Share

Bab 3 Hanya Istri Jaminan

Brak! Suara pintu dibuka dengan paksa, Revalina diseret masuk ke kamarnya oleh Felix, wajahnya sangat panik dan jantungnya berirama lebih kencang pun sekujur tubuh bergetar hebat. 

"Apa yang sebenarnya kamu rencanakan?!" Felix mengintimidasinya. 

Gadis itu hanya menggelengkan kepalanya, ia tidak mampu membuka mulut bahkan untuk sekedar menjawab. Felix melangkah menjadi lebih dekat membuatnya mundur beberapa langkah menjauhi.

"Katakan dengan jelas apa yang kau rencanakan di rumah ini?!" tegas pria matang itu sambil mencengkram lengan Revalina. 

“Mengapa kalian orang kaya suka sekali menekankan yang tidak berdaya!” peliknya melepas cengkraman tangan Felix.

Apa Felix akan luluh dan bersikap manis, tentu saja tidak, “Berhenti basa-basi.” Lelaki itu mengira gadis itu sengaja mengikutinya.

“Saya hanya menerima tawaran Nyonya sebagai baby sitter, Pak. Apa salah, saya butuh uang,” ujarnya mencoba menekan rasa takut.

“Kau pikir aku percaya?” 

Netra Revalina membeliak, dia menelan saliva gugup. “Mari akhiri perang dingin ini Pak.” Sebuah ide muncul. “Anda butuh tameng untuk hubungan Anda bukan, dan saya butuh uang. Mari kita menikah kontrak, Pak,” kata Revalina.

Felix terkekeh mendengar usulan konyol gadis itu. “Kau gila!”

“Anggap iya, karena saya miskin tidak punya harga diri dan mata duitan,” sarkas Reva. “Ini bukan tawaran buruk Pak, saya bisa menjadi tameng Bapak. Ketika kita menikah, Bapak akan terlepas dari kecurigaan Nyonya terkait hubungan Anda dengan kekasih Anda. Satu hal, bukankah hak waris akan Anda dapat ketika Anda sudah menikah?” Revalina melihat raut muka Felix yang sedikit melunak. “Saya akan menjadi pasangan pura-pura Anda, saya akan diam. Saya hanya ingin di antara kita tidak ada yang mencampuri urusan masing-masing.” Kembali gadis itu memprovokasi lelaki matang tersebut.

Di usia matang sebagai duda beranak satu, selain sang ibu menekan untuk menikah. Lelaki itu tidak paham dengan jalan pikiran wanita yang melahirkannya. Sangat pemilih terkait menantu, seperti yang sedang terjadi, sang ibu menolak gadis pilihannya. Wanita itu terlalu takut, gadis tidak bisa ditekan akan menguasai harta gono gini yang susah payah dikumpulkan. Pemikiran yang picik memang, tapi begitulah si wanita hidup membesarkan seorang putra seorang diri.

“Kau yang memulai gadis kecil, ingat keputusan ini dan jangan pernah menyesal sampai akhir! Felix menegaskan.

Larangan keras untuk berhubungan dengan sang kekasih membuat Felix merasa tertekan oleh ibunya, apalagi hak waris ditahan ketika ia menjalin hubungan dengan wanita yang digadang-gadang bisa mengambil kekayaannya. Surat kontrak pun dibuat oleh Felix, Revalina membubuhkan tanda tangan di atasnya dengan beberapa poin yang memang telah disetujui.

"Jangan sekali-kali kau mencoba untuk berkhianat atau kau akan tahu akibatnya, Revalina!" 

"Saya pastikan semuanya berjalan seperti yang Bapak inginkan." 

"Sesuai dengan apa yang tertulis di sini, kau akan mendapatkan uangnya setelah pernikahan dilaksanakan. Kita akan menikah dalam minggu ini," jelasnya sambil mengambil kertas yang telah ditandatangani oleh gadis itu. 

