Share

Bab 7

Author: SILAN
last update Last Updated: 2021-11-24 11:07:35

Liora duduk di tepi tempat tidur yang pernah ia masuki di rumah besar Kevin tempo hari. Jari-jari tangan saling memilin, perasaan kacau Liora saat ini tak bisa di deskripsikan dengan jelas.

Kemarin adalah hari yang sangat mengejutkan bagi Liora, ada bayi di perutnya dari kesalahan satu malam yang tidak di sengaja.

Sedih, tapi juga senang. Sedih karena ia hamil sebelum pernikahan, tapi senang karena ia akan menjadi seorang ibu dari bayinya yang belum lahir. Sesekali Liora mengusap perutnya yang masih rata, tiap kali mengusap perutnya sendiri, ada rasa berdebar yang Liora rasakan.

Brakk!

Liora melonjak kaget, pintu terbuka dan terlihat sosok Karin berdiri di sana. Wajah Karin tidak seramah seperti yang Liora kenal sebelumnya, Liora takut jika apa yang akan Kevin lakukan telah di dengar oleh Karin, lalu boss-nya ini akan memarahi Liora karena menggoda kakaknya.

“Mbak Karin.” Desis Liora.

Karin berjalan cepat ke arah Liora, sedangkan pintu kamar tertutup dengan sendirinya setelah Karin lewat. Karin memegang tangan Liora yang dingin, menatap wajah gadis imut yang sudah Karin kenal cukup lama.

“Kak Kevin apain kamu sampai dia tiba-tiba ngotot mau nikahin kamu besok?” tanya Karin.

Liora gelagapan, apa Kevin belum memberi tau mengenai kehamilan Liora? Jika Kevin belum memberitahu, artinya Liora juga tidak akan memberitau siapapun, Kevin pasti punya alasan kenapa lelaki itu tidak memberitahu keluarganya.

“Mbak Karin, aku ....,”

“Liora. Aku gak marah sama kamu, tapi kamu bilang sama aku. Kak Kevin apain kamu sampai tiba-tiba dia mau nikah sama kamu? Bukan masalah mau sama siapapun kak Kevin bakalan nikah tapi besok itu terlalu cepat, aku yakin pasti ada sesuatu ‘kan? Kak Kevin sudah bikin ulah apa sampai kamu mau nikah sama dia?” cecar Karin.

Liora menggeleng, ia takut. Takut jika orang yang selama ini baik padanya tiba-tiba membencinya karena tau apa yang sebenarnya terjadi. Pelupuk mata Liora mengembun, Karin menghela nafas, mengusap air mata yang akan menetes ke wajah cantik Liora.

“Aku gak niat mau bikin kamu takut, jangan nangis ya. Aku cuman kaget, kenapa kak Kevin tiba-tiba mau nikahin kamu, dan ini terlalu mendadak. Aku takut kalau kak Kevin itu nyakitin kamu, kak Kevin memang orang yang baik tapi bukan berarti dia gak bisa bikin kesalahan.” Karin merengkuh tubuh Liora yang lebih kecil darinya.

Tubuh Liora bergetar, Karin sangat yakin jika ada sesuatu di antara Liora dan Kevin. Liora yang Karin kenal adalah anak yang ceria, tidak banyak bergaul dan lebih sering menghabiskan sebagian besar waktunya di butik.

Melihat respon Liora yang seperti ini saat di beri pertanyaan, ini bukan respon orang yang mengharapkan pernikahan. Jika memang Liora mencintai Kevin, harusnya Liora senang dan bukan malah menangis ketakutan seperti ini.

Karin mengurai pelukan untuk Liora, kembali mengusap air mata yang sudah membasahi wajah cantik menggemaskan milik Liora.

“Mbak Karin gak benci sama aku ‘kan?” tanya Liora.

Karin menggeleng. “Kenapa aku benci sama kamu? Kamu gak salah, tapi besok itu hari pernikahan kamu sama kak Kevin. Jadi, jangan nangis ya. Kak Kevin pasti bisa jagain kamu kok dan kabar baiknya lagi adalah mulai besok kita akan beneran jadi keluarga.” Karin memberikan senyum ramahnya.

Liora semakin merasa bersalah, ia mengusap air matanya yang siap akan menetes kembali, wajahnya menghadap Karin dan menatap calon adik iparnya. Tidak menyangka, boss baik hati yang selama ini Liora puji akan menjadi adik iparnya besok.

