Share

3. Masa lalu Noa

Noa Stevanno Varold adalah putra hasil perselingkuhan tuan besar Varold. Namun karena istri sah tuan besar mandul, keluarga Varold sangat bahagia dengan adanya Noa.

Mereka menjadikan Noa sebagai tuan muda yang sangat disayangi dan dimanja.

Awalnya semua hal sangat indah bagi Noa. Dia memiliki fisik yang sempurna, paras yang rupawan, kecerdasan, kekuatan, kelincahan, kreatifitas, segalanya dia miliki.

Hingga suatu saat istri kedua ayahnya, atau ibu kandung Noa tiba-tiba diceraikan begitu saja. Karena istri pertama yang mandul itu tiba-tiba mengandung.

Ayah Noa mengatakan hal paling menyakitkan bagi ibu dan Noa.

“Jika bukan karena wajah cantikmu, aku tidak akan menyukaimu. Sekarang setelah melahirkan dan memiliki anak, kamu menjadi gemuk dan tidak merawat diri. Aku lebih mencintai istri pertamaku yang jauh lebih cantik darimu.”

Perkataan itu hingga Noa dewasa terus melekat dalam benaknya, membuat dia membenci ayah kandungnya.

Akan tetapi, orangtua ayahnya, atau kakek-neneknya menyayangi Noa. Jadilah setelah ibunya diceraikan, Noa dan ibunya tinggal dengan kakek dan nenek.

Ibunya Noa mulai memperbaiki diri, mencari pekerjaan sendiri untuknya, menjadi cantik kembali.

Untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir, ibu Noa dapat tersenyum. Namun, ibunya berkata, dia tidak akan bisa mencintai siapapun lagi, karena pria yang mencintainya hanya meliriknya karena wajah atau tubuhnya saja.

Ucapan ibu Noa, membuat Noa berpikir seperti itu juga.

Sejak SMP, dia tidak pernah menunjukkan mukanya di depan umum, dia selalu memakai topengnya, atau masker untuk menutupi wajahnya.

Noa menjadi tidak mempercayai cinta atau ketulusan sama sekali.

Karena itu, Noa menyetujui ucapan terakhir kakeknya sebelum meninggal, yaitu untuk menemui seorang pria baik yang dulu bekerja dan banyak berjasa pada kakeknya.

Pria itu adalah ayah dari Laura.

Saat Noa telah menemukannya, pria itu ternyata telah meninggal. Padahal kakek Noa berpesan untuk membantu pria itu dan keluarganya.

Noa pun mencari keluarga pria itu, dan menemukan Laura serta ibunya.

Sedih sekali melihat kehidupan Laura. Saat itu Noa jatuh hati pada gadis sabar yang selalu tersenyum meski ibunya menyakitinya.

Setiap ada pria yang mencoba menyentuh Laura, Noa langsung memberinya pelajaran, tentu saja Laura dan ibunya tidak tahu.

Kemudian setelah tahu ibunya Laura memiliki banyak hutang yang menyulitkan mereka, akhirnya Noa pun datang, dengan menyuruh orang lain, berpura-pura membeli Laura, agar Laura bisa lepas dari ibunya.

Noa bersedia mengeluarkan banyak uang hanya agar Laura menjadi istrinya.

Akan tetapi, Noa masih tidak percaya seseorang bisa tulus mencintai seseorang tanpa memandang fisik.

Karena itu di depan Laura, Noa tetap memakai topengnya.

Oh iya, karena Laura masih anak remaja, Noa bingung harus bagaimana menghadapinya. Karena itu dia masuk menjadi guru olah raga di sekolah milik kakeknya, yang sudah diwariskan padanya.

Mengenai kekayaan harta kakeknya, Noa mendapatkan hampir semuanya, jadi ayah Noa dan istrinya tidak terima dengan hal itu.

Sampai saat ini ibu tiri Noa masih menyimpan dendam, jadi Noa menyembunyikan identitasnya. Menjadi guru olah raga di sekolah, mendaftarkan diri sebagai Stevano saja, tanpa embel-embel keluarga.

Di sekolah, tentu saja Noa menjadi populer, karena dia melepas topengnya.

Namun, Noa tidak puas dengan kepopulerannya, tidak suka meski dipuja-puja.

Karena Noa tidak membutuhkan semua itu.

Dia hanya membutuhkan seseorang yang tulus dengannya.