Wanita muda itu agak terkejut, pernikahannya begitu cepat walaupun memang lebih cepat lebih bagus, "Apakah harus secepat ini?” Revalina memang memberikan ide gila, hanya saja bukan secepat ini. 

"Apapun bisa saya lakukan kapanpun," jawab Felix.

***

Setelah kejadian antara nyata dan tidak nyata, akhirnya pernikahan pun digelar. 

"Haruskah semewah dan seramai ini, Pak? Kita hanya menikah kontrak?" Revalina dalam balutan dress pernikahan itu bertanya. 

"Tutup mulutmu, saya melakukan ini untuk meyakinkan ibu, jadi jangan berkhayal yang tidak-tidak. Terima apa pun yang saya lakukan, jangan membantah. Tetap dalam batasanmu, bersikaplah sebagai wanita bayaran ketika berada di hadapan saya!" 

Wanita itu hanya menunduk sembari menelan ludahnya menatap kepergian pria tersebut. Ia menghela napasnya, menenangkan diri karena harus berhadapan dengan pria yang tidak biasa. Gadis berkulit putih itu terkejut kala seseorang menyentuh bahunya. Seseorang melangkah berdiri tepat di hadapannya. 

“Nyonya.”

“Aku ingin heran, tapi sejauh ini tidak ada hal mencurigakan. Ingat jika kau bermain-main denganku gadis miskin!” cibir wanita tersebut.

‘Apa orang kaya memang selalu menindas?’ Revalina tidak berkutik.

Vina, ibunya Felix itu tersenyum sinis. Dia merasa Revalina adalah wanita yang cukup bodoh nan ceroboh, apa pun bisa dilakukan olehnya agar bisa mendapatkan uang. 

"Bagaimana kau merayu Felix?” Pertanyaan itu tidak mampu dijawab.

Pada saat bersamaan Felix datang di belakang ibunya, menyentuh bahu sang Ibu, "Bukanlah dia gadis yang mampu meluluhkan hati cucumu, Ibu? Aku rasa itu sudah cukup. Dia bisa menjadi pengurus yang sempurna, bukan?” 

Sang ibu terkekeh, “Kau benar!” 

Yah, begitulah status Revalina, istri yang hanya akan menjadi pengasuh untuk anak Tuannya.

Di tengah meriahnya pesta itu, orang tua Revalina juga datang. Gadis yang sudah dirias secantik mungkin itu memeluk sang Ibu dan ayah pun adik perempuannya. Terlihat dari sorot mata mereka tampak heran dengan keadaan anaknya saat ini. 

Namun, keheranan itu semakin menjadi kala ibunya Felix datang. Bukannya menyambut calon besannya, justru ia memperhatikan mereka dengan sorot matanya yang tajam. 

"Upacara pernikahan telah usai, peran kalian sudah selesai dan pesta bukan untuk orang rendahan seperti kalian." 

"Tapi Revalina adalah anak kami," sahut ibunya gadis itu. 

"Dia sudah saya beli dan uangnya untuk melunasi hutang-hutang kalian pada rentenir!" 

Mereka tercengang, kemudian ditariknya lengan gadis berbaju pengantin itu dengan sigap masuk kembali ke tempat pelaminan. Mereka hendak masuk, tetapi dihalangi oleh dua orang pria yang bertugas menjaga keamanan. Sesekali, Revalina melirik ke belakang melihat kedua orang tuanya yang sedang diusir. Ia tidak mampu untuk kembali bahkan hanya sekedar menolong mereka. 

"Ingat Revalina, kamu tidak perlu berurusan dengan mereka-mereka. Saya tahu orang-orang seperti orang tuamu pasti menginginkan hal yang lebih," bisik wanita itu. 

Revalina kembali berdiri di samping seorang pria yang telah resmi menjadi suaminya itu, beberapa orang mengabadikan momen tersebut dengan penuh haru. 

'Aku tidak menyangka akan menjadi serumit ini,' monolog Revalina.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status