“Kamu jangan panggil aku ‘Mbak’ lagi mulai sekarang ya. Panggil aja aku Karin, kamu kan mau nikah sama kak Kevin.” Karin kembali berbicara, Liora justru semakin merasa bersalah.

“Mbak Karin ...,”

“Shhh..., udah-udah nangisnya. Calon pengantin kok malah nangis kayak gini sih, pamali loh.” Lagi, Karin merengkuh Liora ke dalam dekapannya. Saat itu kedua bola mata Liora melihat sosok Kevin yang sedang bediri di dekat pintu yang setengah terbuka.

Melepaskan pelukannya dari Karin lalu Karin pun berbalik melihat Kevin yang berjalan mendekat.

“Mama nyariin kamu di bawah.” Ucap Kevin. Karin mengangguk lalu ia menatap Liora sebelum keluar dari kamar tersebut.

Kevin berjongkok di depan Liora, menggenggam kedua tangan Liora sembari mendongak menatap gadis yang akan menjadi istrinya besok. Kecupan lembut Kevin daratkan di punggung tangan Liora sekilas.

“Maaf.” Satu kata itu meluncur bebas dari bibir Kevin.

“Pak, aku ...,”

“Maaf udah buat kamu kayak gini. Kalau bukan karena kebodohanku, kamu pasti masih bisa menjaga kesucianmu dan tidak perlu terpaksa nikah sama aku demi bayi yang ada di perut kamu saat ini.” Sela Kevin.

Nyeri. Perasaan Liora rasanya seperti tersayat oleh goresan silet yang tajam.

Sebelah tangan Kevin terangkat, mendongak, mengusap lembut wajah Liora yang sedikit basah. “Jangan sedih, jangan pikirkan apapun yang membuatmu pusing. Aku tau kamu pasti merasa tidak nyaman dengan pernikahan dadakan ini, tapi aku gak mau kamu stress. Bagaimanapun juga ada janin yang harus kita jaga bersama.”

Sesaat perasaan nyeri tadi berubah menghangat. Sentuhan kelembutan Kevin berhasil membuat Liora luluh, hangat dari tangan Kevin yang membelai wajahnya menghantarkan sensasi nyaman yang hanya bisa Liora dapatkan saat ibunya masih hidup.

Kevin berdiri, duduk di samping Liora dengan posisi miring menghadap gadis itu. Kedua bola mata bening milik Liora menatap Kevin, tidak ada kecacatan di wajah lelaki di depannya ini. Selain itu, sifat Kevin juga sangat lembut, mungkin karena Kevin punya adik perempuan yang selama ini ia jaga.

Rengkuhan hangat kembali di terima oleh Liora, tangan Kevin mengusap kepala Liora yang bersandar di dadanya.

“Aku gak berharap kamu bisa dengan cepat maafin aku. Kesalahanku terlalu besar buat kamu maafkan dengan mudah.”

Tak pernah Kevin merasa sebersalah ini, ia juga tidak pernah sedekat ini sampai berani memeluk wanita yang baru datang di hidupnya. Saat dengan Almira, Kevin hanya berani menggandeng tangannya, tak pernah sekalipun Kevin berani memeluk atau mencium Almira ketika menjadi kekasihnya dulu.

Begitupun dengan gadis yang pernah menjadi tunangan Kevin, tak ada kedekatan romantis yang pernah Kevin berikan sampai pertunangan itu akhirnya berakhir begitu saja.

“Pak Kevin.” Panggil Liora dengan nada lirih.

Kevin melepaskan pelukan, Liora menarik diri dan menatap wajah Kevin. “Kenapa pak Kevin mau nikah sama aku? padahal bisa saja ‘kan pak Kevin biarin aku kayak gini tanpa perlu nikah? Lagipula, aku sama pak Kevin juga gak begitu saling mengenal, tapi kenapa pak Kevin bisa langsung mau nikahin aku setelah tau aku hamil anaknya pak Kevin?” tanya Liora.

Helaan nafas rendah keluar dari bibir Kevin. “Liora, dengar aku.” Kata Kevin serius.

