Home / Romansa / Istri Ke-4 Tuan Tanah / Terinjaknya harga diri

Share

Terinjaknya harga diri

Author: Jenang gula
last update Last Updated: 2022-09-03 19:41:44

Ratih menelan ludah. Kehidupan baru sepertinya dimulai. Tanpa sadar, dia menunduk untuk menghindari tatapan Sumi.

“Siapa kamu? Dari mana bisa bertemu dengan kakang Prapto?” tanya Sumi. Dia bersedekap dada, menunggu jawaban Ratih tanpa mengalihkan se-inchi pun tatapannya.

“Ak—aku berjualan jamu, mas Prapto ...sedang beli jamu waktu itu,” jawab Ratih.

“O ...penjual jamu?” ulang Sumi. Dia jadi tahu dari mana Prapto pulang dengan membawa jamu, ternyata Ratih jawabannya.

“Kamu kenal sudah lama? Kamu merayunya sudah lama? Dengan tubuhmu?” tanyanya lagi dan tertawa setelahnya.

Ratih mengepalkan tangan, harga dirinya diinjak-injak dengan pertanyaan tak pantas itu.

Sumi masih tertawa, “Wajahmu seperti orang marah. Padahal, aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Apa kamu seperti diingatkan kembali dengan kelicikanmu?” Sumi menyeringai, “Menjijikkan!” desis Istri pertama Prapto di akhir.

“Hati-hati dengan ucapanmu, Mbak Sumi! Apa yang terlihat di luar terkadang tak lebih berbahaya dari permukaan itu sendiri. Mbak Sumi belum tahu siapa aku. Jangan sampai ucapan Mbak Sumi malah berbalik ke Mbak Sumi sendiri.” Ratih tidak tahan kalau tak membangkang. Perempuan seperti Sumi ini satu kotak dengan Prapto. Mereka tidak bisa dikasih hati, Ratih harus berhati-hati setelah melihat kibaran bendera perang.

“Kamu cukup bernyali ternyata.” Sumi tersenyum, segera pergi dari kamar Ratih karena ada satu hal yang lebih penting menurutnya.

Ratih menutup pintu kamarnya keras. Tebakannya benar adanya. Menikah dengan Prapto adalah awal hidupnya memasuki neraka. Andai dia tak asal bicara, mungkin tak seperti ini sekarang.

*****

Prapto ....

Pria itu baru selesai mandi, menghilangkan jejak penat di tubuhnya. Handuk yang baru saja digunakan untuk mengeringkan rambut disampirkan ke tempatnya. Prapto mengambil sisir dan merapikan rambutnya di depan cermin. Dari sana pula terpantul Sumi yang baru saja membuka pintu kamar. Prapto tetap merapikan rambutnya, tangan Sumi yang meraba tubuh telanjangnya dari belakang. Namun, hanya dibalas senyuman saja oleh Prapto.

Sumi menyandar di punggung Prapto. “Dari sekian banyak wanita yang kamu bawa ke sini hingga akhirnya kamu menikah dengan Iis dan Fitri, kamu selalu meminta izin dariku dulu. Apa istimewanya Ratih sampai kamu melupakan hal sepenting itu, Kakang?” tanya Sumi yang belum melepas pelukannya.

Prapto terkekeh, meletakkan sisirnya, dan mengurai tangan Sumi yang membelit tubuhnya. Prapto berbalik, duduk di kursi santai yang ada di kamarnya, “Tidak ada yang lebih penting sekarang, kamu tahu atau tidak, tetap tidak akan mengubah keputusanku,” jawab Prapto.

Sumi ikut duduk di sebelah Prapto, “Apa cintamu untukku sudah hilang?”

Prapto terkekeh, “Tidak ada yang hilang, tidak ada juga yang tumbuh, kamu tetap menduduki posisi tertinggi di hatiku.” Prapto menjauhkan diri, merebahkan kepala di pangkuan Sumi, saat Sumi mengusap kepalanya, Prapto memejamkan mata untuk menikmati sentuhan itu.

Sumi tersenyum mendengarnya, “Benarkah? Aku sangat bahagia.” Tangan Sumi masih membelai, lalu memijit karena gemas dengan Prapto.

“Ini sangat nyaman, Sumi.” puji Prapto. Dia pun membuka mata dan segera menarik tengkuk Sumi agar menunduk untuk bisa mencium bibir Sumi. Saat lumatan kecil menjadi semakin liar, letupan gairah pun memanas dengan sendirinya. Prapto mengajak Sumi memadu kasih, saling memacu untuk merengkuh asa bersama, tanpa memikirkan hal lain yang menyapanya silih berganti.