Dia berharap, Laura dapat mencintainya dengan tulus. Namun, jika dia malah jijik dengan Noa, mungkin Noa akan memilih untuk sendiri selamanya.

Akan tetapi, Laura tersenyum padanya, memperlakukannya dengan tulus dan lembut.

Noa mulai berharap banyak, namun dia juga tidak ingin cepat-cepat menunjukkan wajahnya, dia masih takut.

Bagaimana jika Laura menyukainya karena wajahnya dan hartanya saja?

Namun, jika boleh jujur, Noa sudah jatuh hati dengan Laura. Dia menunda untuk menyentuhnya karena dia tidak ingin menyakitinya.

Akan tetapi, Noa juga manusia biasa, dia juga bisa tergoda saat digoda secara terang-terangan.

Noa tidak menyangka bahwa Laura salah memilih pakaian olah raga, harusnya hari itu Noa ada rencana untuk menghukum Laura, agar dia bisa menghabiskan banyak waktu dengannya.

Namun Noa sudah tidak tahan. Mana mungkin dia membiarkan Laura melihat miliknya berdiri dari balik celana, itu sangat memalukan bukan?

Sepulang dari mengajar, Noa langsung pergi ke perusahaannya.

Dia kembali memakai topengnya.

Semua orang takut dan tunduk padanya.

Desas-desus Noa buruk rupa karena menggunakan topeng sudah bosan Noa dengarkan, dia sudah tidak heran lagi.

Noa ingin cepat menyelesaikan pekerjaan, lalu kembali ke rumah dan melihat apa yang dilakukan Laura.

Noa sudah tidak tahan untuk menyentuh istri kecilnya tersebut.

***

Hari ini agak aneh, suami Laura sudah ada di rumah jam enam malam.

Laura baru saja selesai mandi dan berganti pakaian, dia baru ingin pergi ke dapur untuk membuat makan malam untuk dirinya sendiri.

Memang ada banyak pelayan yang bisa memasak, namun Laura ingin di waktu makan malam, dia bisa memasak sendiri, jadi pelayan tidak ada yang memasak di waktu malam. Lagipula, biasanya juga Noa makan di luar.

Laura yang baru sampai di dapur jadi bingung, Noa duduk di dapur, di kursi pojok sambil menatap Laura yang baru ingin memasak.

"Kamu ingin memasak apa?" tanya Noa.

"Saya hanya ingin memasak seadanya saja," jawab Laura takut-takut.

"Kalau begitu silahkan."

Jadilah malam itu Laura memasak untuk dua orang.

Laura agak cemas, takut Noa tidak menyukai masakannya, karena Laura hanya membuat lalapan. Dia menggoreng ayam, merebus sayur setengah matang, menggoreng tempe, menyiapkan sayur segar, lalu membuat sambal.

“Anu, Tuan Noa, jika masakan saya –”

“Kamu bukan pembantuku, tidak perlu memanggilku Tuan” Noa memotong ucapan Laura, membuat Laura menjadi lebih gugup dari sebelumnya.

“Maaf, tapi – saya harus memanggil apa ya?”

“Tidak tahu, biasanya, istri memanggil suaminya apa?”

Laura juga bingung, dia lupa bagaimana dulu orang tuanya saling memanggil.

“Bagaimana dengan Kak?”

“Memang aku kakakmu?”

“Eum, kalau Mas?”

“Itu agak kampungan!”

Laura jadi semakin bingung, dia harus apa?

“Sayang?”

“Itu lebih bagus.”

Tidak mungkin!

Mana mungkin Laura memanggil Noa seperti itu? Tadi dia hanya bercanda.

Noa mulai memakan makanannya, dia memakai topeng yang berbeda. Topeng yang bagian mulutnya terbuka, jadi yang tertutup hanya bagian mata, sebagian pipi dan hidungnya, meski hidungnya juga tidak tertutup sempurna, agar Noa bisa bernafas dengan baik.

Dengan topeng seperti itu, Noa tetap terlihat tampan, bibirnya juga bentuknya bagus, sedikit penuh, warnanya merah alami.

Meski bentuk bibir itu rasanya familiar juga bagi Laura.

Entah kenapa, mirip dengan pak Vano, tapi mana mungkin Noa yang seorang CEO menjadi guru olah raga bukan? Itu mustahil sekali.

.

.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status