“Aku gak akan biarin anak aku lahir begitu saja tanpa kasih sayang dari kedua orang tuanya, dan aku bukan orang yang akan lari dari rasa tanggung jawab. Lebih dari itu, aku sangat tau bagaimana rasanya punya kedua orang tua namun di abaikan.” Tutur Kevin meyakinkan.

Liora menunduk, dirinya juga di besarkan hanya dengan didikan sang ibu, saat usia Liora lima tahun. Ayahnya meninggal jatuh dari atap bangunan saat mencari nafkah.

“Kamu benci aku karena buat kamu hamil?”

Terdiam. Liora tidak menjawab. Kevin manggut-manggut, ia mengusap rambut hitam yang sedikit bergelombang milik Liora.

“Kamu istirahat aja, semua acara dan prosesnya biar aku yang urus. Kamu jangan sampai kecapekan, aku gak mau terjadi sesuatu dengan bayinya.”

“Pak Kevin.” Panggil Liora yang berani kembali menatap wajah Kevin.

“Kamu butuh sesuatu?” tanya Kevin.

Liora menggeleng. “Aku mau tanya, apa pak Kevin sangat ingin anak ini lahir?” katanya balik.

“Tentu saja. Meskipun kita membuatnya tanpa sengaja, tapi dia itu bernyawa Liora. Sesuatu yang bernyawa harus di pertahankan, apalagi ini yang harus kita pertahankan adalah calon anak kita, apa kamu tega membunuh anak kamu sendiri?”

Liora menggeleng. Kevin menarik nafas dalam lalu ia hela perlahan.

“Pokoknya jangan macam-macam, selagi aku masih ada untuk melindungi kalian, aku tidak akan membuat kalian terluka.” Kevin tersenyum, wajah tampan nan ramah itu berhasil menggetarkan perasaan Liora, kecupan hangat mendarat di kening Liora sebelum Kevin keluar dari kamar tersebut.

Liora memegangi dadanya, ada rasa berdebar yang ia rasakan beberapa saat lalu. Entah perasaan apa itu, tapi rasanya sangat menyenangkan di perlakukan dengan lembut oleh seseorang.

Sesaat Liora tersenyum, melupakan kesedihan yang ia rasakan beberapa saat lalu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Tami Andriani
masih bagus......
goodnovel comment avatar
Siti Masitah
klo aku jadi Liora, bisa aku berdamai dengan tuan Kevin
goodnovel comment avatar
Helena Hiwin
cerita nya bagus
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri Imutku   Tambahan 2

    Ke esokan harinya, Liora terbangun dengan badan pegal-pegal, kepalanya menoleh melihat sang suami yang masih tidur. Liora sedikit merenggangkan tangannya, sejak permainnya dengan Kevin untuk membuat adik untuk Varka selesai, tubuhnya terasa tidak bersahabat kali ini.Liora turun dari tempat tidur, meraih bajunya yang jatuh di bawah tempat tidur untuk ia pakai sebelum ke kamar mandi, di tatapnya wajah yang sedikit bulat itu di kaca besar.“Aku sudah telat berapa hari ya?” gumamnya. Tanpa sepengetahuan Kevin, Liora mencoba alat tes kehamilan, dalam hitungannya ia sudah tidak mendapatkan bulanan sekitar lima hari, Liora sangat berharap jika sekarang ada yang sudah tumbuh di dalam rahimnya, sudah tujuh belas tahun sejak ia melahirkan Varka, Tuhan masih belum mengijinkannya untuk mengandung lagi.Sembari menunggu hasil tes keluar, Liora kembali menghampiri Kevin yang masih terlelap dalam tidurnya. “Sayang, bagun. Kamu kan harus kerja hari ini.

  • Istri Imutku   Tambahan 1

    Seorang remaja memasuki sebuah rumah besar menggunakan kendaraan roda dua, motor hitam dengan sedikit corak berwarna merah tersebut lantas berhenti di depan rumah, helm yang di gunakan remaja tersebut di lepas, lantas ia pun masuk ke dalam rumah yang tak di jaga.“VARKA!” serunya. Namun yang di panggil tak menyahut, remaja itu pun berjalan cepat ke arah kamar Varka namun remaja yang ia cari juga tak ada di kamar, sampai ia kembali turun ke lantai utama, mencari ke belakang rumah di mana ada kolam renang di sana.“Woy! Kamvret lu! Gak ingat ini hari apa!” bentak Saga dengan Varka yang sedang asik bermain air seperti ikan lumba-lumba.Varka berenang menepi, sedikit mendongak melihat ke arah Saga. “Napa sih lo! Pagi-pagi dah ngajak ribut aja!”“Eh sompret! Buruan ganti baju, ini kepala isinya apa sih, dasar tukang lupa padahal masih muda. Tante Liora nyuruh aku buat manggil kamu.”Varka mencebikkan

