Share

Part 5

last update Huling Na-update: 2021-06-26 12:21:42

Alea mengutuk dirinya sendiri ketika memeriksa cctv yang dipasang di area kolam renang. Semua terjadi persis seperti yang ada di pikirannya. Saat ia kesusahan berteriak meminta tolong karena air yang memenuhi mulut dan tenggorokan, tangannya menggapai-gapai beberapa kali sebelum tubuhnya mulai berhenti meronta. Tak lebih dari tiga detik, Alec muncul dari pintu belakang dan berlari ke pinggiran kolam lalu melompat dan membawa tubuhnya yang sudah tak sadarkan diri naik ke tepi kolam. Pria itu keluar dari air, berjongkok dengan punggung membungkuk dan menepuk-nepuk pipinya. Tubuhnya masih tak bergerak, Alec pun mendekatkan telinga di hidungnya. Seperti tak puas, Alec menyentuh pergelangan tangannya untuk memeriksa denyut nadi. Kemudian, tanpa Alea duga, Alec merobek kaos merah muda yang ia kenakan dalam sekali sentakan kuat. Alec meletakkan kedua tangan pria itu yang saling tumpah tindih tepat di tengah dadanya. Menekan dadanya beberapa kali. Entah berapa kali usaha yang sudah Alec kerahkan tak memberikan hasil sedikit pun. Alec pun mengangkat dagu Alea hingga terdongak, memencet hidung, lalu meniupkan udara di mulutnya.

Alea bernapa dengan keras sambil berpaling, tak bisa melanjutkan menonton tayangan cctv itu lebih lama lagi. Ia beranjak dan keluar dari ruang keamanan. Berjalan dengan gelisah melintasi lorong dan berhenti di pintu dapur. Mendekati beberapa pelayan yang tengah sibuk  “Siapa yang membantuku mengganti pakaian kemarin?” tanya Alea dengan napas terburu.

Kata-kata Alec terbukti tak bisa dipercaya. Dan sungguh, saat Alea berharap kata-kata Alec tentang pelayan yang mengganti pakaian dan pria itu hanya mengamati dari jauh adalah suatu kebenaran. Entah kenapa harapan tersebut membuat Alea merasa begitu menyedihkan. Ia tak bisa membayangkan fakta yang sebaliknya. Dan mungkin berpikir bahwa apa yang dikatakan Alec adalah kebenaran akan membuat Alea lebih lega. Tetapi membiarkan begitu saja keraguan yang bercokol di kepala, semakin lama semakin menggelisahkan.

Ketiga pelayan yang tengah terpaku dengan pertanyaan ketus dari tuannya, segera menghentikan aktifitas mereka yang sibuk pada kompor, sayuran, dan entah apa. Tidak ada yang bersuara, lalu keheningan itu terpecah ketika mendadak muncul satu pelayan dari pintu di belakang dapur. Tengah memegang keranjang bersisi pakaian yang sudah disetrika.

Satu pelayan yang berdiri di depan kompor menunjuk pelayan yang baru muncul tersebut, sedangkan pelayan yang memegang keranjang tersebut bergantian menatap Alea serta teman-temannya penuh tanda tanya dengan wajah yang mulai memucat. Bertanya-tanya kesalahan apa yang telah diperbuat hingga nona Alea yang terkenal penuh kesabaran, kini menatapnya dengan rahang mengeras, mata melotot tajam, dan wajah memerah penuh amarah.

“Apa benar kau yang mengganti pakaianku kemarin?”

Pelayan itu menggeleng dengan takut-takut. “Saya ... saya hanya membawakan handuk dan pakaian ganti yang diminta tuan Cage. Dan ... dan kebetulan saat itu saya sedang membawa keranjang pakaian bersih tuan Arsen. Jadi ... jadi ....”

Alea memejamkan mata tak ingin mendengar lebih jauh lagi. Menyumpahi kekurang-ajaran Alec. Pria itu bukan hanya menipunya mentah-mentah, tapi juga melecehkannya.

“Kami ... kami snagat panik. Dan sepertinya tuan Cage lebih berpengalaman sehingga kami memercayakan Nona padanya.”

Alea menggeram. Dengan gerakan kasar, ia berbalik keluar dari dapur. Melangkah cepat-cepat menaiki anak tangga dan berbelok ke kiri. Menuju pintu kamar Arsen.

