuk. Tak lama langsung terbuka. Dokter Rudi datang dengan Rina, sahabat baiknya Yuna sekaligus satu-satunya perawat yang mengetahui keadaan Brian.“Kita beri ruang agar Dokter Rudi memeriksa keadaan papamu!” ucap Yuna seraya membawa tubuh Jason menjauh dari ranjang brankar Brian.Dokter cantik itu lantas mengangguk pada dokter Rudi, isyarat agar dia segera meme
“Mungkin saya punya informasi yang membantu untuk Tuan Jason.” Rocky berkata setelah memastikan fokus mereka selesai dengan informasi tentang Vina. Sontak saja, Jason, Yuna dan Adam menoleh padanya. Ketiganya menunggu penjelasannya dengan wajah sigap. Rocky mengeluarkan beberapa lembar foto dari saku dalam jasnya, lalu menjajarkan di atas meja yang menjadi pembatas mereka. “Sebenarnya tadi itu aku dan anak buahku sedang meninjau tempat Tuan Jason kecelakaan setelah menemukan beberapa bukti, lalu Tuan memberitahu kalau Adam sedang dalam bahaya di jalur tersebut ... itulah sebabnya kami datang lebih cepat,” jelas Rocky terdengar melegakan. Adam tersenyum lega. Semua ini memang bukan kebetulan, tetapi hal tersebut berkat kesigapan Jason. Rocky lantas melanjutkan penjelasannya. “Saya berhasil menemukan keberadaan keluarga dari supir truk yang menjadi tersangka penabrakan Tuan Jason. Lalu beberapa bukti jika kecelakaan tersebut sudah direkayasa,” jelas Rocky seraya menunjuk beberapa fo
Adam pantas untuk merasa tenang dan tak perlu panik. Bantuan dari Rocky—anak buahnya Jason datang lebih cepat. Tentu saja Adam tahu kehadiran mereka dari cara mereka memberi sinyal. Dua mobil dari belakang langsung menyalip kendaraan yang sedari tadi diduga orang yang hendak mencelakainya serta menggiringnya menuju arah jalan tempat Jason kecelakaan. Sementara dua mobil lainnya mengamankan kendaraan yang mengikuti Adam.Kini dua mobil itu mengawalnya hingga Adam memilih kembali ke rumah sakit. Jason langsung menyambutnya dan memeluk sebentar lalu ia berpindah pada anak buahnya yang berada di belakang Adam. “Terima kasih, kalian memang selalu bisa diandalkan,” ucapnya pada mereka.“Sama-sama, Tuan Jason. Ini adalah tugas kami,” sahut lelaki yang berada di paling kiri. Jumlah mereka enam orang dan semuanya berpakaian formal.“Ah, Tuan. Saya baru saja menerima pesan dari anak buahku yang kutugaskan mencari keberadaan—“ ucap lelaki tadi terhenti. Jason menempelkan jari telunjuknya di dep
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments