Noa Stevanno Varold adalah putra hasil perselingkuhan tuan besar Varold. Namun karena istri sah tuan besar mandul, keluarga Varold sangat bahagia dengan adanya Noa.
Mereka menjadikan Noa sebagai tuan muda yang sangat disayangi dan dimanja.
Awalnya semua hal sangat indah bagi Noa. Dia memiliki fisik yang sempurna, paras yang rupawan, kecerdasan, kekuatan, kelincahan, kreatifitas, segalanya dia miliki.
Hingga suatu saat istri kedua ayahnya, atau ibu kandung Noa tiba-tiba diceraikan begitu saja. Karena istri pertama yang mandul itu tiba-tiba mengandung.
Ayah Noa mengatakan hal paling menyakitkan bagi ibu dan Noa.
“Jika bukan karena wajah cantikmu, aku tidak akan menyukaimu. Sekarang setelah melahirkan dan memiliki anak, kamu menjadi gemuk dan tidak merawat diri. Aku lebih mencintai istri pertamaku yang jauh lebih cantik darimu.”
Perkataan itu hingga Noa dewasa terus melekat dalam benaknya, membuat dia membenci ayah kandungnya.
Akan tetapi, orangtua ayahnya, atau kakek-neneknya menyayangi Noa. Jadilah setelah ibunya diceraikan, Noa dan ibunya tinggal dengan kakek dan nenek.
Ibunya Noa mulai memperbaiki diri, mencari pekerjaan sendiri untuknya, menjadi cantik kembali.
Untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir, ibu Noa dapat tersenyum. Namun, ibunya berkata, dia tidak akan bisa mencintai siapapun lagi, karena pria yang mencintainya hanya meliriknya karena wajah atau tubuhnya saja.
Ucapan ibu Noa, membuat Noa berpikir seperti itu juga.
Sejak SMP, dia tidak pernah menunjukkan mukanya di depan umum, dia selalu memakai topengnya, atau masker untuk menutupi wajahnya.
Noa menjadi tidak mempercayai cinta atau ketulusan sama sekali.
Karena itu, Noa menyetujui ucapan terakhir kakeknya sebelum meninggal, yaitu untuk menemui seorang pria baik yang dulu bekerja dan banyak berjasa pada kakeknya.
Pria itu adalah ayah dari Laura.
Saat Noa telah menemukannya, pria itu ternyata telah meninggal. Padahal kakek Noa berpesan untuk membantu pria itu dan keluarganya.
Noa pun mencari keluarga pria itu, dan menemukan Laura serta ibunya.
Sedih sekali melihat kehidupan Laura. Saat itu Noa jatuh hati pada gadis sabar yang selalu tersenyum meski ibunya menyakitinya.
Setiap ada pria yang mencoba menyentuh Laura, Noa langsung memberinya pelajaran, tentu saja Laura dan ibunya tidak tahu.
Kemudian setelah tahu ibunya Laura memiliki banyak hutang yang menyulitkan mereka, akhirnya Noa pun datang, dengan menyuruh orang lain, berpura-pura membeli Laura, agar Laura bisa lepas dari ibunya.
Noa bersedia mengeluarkan banyak uang hanya agar Laura menjadi istrinya.
Akan tetapi, Noa masih tidak percaya seseorang bisa tulus mencintai seseorang tanpa memandang fisik.
Karena itu di depan Laura, Noa tetap memakai topengnya.
Oh iya, karena Laura masih anak remaja, Noa bingung harus bagaimana menghadapinya. Karena itu dia masuk menjadi guru olah raga di sekolah milik kakeknya, yang sudah diwariskan padanya.
Mengenai kekayaan harta kakeknya, Noa mendapatkan hampir semuanya, jadi ayah Noa dan istrinya tidak terima dengan hal itu.
Sampai saat ini ibu tiri Noa masih menyimpan dendam, jadi Noa menyembunyikan identitasnya. Menjadi guru olah raga di sekolah, mendaftarkan diri sebagai Stevano saja, tanpa embel-embel keluarga.
Di sekolah, tentu saja Noa menjadi populer, karena dia melepas topengnya.
Namun, Noa tidak puas dengan kepopulerannya, tidak suka meski dipuja-puja.
Karena Noa tidak membutuhkan semua itu.
Dia hanya membutuhkan seseorang yang tulus dengannya.
Dia berharap, Laura dapat mencintainya dengan tulus. Namun, jika dia malah jijik dengan Noa, mungkin Noa akan memilih untuk sendiri selamanya.
Akan tetapi, Laura tersenyum padanya, memperlakukannya dengan tulus dan lembut.