Tanpa mengetuk pintu, Alea menerobos masuk. Mengedarkan pandangan dan menemukan Arsen tengah mematut diri di depan kaca besar.

“Aku tidak akan menikah dengan Alec Cage.” Suara Alea hampir menjerit ketika tepat berdiri di belakang Arsen.

Arsen berhenti menyimpul dasi sejenak lalu melanjutkan lagi sambil menjawab dengan tenang. “Kau tahu aku tak butuh ijinmu, Alea. Semua akan berjalan seperti yang kami rencanakan.”

“Kauingin aku mengemis?”

Arsen menyelesaikan simpul dasinya, menatap pantulan wajah Alea di cermin sejenak lalu menghela napas pendek. Kemudian ia berbalik, maju dua langkah untuk mendekati Alea dan menyentuh kedua pundak Alea dan meremasnya dengan lembut. “Tidak. Aku bersumpah tak akan pernah meletakkanmu pada posisi rendah seperti itu, Alea.”

“Kau paham apa yang kumaksud.”

“Ya, aku sangat paham apa yang kaumaksud.”

“Lalu, apa yang harus kulakukan agar kau membatalkan pernikahan sialan ini?”

“Tidak ada.”

Alea menepis tangan Arsen di pundaknya dengan keras. “Kalau begitu aku tak punya pilihan. Apa pun itu, aku akan melakukannya selain berakhir di ranjang Alec.”

Sekali lagi Arsen menghela napas, tapi kali dengan keras dan mulai terlihat tak sabaran. “Apa pun yang kau pikirkan, sebaiknya pikirkan lagi, Alea. Atau aku terpaksa akan menjadikan Arza sebagai jaminanku.”

Alea tercekat. “Apa maksudmu?”

“Cage sudah memberikan apa yang kuinginkan, jika aku tak bisa memberikan apa yang Cage inginkan. Kupikir aku akan menyodorkan Arza sebagai penggantimu.”

“Kau benar-benar berengsek, Arsen!” raung Alea.

Arsen hanya mengedikkan bahu, berjalan menuju lemari di samping kanannya dan mengeluarkan jas yang senada dengan celana sebelum mengenakannya sambil kembali mendekati Alea yang masih berdiri di tengah ruangan.

“Kita tak akan membahas masalah ini lagi kapan pun.”

“Cage sudah berbaik hati menangani gaun pengantin dan mengatur konsep pernikahan kalian. Dia bahkan mengirim beberapa orang yang akan melakukan perawatan untuk wajah dan tubuhmu siang nanti. Jadi, tetaplah bersantai di rumah. Bersikap manis sebagai calon pengantinnya.”

“Dia telah melecehkanku, apa kau benar-benar akan menyerahkanku pada pria seperti dia?”

“Ciuman itu sudah biasa, Alea. Apalagi dia tunanganmu.”

Alea menggeram keras ketika mulutnya tak bisa berkata-kata.

“Manfaatkan dia dengan rendah hati dan kau akan memiliki akses sangat besar di kehidupan Cage sebagai seorang istri. Aku yakin kau akan sangat bahagia menjadi nyonya Cage.”

“Kau tahu apa yang paling kuinginkan,” desis Alea.

“Ya, aku tahu.” Arsen menutup perdebatan tersebut dengan tatapan tajam yang membuat Alea tak berkutik lagi. Kemudian berjalan keluar kamarnya meninggalkan Alea yang masih tercenung menatap kepergiannya.

Tepat ketika Alea keluar dari kamar Arsen, ia berpapasan dengan Arza yang sudah rapi dan siap berangkat ke kantor, keluar dari kamar pria itu.

“Kauingin turun untuk makan pagi?” tawar Arza dengan senyum simpul yang lembut dan hangat.

Alea menggeleng penuh keengganan. “Aku yakin akan memuntahkan sarapanku karena melihat wajah Arsen,” sengit Alea sambil melirik ke arah tangga tempat Arsen menghilang.

Arza tertawa ringan. “Dia memang segigih itu jika menyangkut orang terpenting di hidupnya.”

“Jangan membual, Arza!” peringat Alea dengan nada rendah. “Aku tahu dia dengan sangat baik. Dia tak berbeda dengan Cage.”

“Jadi?”

Alea diam. Menghindari pernikahan ini tentu akan membuat posisi Arza tak aman. Jadi, satu-satunya jalan adalah bersikap rendah hati untuk memanfaatkan Alec Cage. “Katakan padanya aku akan melakukan perawatan di luar.”

Arza mengangguk. “Oke. Ada lagi?”

Alea berjinjit, hendak mendaratkan bibirnya di pipi Arza. Namun, pria itu tiba-tiba tampak kaku dan mundur sedikit sebelum bibir Alea benar-benar menyentuh kulitnya. Berdehem sekali dan berucap penuh kehati-hatian agar tak menyinggung Alea. “Sepertinya kita harus membiasakan hubungan baru ini, Alea. Maafkan aku.”

Alea menggeleng. “Tidak. Akulah yang seharusnya tak melewati batasku. Maaf.” Alea bergegas melewati Arza. Wajahnya merah padam oleh penolakan Arza yang membuat Alea merasa sangat buruk. Tak sabar segera menjauhi Arza, Alea memilih berlari menuju kamarnya di lorong paling ujung. Ingin menenggelamkan wajahnya di balik selimut demi meredakan rasa malu luar biasa tersebut.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Istri Hadiah - A Lover (Alec & Alea)   New Story (Saga & Sesil)

    “Jadi, hari ini kau mempunyai seorang tunangan?” Saga menoleh, menutup pintu ruang rawat Sesil, dan menemukan tangan kanan sekaligus kepercayaannya itu berdiri bersandar di dinding samping pintu, Alec Cage. Dengan kedua tangan bersilang di depan dada dan kaca mata hitam tersampir di kepala. Jaket, kaos, jeans dan sepatu serba hitam, cukup mencolok di dinding rumah sakit yang berwarna putih. “Dan besok aku akan menjadi seorang suami. Tak terduga, tapi cukup menyenangkan, bukan.” “Dia bahkan sama sekali tidak mendekati kriteria wanita yang akan kau lirik, apalagi untuk ditiduri.” “Kau melakukan pekerjaanmu dengan sangat baik, Alec. Cincinnya sangat pas di jarinya.” “Dalam hati, aku mengingkari keputusanmu, Saga. Tapi aku tak pernah mampu mempertanyakan keputusanmu.” “Aku tahu.” “Kau sudah mendapatkan apa yang kau inginkan dari pria itu. Tidak seharusnya kau melakukan ini pada tunangannya.” Saga menelengkan kepala menatap Alec, se

  • Istri Hadiah - A Lover (Alec & Alea)   Extra Part

    Alec memegang tangan di dalam genggamannya. Basah dan licin. Meremas tangannya begitu kuat. Sekuat tenaga yang mampu dikerahkan. Wajah basah yang dipenuhi peluh itu menoleh ke arahnya. Alec menyematkan dukungan lewat tatapannya. Mempersembahkan cintanya yang begitu besar lewat sinar di matanya. Alea membalasnya dengan seulas senyum tipis di wajahnya yang pucat.Ia ingin penderitaan ini cepat berakhir. Ia benci melihat Alea tidak berdaya seperti ini. Pun dengan kerapuhan wanita itu yang ternyata menyimpan kekuatan teramat besar. Alec memohon semua ini bisa cepat berakhir.Harapannya terkabul. Satu dorongan yang begitu kuat, kemudian kepala Alea terhentak ke belakang, dan kemudian suara tangis bayi bergema memenuhi ruangan.“Aku berhasil,” gumam Alea sangat lirih dengan mata terpejam.Alec menunduk. Mengecup kening Alea yang basah dengan kecupan yang sangat dalam seraya mengangguk. “Ya, kau berhasil melakukannya.”