*****

Malam kini tiba. Ratih tidak pernah tahu kalau rumah sebesar ini memiliki kamar mandi di setiap kamarnya. Seperti dirinya saat ini, dia tak perlu ke luar kamar hanya untuk membuang seni dan mandi sekali pun. Saat ketukan di pintu terdengar, Ratih berdiri untuk membukakan pintu itu.

“Ya?”

“Ndoro Ratih, saya yang diperintahkan mbok Jum untuk menemani Anda. Makan malam sudah siap, Anda diminta bergabung ke ruang makan.”

Ratih menarik napas panjang dan dalam, “Di mana ruang makannya?”

“Saya akan mengantar Anda, Ndoro Ratih. Mari!” Pelayan itu berjalan lebih dulu meski sesekali menoleh ke majikan barunya.

Sesampainya di ruang makan, Ratih duduk di tempat yang diperuntukkannya, tak mengambil apa pun karena semua orang yang duduk juga belum mengambil makanan. Prapto tidak ada di tempat ini, sepertinya semua orang menunggu Prapto.

Sumi baru datang. Iis dan Fitri segera tersenyum ke arahnya dan dibalas oleh anggukan dari Sumi. Dia menoleh ke Ratih dan dapat melihat keangkuhan  di wajah itu, Sumi pun terkekeh melihat sikap Ratih.

Tak lama, Prapto pun datang. Pria itu segera duduk dan memberikan piring kosong ke Sumi. “Bukankah malam ini tidak ada orang yang datang untuk minta sumbangan?” tanya Prapto.

“Acara tujuh harian sudah selesai, Kakang,” jawab Fitri.

Prapto mengangguk. “Malam ini kita bicara dulu, setelah makan jangan langsung tidur.”

“Ini, Kakang.” Sumi memberikan piring Prapto, baru kemudian mengambil makanan lagi untuk dirinya sendiri, dan disusul oleh penghuni lain.

Setelah semua orang yang ikut duduk di meja makan mengambil makanan, barulah Ratih mengambil makanan untuknya. makan dalam diam sambil menunggu kejadian apa saja yang akan dilewatinya di rumah besar ini.

Seperti yang diinginkan tadi, Prapto dan keempat istrinya duduk di ruang tengah, “Di rumah ini tidak ada yang lebih tua atau yang baru,” Prapto menoleh ke Ratih, “seperti Ratih, semua di sini sama, tidak ada yang istimewa dan berhak minta jatah lebih banyak atau apa pun, aku akan memperlakukan semuanya secara adil. Hanya ada satu kepala keluarga, dan itu adalah aku, jadi siapa yang akan tidur bersamaku hanya aku yang boleh memilih.”

Prapto mengedarkan padangan, menatap semua istri-istri yang selalu taat padanya, “Paham?” 

“Iya, Kakang,” jawab ketiganya serentak.

Hanya Ratih yang tak menjawab. Dia tak tertarik sedikit pun dengan pembicaraan yang membosankan ini. Dirinya malah bergidik dan membayangkan apa yang dikatakan Prapto membuatnya semakin jijik.

Prapto menoleh ke Ratih. Hanya Ratih yang tidak menjawab dan itu membuatnya heran. “Kamu tidak menjawab? Apa ada yang membuatmu keberatan atau bahkan masih bingung?” tanya Prapto.

Ratih membuang napas kasar, “Apa kamu tahu? Apa yang kamu katakan barusan menjijikkan. Tidakkah kamu merasa risi? Mengumbar semuanya di depan kami? Bahkan, tanpa kamu katakan, kami pun tahu tentang kewajiban kami. Tapi, kamu membeberkan semuanya seolah kamu ini hebat. Memalukan!” Ratih berdiri. Dia menarik jarik yang dia kenakan setinggi lutut, dan kembali ke kamarnya.

Prapto tak menyangkal. Namun, harga dirinya seolah dirobek oleh Ratih. Wibawanya runtuh di depan ketiga istrinya karena digulung begitu saja oleh Ratih.

“Kakang—“ Sumi segera menutup mulutnya saat Prapto menghentikan protesnya melalui tangan yang terangkat.

Prapto yang terbakar emosi segera ke luar. Dia ingin menyegarkan dirinya sendiri untuk beberapa saat atas penghinaan ini.

“Mbak Sumi, siapa Ratih? Anak itu sepertinya menentang kakang Prapto?” tanya Iis saat suaminya sudah tidak di ruangan itu.