  • Istri Imutku   Bab 76 END

    17 tahun kemudian. “Mami!” seorang remaja berlari setelah memakirkan kendaraannya di depan rumah tanpa peduli jika kendaraan tersebut akan menghalangi kendaraan lain yang akan lewat. “MAMI!” kembali ia meneriaki salah satu penghuni rumah, “Mami kemana sih.” sambil berlarian di rumah yang sangat besar itu sendirian. Sementara itu. Orang yang di cari ada di dalam ruang kerja Kevin, setelah memikirkan cukup panjang akhirnya Kevin dan Liora memutuskan untuk tidak pindah ke jakarta meski hal itu mengharuskan Kevin sering pulang balik jakarta sampai tujuh kali sebulan atau bahkan lebih. “Udah tujuh belas tahun, apa kita akan terus menunda untuk kasih adik buat Varka?” Liora menatap pantulan dirinya di depan cermin yang tergantung di dekat pintu sebelum berbalik mendekati Kevin, suaminya itu akhir-akhir ini sibuk dengan layar laptop, Liora mendengus. Kevin terlihat sangat fokus sampai tidak memperhatikan Liora sedetik pun. Merasa di abaikan, Liora mendekat, menutup layar laptop tanp

  • Istri Imutku   Bab 75

    “Gimana? Sudah kamu temuin?” Airin duduk di samping Gim yang memangku laptop, keduanya sibuk menjelajah internet bersamaan sampai ada sebuah link web yang mengarahkan Gim mengklik link tersebut sehingga membawanya ke sebuah informasi yang sejak kemarin ia dan Airin cari.Airin menepuk bahu Gim dengan cukup keras. “TUH KAN!” ujarnya, Gim meringis akibat pukulan refleks dari Airin. “Apa aku bilang.” lanjutnya sembari menatap Gim dengan senyum lebar.Saat malam hujan kembali turun, langit gelap dan angin yang ikut serta menggoyangkan dedaunan pohon yang basah. Liora sejak tadi memperhatikan Kevin yang sibuk memeriksa informasi dari orang-orang suruhannya dan juga website yang memposting informasi anak hilang.Sudah semakin larut, ketika Kevin menoleh ia melihat Liora tertidur di sofa dengan posisi meringkuk kedinginan. Matanya sedikit bengkak karena banyak menangis. Kevin berdiri dari duduknya menghampiri Liora, mengangkat istrin

  • Istri Imutku   Bab 74

    Tiga hari kemudian.Selama itu Kevin jarang pulang untuk mencari keberadaan Varka yang tak kunjung di temukan, padahal sudah cukup banyak informasi yang di sebar, mulai dari internet bahkan koran dengan mencantumkan nominal angka yang cukup banyak bagi siapapun yang berhasil menemukan Varka.Namun Varka masih belum bisa di temukan sampai sekarang.“Kenapa cairan asi yang kamu sedot makin hari makan banyak?” tanya Karin, hari pertama satu botol, dan sekarang hari ke tiga Liora bisa menghasilkan asi tiga botol, Karin bahkan tidak bisa mengeluarkan asi nya sebanyak itu untuk Saga.“Kamu gak lagi maksain diri, kan?” Karin menyentuh tangan Liora. “percaya sama kak Kevin, dia pasti bisa bawa Varka pulang dengan selamat.”“Karin, aku kangen sama Varka. Siapa yang penuhi kebutuhan Varka di luar sana? Ini sudah tiga hari Varka di luar jangkauan aku.”“Percaya deh, Varka pasti kembali.” u