Noa mulai berharap banyak, namun dia juga tidak ingin cepat-cepat menunjukkan wajahnya, dia masih takut.
Bagaimana jika Laura menyukainya karena wajahnya dan hartanya saja?
Namun, jika boleh jujur, Noa sudah jatuh hati dengan Laura. Dia menunda untuk menyentuhnya karena dia tidak ingin menyakitinya.
Akan tetapi, Noa juga manusia biasa, dia juga bisa tergoda saat digoda secara terang-terangan.
Noa tidak menyangka bahwa Laura salah memilih pakaian olah raga, harusnya hari itu Noa ada rencana untuk menghukum Laura, agar dia bisa menghabiskan banyak waktu dengannya.
Namun Noa sudah tidak tahan. Mana mungkin dia membiarkan Laura melihat miliknya berdiri dari balik celana, itu sangat memalukan bukan?
Sepulang dari mengajar, Noa langsung pergi ke perusahaannya.
Dia kembali memakai topengnya.
Semua orang takut dan tunduk padanya.
Desas-desus Noa buruk rupa karena menggunakan topeng sudah bosan Noa dengarkan, dia sudah tidak heran lagi.
Noa ingin cepat menyelesaikan pekerjaan, lalu kembali ke rumah dan melihat apa yang dilakukan Laura.
Noa sudah tidak tahan untuk menyentuh istri kecilnya tersebut.
***
Hari ini agak aneh, suami Laura sudah ada di rumah jam enam malam.
Laura baru saja selesai mandi dan berganti pakaian, dia baru ingin pergi ke dapur untuk membuat makan malam untuk dirinya sendiri.
Memang ada banyak pelayan yang bisa memasak, namun Laura ingin di waktu makan malam, dia bisa memasak sendiri, jadi pelayan tidak ada yang memasak di waktu malam. Lagipula, biasanya juga Noa makan di luar.
Laura yang baru sampai di dapur jadi bingung, Noa duduk di dapur, di kursi pojok sambil menatap Laura yang baru ingin memasak.
"Kamu ingin memasak apa?" tanya Noa.
"Saya hanya ingin memasak seadanya saja," jawab Laura takut-takut.
"Kalau begitu silahkan."
Jadilah malam itu Laura memasak untuk dua orang.
Laura agak cemas, takut Noa tidak menyukai masakannya, karena Laura hanya membuat lalapan. Dia menggoreng ayam, merebus sayur setengah matang, menggoreng tempe, menyiapkan sayur segar, lalu membuat sambal.
“Anu, Tuan Noa, jika masakan saya –”
“Kamu bukan pembantuku, tidak perlu memanggilku Tuan” Noa memotong ucapan Laura, membuat Laura menjadi lebih gugup dari sebelumnya.
“Maaf, tapi – saya harus memanggil apa ya?”
“Tidak tahu, biasanya, istri memanggil suaminya apa?”
Laura juga bingung, dia lupa bagaimana dulu orang tuanya saling memanggil.
“Bagaimana dengan Kak?”
“Memang aku kakakmu?”
“Eum, kalau Mas?”
“Itu agak kampungan!”
Laura jadi semakin bingung, dia harus apa?
“Sayang?”
“Itu lebih bagus.”
Tidak mungkin!
Mana mungkin Laura memanggil Noa seperti itu? Tadi dia hanya bercanda.
Noa mulai memakan makanannya, dia memakai topeng yang berbeda. Topeng yang bagian mulutnya terbuka, jadi yang tertutup hanya bagian mata, sebagian pipi dan hidungnya, meski hidungnya juga tidak tertutup sempurna, agar Noa bisa bernafas dengan baik.
Dengan topeng seperti itu, Noa tetap terlihat tampan, bibirnya juga bentuknya bagus, sedikit penuh, warnanya merah alami.
Meski bentuk bibir itu rasanya familiar juga bagi Laura.
Entah kenapa, mirip dengan pak Vano, tapi mana mungkin Noa yang seorang CEO menjadi guru olah raga bukan? Itu mustahil sekali.
.
.