“Jangan berpikir begitu, Ratih memang masih sangat muda, umurnya saja jauh dariku,” bela Fitri, “sepertinya, Ratih masih kaget karena tahu kakang Prapto punya tiga istri.” imbuhnya lagi.

Sumi terkekeh, “Jangan membelanya, Fitri! Iis benar, Ratih memang menantang Prapto tadi. Sangat terlihat kalau dia tidak suka, tapi aku juga tidak tahu kenapa semua sikapnya seolah berbanding terbalik dengan kenyataan Ratih yang mau menjadi istri kakang Prapto.” 

Iis mengangguk, “Iya, aku setuju sama Mbak Sumi.”

Sumi pun terkekeh lagi.

“Kalian tidurlah, biar aku yang mengajari Ratih tentang cara bersopan santun di sini.” Sumi segera beranjak dari ruang keluarga untuk pergi ke kamar Ratih.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Ke-4 Tuan Tanah   Lembaran baru - END - EPILOG

    Hampir tengah malam. Prapto masih duduk di ruang tengah. Dia baru saja ke luar dari kamar putranya, Ratih belum pulang, Prapto akan menunggu sampai istrinya itu tiba di rumah. Bukankah Ratih sudah berjanji tak akan menginap? Kini angannya jadi melayang... “Apa yang kamu lakukan di sini? Aku tidak mau sampai istrimu tahu.” “Biar saja dia tahu. Bukankah kita sama-sama tahu kalau aku tak pernah menyukai istriku sepenuhnya? Pernikahan ini hasil perjodohan dan kedatanganmu di sini seolah memberiku puas akan dahaga.” “Jangan pernah mengatakan itu.” “Apa yang salah? Aku sudah pernah melakukannya, kau juga, apa salah kalau kita mencoba memuaskan hasrat kita selama ini?” “Aku tidak mau membuat dosa.” “Anggap saja ini hadiah yang bisa kuberikan. Aku janji hanya sekali. Tak ada esok hari. Hanya ini yang bisa kuberikan padamu, Jum.” Rayuan yang begitu memabukkan, mbok Jum muda pun terbuai, dia membiarkan setiap jengkal kulit disentuh oleh sang mantap, dan sungguh, kenikmatan itu tiada tara.

  • Istri Ke-4 Tuan Tanah   Apa kau mencintai?

    Mbok Jum terkekeh, “Semua orang memusuhiku.”“Tidak ada yang berlaku seperti itu, Mbok Jum. Semua karena perasaanmu saja karena yang sebenarnya terjadi adalah semua orang butuh waktu untuk menenangkan diri saat hatinya merasa tak baik.” Ratih baru saja selesai makan, dia berdiri karena ingin melakukan banyak hal untuk hari ini, “Jangan banyak memaksa. Setelah waktu yang dibutuhkan tercukupi, semua orang akan menyambutmu sehangat dulu.” Ratih tersenyum, menunduk hormat ke mbok Jum, dan beranjak dari ruang makan. Dia ke halaman, tahu kalau Prapto pasti sibuk, dia tak ingin putranya mengganggu pekerjaan Prapto. Tepat saat dokar berhenti di halaman, Ratih mendekati Prapto dan meminta putranya, tak menunggu siapa tamu itu, dia segera masuk kembali meski hanya bersembunyi di belakang pintu utama. Dokar yang datang adalah milik Prapto. Bisa dipastikan Siti yang ada di dalamnya.Prapto tetap duduk. Dia bahkan mulai meramu lintingan tembakau untuk dinikmati. Lek Tejo yang terus mendekat ke dok

  • Istri Ke-4 Tuan Tanah   Nasi jadi bubur

    “Ya?!” Prapto berteriak dari kamar mandi. Dia sedang membersihkan tubuhnya. Berharap dengan begitu lelah yang dia rasa akan hilang.Ratih menghela napas menyadari Prapto tak pergi jauh, “Aku membuatkanmu minuman, Mas.” Ratih mendekat, bahkan hampir menempelkan tubuhnya ke pintu kamar mandi.“Aku selesai sebentar lagi, Ratih. Letakkan saja di sana.” Prapto kembali melanjutkan mandinya saat Ratih tak lagi bertanya.Menuju ke almari, Ratih segera mencari surjan dan jarit yang pasti akan pas dikenakan oleh Prapto, tepat dengan suaminya yang baru saja ke luar dari kamar mandi. “Sarapan di dapur hampir siap, Mas.” Ratih mendekat untuk mengambil handuk basah. Menyampirkan agar tak membuat tempat lain menjadi lembab.Prapto mengangguk, “Kau tidak ke kamarmu sendiri? Kupikir anak kita akan mencarimu.” Prapto mulai membuat simpul untuk jarit yang dia kenakan.Ratih menggeleng, “Tidak, Mas. Aku sedang mengandung. Sebisa mungkin aku tak menyusui putra kita. Mas, mau kusiapkan makan di kamar atau