  • Istri Imutku   Bab 73

    Liora merasakan dadanya nyeri, cairan yang harusnya di habiskan oleh Varka kini menetes sia-sia. Dan dari pada harus membiarkan cairan itu terbuang semakin banyak, Liora mengambilnya menggunakan alat agar bisa di berikan untuk Saga.Sudah pukul sepuluh malam dan Kevin masih belum kembali, di luar juga hujan, Liora cemas jika Varka tidak di temukan. Setelah selesai mengambil asupan gizi bayi, Liora menyimpan cairan putih itu ke tempat khusus agar tetap bisa di pakai sampai besok.Sejam kemudian, suara mobil terdengar, Liora sudah siap berdiri menyambut kedatangan Kevin dan Varka, sejak tadi Liora sangat cemas sampai terus berdebar-debar.“Kamu berhasil membawa Varka?!” seru Liora tepat saat Kevin baru saja membuka pintu, harapan yang terpancar di wajah Liora menghilang begitu melihat Kevin datang seorang diri.“Varka mana, Vin?” Liora berlari keluar, mungkin seseorang yang membawa Varka, tapi sebelum Liora keluar, tangan Kevin

  • Istri Imutku   Bab 72

    Hari sudah malam, di hari yang sama saat kehilangan sang ibu, Kevin juga harus kehilangan putranya yang di culik oleh Almira. Pihak IT yang Kevin miliki telah melacak posisi terakhir nomor Almira yang menghubunginya berada.Kevin juga tidak jadi menghubungi Polisi, jangan sampai Almira mencelakai Varka saat kondisinya terpojok.“Bawa Varka kembali dengan selamat.” pesan Liora, ia tidak ikut saat Kevin akan pergi, Liora takut jika ia ikut nantinya malah menjadi beban untuk Kevin. Tapi tetap saja Liora cemas, ia tak berhenti berdoa agar nanti Kevin kembali membawa Varka.“Aku akan berusaha bawa Varka pulang.”Kevin mengecup singkat kening Liora sebelum pergi ke lokasi Almira berada setelah tim IT berhasil mendapatkan lokasi perempuan itu.Sementara itu, Almira menatap bayi yang amat mirip dengan Kevin masih menangis di atas tempat tidur, Almira tidak diam saja, ia sudah memberikan su-su untuk Varka dan untuk beberapa saat bayi itu sem

  • Istri Imutku   Bab 71

    Masalah yang di terima oleh keluarga Kevin tak berhenti begitu saja, sepulangnya mereka dari pemakaman. Seluruh penghuni rumah terlihat panik, termasuk para pembantu di rumah besar tersebut, bahkan pak security yang berjaga di luar pun ikut panik di dalam rumah.Kevin mendekati salah satu pembantu di rumahnya. “Bik, ada apa?” tanya Kevin. Tak lama mbak Nunik lari menuruni tangga dan mbak Husni lari dari arah belakang rumah.“ADEN VARKA HILANG, DEN.” seru mbak Nunik panik, kepanikan itu spontan mempengaruhi keterkejutan Kevin dan Liora.“Kok bisa?! Varka masih dua bulan, gimana caranya bayi dua bulan hilang?” Liora kini ikut mencari, si mbok terlihat mencari di kamar Liora sampai bawah kolong tempat tidur. Meskipun mustahil bayi dua bulan merangkak ke bawah tempat tidur.“Periksa keamanan CCTV!” teriak Kevin memerintah. Dan keamanan pun mulai siaga, mereka sigap mematuhi perintah yang Kevin berikan.

  • Istri Imutku   Bab 70

    Varka di titpkan ke mbok di saat Kevin dan Liora bergegas ke rumah sakit yang menampung para korban kecelakaan pesawat. Kevin bahkan tidak menoleh ke arah Liora karena fokusnya hanya ke depan untuk segera melihat kondisi ibunya, memastikan Sandra baik-baik saja. Meski kemungkinan itu tipis, Kevin tau ibunya tidak bisa berenang.“Kak Kevin juga di sini?” Kevin menoleh sekilas melihat Karin juga datang bersama Altar. “Keadaan mama bagaimana kak?”Kevin juga tidak tau, ia tidak menjawab pertanyaan Karin dan langkahnya terus mencari ruangan para korban. Karin mengikuti di belakang, Liora juga mengikuti sambil berlari.Mereka tiba di ruangan di mana ada tiga mayat di ruangan tersebut yang tertutup oleh kain berwarna putih. Ada seorang penjaga di luar ruangan, satu dokter yang baru saja keluar setelah memastikan para korban tidak bisa di selamatkan.Karin tanpa takut ataupun ragu membuka satu persatu kain putih itu untuk memastikan Sandr

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status