  • Istri Hadiah - A Lover (Alec & Alea)   Part 52 (End)

    “Semuanya baik-baik saja. Hanya tekanan dalam perut. Tidak ada darah dan bukan kontraksi ataupun tanda-tanda keguguran.” Alea nyaris menangis lega mendengar penjelasan dokter.“Sebaiknya sang ibu menghindari tindakan-tindakan keras semacam ini lagi. Beruntung tidak terjadi kecelakaan yang serius,” lanjut sang dokter setelah menanyakan tentang rambut berantakan Alea dan sudut bibir wanita yang sedikit robek. Juga luka cakaran di lengan.Alea meringis menahan malu. Mengelus rambut di samping kepalanya mencari kesibukan.“Baik, Dok.”“Suami harus tetap membuat keadaan mood ibu hamil tetap stabil. Tekanan dan stres juga bisa memanding kontraksi yang tidak kita inginkan.”Sekali lagi Arza mengangguk.Dibantu Arza untuk turun dari ranjang pasien. Saat itulah ia baru menyadari tidak membawa sepatu. Sepatunya entah hilang di mana dalam pertarungannya dengan Naina. Tadi Arzalah yang menggendongnya naik

  • Istri Hadiah - A Lover (Alec & Alea)   Part 51

    Setelah merengek beberapa kali kalau kakinya pegal dan tak kuat berdiri lebih lama lagi, akhirnya Alec mengijinkan Alea pergi ke dekat kolam renang untuk beristirahat. Satu-satunya tempat di rumah ini yang sepi dari tamu undangan.Alea duduk di pinggiran kolam, merendam telapak kakinya yang pegal. Dan udara malam yang berhembus, seketika melenyapkan kegerahannya.Ternyata wanita bernama Sesil itu bukan siapa-siapa, tak henti-hentinya Alea tersenyum mengingat fakta tersebut. Mengulang momen ketika Alec berkata, ‘Apa aku pernah mengatakan itu anakku?’Rasanya dada Alea mengembang dan ingin meledak.‘Bolehkah ia sedikit berharap pada hubungan mereka?’Berharap bahwa Alec memang begitu peduli padanya. Bukan sebagai istri. Bukan sebagai pengandung anak pria itu.‘Apakah harapannya terlalu berlebihan?’Alea takut jika harapannya yang terlalu tinggi, rasa kecewa yang akan didapatkannya saat terhem

  • Istri Hadiah - A Lover (Alec & Alea)   Part 50

    Alec pulang lebih malam dan Alea masih duduk di sofa menonton televisi. Pria itu mengambil remote TV dan langsung mematikannya.“Sudah malam, Alea. Pergilah tidur.”“Aku masih ingin menonton.”Alec menatap Alea sejenak. “Naiklah ke tempat tidur dan hanya lima belas menit.”Alea ingin membantah, tapi ia memilih diam dan menurut. Berpindah ke tempat tidur.Alec menyalakan TV kembali dan meletakkan remotenya di nakas samping Alea.“Apa kau sudah minum vitaminmu?” Alec membuka laci tempat tablet vitamin Alea disimpan. Memastikan jumlahnya berkurang.Alea mengangguk meski tahu pria itu pasti sudah tahu dari laporan pelayan.Alec memasukkan kembali tablet di tangannya ke nakas. Melonggarkan dasinya ketika hendak membalikkan tubuh.“Alec?” Alea menahan lengan pria itu.Alec menoleh.Alea diam sejenak. “A-apa ... kau akan memiliki anak dengan wanita

  • Istri Hadiah - A Lover (Alec & Alea)   Part 49

    “Bangun, Alea.”Alea hanya diam ketika Alec menggoyangkan pundak untuk membangunkannya.“Kau harus makan.” Alec tahu wanita itu berpura-pura tertidur. Ia bahkan sudah hendak naik ke mobilnya untuk berangkat ke kantor ketika pelayan melaporkan bahwa Alea tidak memakan makan pagi di saat jam sudah menunjukkan pukul sembilan. Yang seharusnya sudah satu jam yang lalu wanita itu menghabiskannya, saat ia masih disibukkan panggilan di ruang kerja.“Apa kauingin makan dari mulutku seperti anak kecil?”Mata Alea membuka, seketika dia bangun terduduk.Alec duduk di pinggir kasur dan mulai menyuapkan satu sendok nasi ke mulut Alea. Entah apa yang membuatnya melakukan hal itu di saat ia sudah sangat terlambat untuk pergi ke kantor, dan bukannya malah membujuk istrinya yang tengah merajuk. “Buka mulutmu.”“Aku bisa makan sendiri.” Alea mengambil piring nasi di tangan Alec.Alec membiarkan

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status