  • Istri Ke-4 Tuan Tanah   Satu sisi

    Sudah senja, mbok Jum heran karena pintunya diketuk dari luar, tak pernah ada tamu di jam seperti ini. Dia tetap melangkah ke luar, tersenyum saat melihat siapa yang mengejutkan dirinya, “Apa yang membawamu ke sini, Tejo?” Mbok Jum membuka pintu rumahnya sangat lebar, tapi lek Tejo malah memilih duduk di teras, mbok Jum juga tak mau memaksa lek Tejo untuk masuk.“Siapkan barangmu. Prapto ingin kamu menginap di sana untuk beberapa hari.” Lek Tejo tak menoleh, dia memilih menatap rimbunnya pohon yang mulai gelap, biar cahaya lampu minyak tak mampu membuat halaman luas ini menjadi terang.Mbok Jum terkekeh, “Ada apa? Prapto sudah menemukan Siti?”Barulah lek Tejo menoleh, menatap mbok Jum tajam, gigi menguning hasil dari kinang itu membuatnya jijik. “Baru kali ini kau berani mengatakan nama putri yang kau sembunyikan, kenapa? Kau takut aku memberi tahu Prapto dan membunuh putrimu?” Lek Tejo tak menyangka kalau mbok Jum tetap saja menjadi wanita yang licik.“Apa Prapto sudah berhasil memb

  • Istri Ke-4 Tuan Tanah   Kenyataan tak diinginkan

    Pekerja pria itu tersenyum getir, “Memang sangat menyakitkan, Aden Prapto.”Tanpa banyak bicara, Prapto memukuli pekerja itu hingga babak belur, dia melakukannya hingga puas. Setelah pria dengan tubuh lunglai seperti seonggok baju kotor, Prapto melepas dengan setengah melempar begitu saja, tak peduli jika napas pekerja itu sebentar lagi akan melayang. “Kau tak menghalangiku?” Prapto terkekeh, “Bukankah dia kekasihmu?” Siti masih menangis sambil duduk di tanah dan Prapto tak juga merasa kasihan.Siti menggeleng, “Aku hanya ingin hidup, bukan berarti aku kekasihnya.”“Hahahaha.” Prapto berjalan mendekati Siti, “Kau pikir setelah menemukanmu aku akan melepaskanmu begitu saja?” Menggeleng sambil mencebikkan bibirnya, “Katakan, sebelum kematianmu datang, apa kau masih ingin bertemu dengan ibumu?” Prapto berjongkok tepat di depan Siti.“Apa yang membuatmu sebenci itu denganku?” Siti seperti menantang, tapi bukan itu yang dia luapkan, hanya penasaran kenapa Prapto tak pernah memberinya kesem

  • Istri Ke-4 Tuan Tanah   Nama baik

    Prapto menghela napas panjang dan dalam, “Di mana tempatnya?” Tadi matahari belum muncul ke permukaan dan kini kepalanya malah pusing karena cukup terik. Prapto terus berjalan menyusuri sungai seperti yang diperintahkan oleh lek Tejo, meski tak menemukan apa pun, sudah kepalang basah. Dia tak ingin kembali dengan tangan kosong.Kakinya yang terlalu lelah, Prapto memilih untuk istirahat, duduk di batu besar, dan minum air sungai. “Di mana tempatnya? Kakiku mau copot.” Prapto menyandarkan punggung, hampir merebah untuk menghilangkan penat sambil menikmati semilir angin. Cukup menyegarkan hingga dirinya hampir saja tertidur. Untung tak sampai karena dia bangun saat mencium harum masakan rumah.Prapto membuka mata, menyapu seluruh sisi untuk mencari apa yang bisa dijadikan pertanda, hingga di kejauhan dia melihat asap. “Apa itu?” Prapto berdiri, “Tak ada pemukiman di sini, sepertinya memang itu.” Terkekeh, Prapto sedikit banyak mengenal daerah yang dia tapaki. Ini adalah tanah kelahiranny

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status