Laura tidak tahu harus bereaksi seperti apa, dia senang, sangat senang malah, saat Noa memuji masakannya. Waktu itu Laura merasa dia sudah satu langkah lebih dekat menjadi istri yang baik, meski yang dia lakukan hanya memasak.Namun, yang membuat Laura bimbang adalah, dia harus memasak setiap hari untuk Noa. Dia sudah meminta pelayan untuk tidak memasak lagi, meski itu saat sarapan.Bukannya Laura tidak mau, tapi dia cemas, banyak hal yang dia takutkan. Bagaimana jika dia tidak bisa bangun pagi untuk memasak? Bagaimana jika masakannya tidak sesuai selera Noa lagi? Bagaimana jika Laura terlambat memasak lalu Noa marah?Laura sangat cemas.Selain itu, yang membuat Laura semakin cemas adalah, Noa mengatakan dia akan menyentuh Laura malam ini. Itulah kenapa Laura saat ini sudah bersiap-siap, dia memakai gaun tidur yang cantik. Dia bahkan mandi lagi agar bau bawang dan asap tidak menempel di tubuhnya.Laura berdebar-debar, ada rasa cemas, ada rasa takut, ada pula rasa tidak sabar, yang pas
Laura merasa sangat bahagia, saat dia bangun di pagi hari, Noa ternyata tidur disisinya, memeluknya erat.Walaupun Laura merasa bingung, kenapa Noa masih saja memakai topeng saat tidur? Topeng itu bahkan tidak bergeser sedikit pun.Sebenarnya Laura sedih, dengan Noa tidak mau memperlihatkan wajahnya. Entah itu baik atau buruk, Laura akan mencoba untuk menerimanya. Dengan Noa tidak mau menunjukkan pada Laura, membuat Laura merasa Noa masih belum mempercayainya.Tidak aneh sih, mungkin Noa masih menganggap Laura orang asing baginya, jadi Noa masih belum percaya.Karena Noa tertidur, Laura memiliki keinginan untuk membuka topeng itu. Namun, Laura tidak ingin mengkhianati kepercayaan Noa sedikit pun, jadi dia mengurungkan niatnya tersebut.Akan tetapi, Laura tidak bisa berhenti memandangi wajah tampan Noa. Yah, walaupun tampan karena Noa menggunakan topeng, apapun itu, Noa tetap tampan bagi Laura.Takut-takut, Laura menundukkan tubuhnya, untuk mendekati wajah Noa, kemudian mengecup bibir
“Sayang, mau jalan-jalan?” tanya Noa tiba-tiba, saat itu Laura sedang mengeringkan rambutnya dengan hairdryer, menoleh pada suaminya sambil menatap penuh antusias. “Jalan-jalan ke mana?” Noa mengedikkan bahunya, “entah, kamu maunya ke mana?” Laura terlihat berpikir sejenak, “aku sebenarnya tidak terlalu mengenal sekitar sini, tapi aku suka ke taman atau ke pantai,” ucap Laura antusias. Bibir Noa membentuk senyuman tipis, “kalau begitu kita ke pantai, aku memiliki villa dengan pantai pribadi, ada yacht kecil juga di depannya jika kamu ingin menaikinya, tapi, kamu sudah baikan? Maksudku, tidak sakit lagi?” Laura mengangguk pelan, “tidak terlalu sakit kok, lagi pula kita ke sana kan naik mobil” ucap Laura, masih saja antusias. Noa gemas melihat istri kecilnya tersenyum lebar seperti itu, dia terlihat bahagia hanya karena hal sederhana. “Kalau begitu aku akan siap-siap ya, kamu bawa apa yang dibutuhkan, jika tidak ada kau bisa mengatakannya padaku” kata Noa, dia kemudian berdi
Laura tidak bisa mengontrol ekspresi wajahnya setelah sampai di balkon lantai dua vila.Bagaimana tidak? Pemandangan pantai dan laut yang disajikan sangat indah, jadi Laura tersenyum lebar sekali.Noa yang melihat semua itu jadi ikut tersenyum, dia tidak menyangka hal sederhana seperti pemandangan pantai bisa membuat istri kecilnya bahagia.“Kamu suka dengan pemandangannya?” tanya Noa.Refleks Laura mengangguk antusias, “iya! Suka sekali! Dulu aku sering diajak ke pantai oleh papa, papa juga pernah ada kerja di luar kota, aku diajak dan kami – oh, maaf, aku tidak bermaksud cerewet.”Laura buru-buru menutup mulutnya, takut jika Noa kesal karena dia banyak bicara.Noa tersenyum, Laura bisa melihatnya karena Noa terus memakai topeng yang mulutnya terbuka. Laura sangat suka jika Noa memakai topeng itu daripada yang seluruh wajah, baginya Noa sangat tampan meski yang bisa dilihat hanya bibir dan dagunya saja.Wajah Laura mulai merona hebat saat tangan Noa terangkat untuk mengusap kepalanya
“Wajahku ditutup atau tidak, itu bukan urusanmu” ucap Noa dengan nada dingin. Suasana sudah menjadi dingin dan tidak mengenakkan, padahal saat itu masih sekitar jam setengah tiga sore. Udara yang hangat mendadak menjadi dingin karena Noa dan Dave. Laura yang bingung harus bagaimana sedang memutar otak untuk mendamaikan mereka. “Anu, Dave, bagaimana kau bisa ada disini? Apa kau tinggal disini?” tanya Laura. “Tidak, hanya saja aku ingin mengunjungi villa kakakku, ingin tahu bagaimana rupa istri kakakku yang payah itu, tapi malah bertemu denganmu” kata Dave. Laura memproses ucapan Dave sejenak, baru setelahnya dia menyahuti, “maksudmu, ini villa kakakmu?” tanya Laura sambil menunjuk villa milik Noa. Dave menggeleng, “tidak, tapi yang itu” Dave menunjukkan villa lain yang berada tepat di sebelah villa milik Noa. “Kenapa kamu menunjuk villa ku, sayang?” kata Noa. Dahi Dave mengerut mendengar villa besar yang Laura tunjuk itu milik Noa. “Ah, jadi itu milikmu, berarti kau anak pertam
..Rasanya seperti keajaiban, Noa dan Dave yang tadinya seperti musuh bebuyutan, kini berubah menjadi akrab dan bahkan saling bercanda.Laura tercekat, mata indahnya berkedip-kedip tidak percaya, ini seperti sihir.Ah, mungkin Laura saja yang berlebihan, namun dia sungguh tidak menyangka Noa dan Dave akan menjadi seakrab itu.Lomba memancing dimenangkan oleh Noa, selisih dua gurita saja.Semua gurita dimasak dan dibagikan, yang memasaknya adalah Laura dibantu beberapa pelayan.Merasakan masakan gurita seperti yang dulu Laura buat bersama ayahnya, membuatnya merindukan sosok ayah. Namun, disisi lain dia juga sangat bahagia.“Ternyata kamu pinter masak juga ya Laura, andai aku mengenalmu duluan, pasti kita udah paca – aduuh!”Noa menyingkirkan Dave lalu mendekati Laura dan memeluk pinggang istrinya tersebut. Dave yang diperlakukan seperti itu mencebikkan bibirnya kesal, meski sebenarnya Dave mengatakan itu juga bercanda.Dave adalah anak lelaki yang baik, kedua orangtuanya merupakan seo
..Noa mengumpat pelan, baru kali ini dia merasa sangat ceroboh. Bagaimana bisa dia keceplosan seperti itu? Bagaimana jika nanti Laura memintanya menelfon Vanno untuk bukti?Ah, pikiran Noa sedang kacau sekarang. Dia dan Laura sudah kembali ke villa, Dave juga sudah pergi.Saat itu Laura sedang mandi, jadi Noa hanya menunggu sambil memainkan ponselnya, juga sambil memantau kerja perusahaannya.Selain masalah Laura, Noa juga memiliki masalah lain dengan perusahaan. Perusahaan yang Noa rintis sendiri dari nol sudah semakin berkembang pesat sekarang, terutama setelah Noa mengeluarkan produk mie instan.Awalnya produk itu masih dua varian rasa saja, yaitu mie goreng dan mie ayam bawang. Namun, karena langsung meledak di pasaran, jadilah sekarang produk itu memiliki banyak varian lain.Masalahnya adalah, sedang ada perusahaan besar yang mencoba untuk menjatuhkan produk milik perusahaan Noa.Karena itu, dia harus sering-sering memantau perusahaan. Apalagi, ibu tiri Noa itu suka sekali ikut
..“Laura!!”Baru saja Lara sampai di kelas, Ruby dan Lira telah menyambutnya, keduanya adalah teman yang paling dekat dengan Laura, meski anak-anak yang lain juga baik pada Laura.Prinsip Laura adalah baik pada semua orang, bahkan meskipun orang lain jahat padanya, tapi bukan berarti dia akan mudah dimanfaatkan.Tentu saja Laura tahu mana yang benar-bena baik, dan mana yang tidak.Sejauh ini, Ruby dan Lira memang tulus berteman dengannya.Ada pula teman yang awalnya baik, tapi setelah Laura mengatakan dia bukan berasal dari keluarga berada, dia malah pergi. Memang Laura mengakunya dia berasal dari keluarga biasa saja, dia bisa seklah di sekolah elit itu juga karena bantuan seseorang.Laura tidak berbohong kan? Dia memang bisa sekolah berkat bantuan suaminya, yang kaya raya juga suaminya, bukan Laura sendiri.“Kamu sudah baikan?” tanya Lira, dia ini duduknya ada di belakang Ruby, sedangkan Ruby sendiri duduk di samping Laura. Lira duduk sendirian karena ternyata dia agak dijauhi oleh