Laura tidak tahu harus bereaksi seperti apa, dia senang, sangat senang malah, saat Noa memuji masakannya. Waktu itu Laura merasa dia sudah satu langkah lebih dekat menjadi istri yang baik, meski yang dia lakukan hanya memasak.
Namun, yang membuat Laura bimbang adalah, dia harus memasak setiap hari untuk Noa. Dia sudah meminta pelayan untuk tidak memasak lagi, meski itu saat sarapan.
Bukannya Laura tidak mau, tapi dia cemas, banyak hal yang dia takutkan. Bagaimana jika dia tidak bisa bangun pagi untuk memasak? Bagaimana jika masakannya tidak sesuai selera Noa lagi? Bagaimana jika Laura terlambat memasak lalu Noa marah?
Laura sangat cemas.
Selain itu, yang membuat Laura semakin cemas adalah, Noa mengatakan dia akan menyentuh Laura malam ini. Itulah kenapa Laura saat ini sudah bersiap-siap, dia memakai gaun tidur yang cantik. Dia bahkan mandi lagi agar bau bawang dan asap tidak menempel di tubuhnya.
Laura berdebar-debar, ada rasa cemas, ada rasa takut, ada pula rasa tidak sabar, yang pasti, dadanya kini berdebar-debar aneh, perutnya terasa aneh juga, seperti ada kupu-kupu yang beterbangan menggelitiknya.
Laura terperanjat saat pintu kamarnya terbuka, Noa masuk ke kamarnya, masih mengenakan topeng putihnya, topeng yang bagian mulutnya terbuka.
“Kamu sudah siap?” tanya Noa dengan suara beratnya, membuat Laura refleks menganggukkan kepalanya.
Noa terlihat menyeringai, Laura merinding melihatnya, debaran jantungnya kian bertambah kencang. Namun, itu seperti debaran yang menyenangkan, yang membuat Laura penasaran dan tidak sabaran.
Noa berjalan mendekati Laura, hingga sampai di depan Laura, dia meraih dagu Laura, memaksa istrinya itu untuk menatap pada wajahnya yang bertopeng putih.
“Kamu cantik, aku suka, sangat suka, sayang sekali kamu memiliki suami sepertiku” gumam Noa.
Laura menggeleng kecil, “aku senang memiliki suami seperti anda, jadi anda tidak perlu berbicara seperti itu” ucap Laura.
“Kau suka aku atau hartaku?”
Laura terkejut mendengar pertanyaan menyakitkan tersebut, senyumnya pun luntur, digantikan dengan tatapan terluka.
“Aku tidak bermaksud menyakitimu, aku serius penasaran, aku tidak akan marah sama sekali jika kau lebih jujur. Justru jika kau berbohong dan menyembunyikan sesuatu, aku akan marah padamu” ucap Noa.
Laura kembali mendongak menatap Noa, “Jadi saya boleh jujur?”
Noa mengangguk, “iya, katakan saja apa yang ingin kau katakan, aku akan mendengarkan mu.”
Laura menolehkan wajahnya ke arah lain, “sebenarnya, saya menyukai anda, bukan harta anda, tapi tidak bisa dipungkiri, saya bahagia karena mendapat fasilitas dari anda juga, yang membuat saya menyukai anda adalah, eum – ini agak memalukan tapi ... anda baik pada saya. Mungkin saya yang mudah jatuh hati, tapi itu sungguhan, anda baik sekali, tidak menyakiti saya, saya bahkan merasa beruntung karena dari sekian banyak wanita, anda memilih saya. Memang benar saya penasaran dengan rupa anda, namun saya yakin tidak akan kecewa seperti apa pun penampilan anda.”
“Kamu yakin? Saya buruk rupa, sangat jelek” ucap Noa, terdengar begitu serius, namun Laura tersenyum menanggapinya.
“Tidak masalah, pernikahan adalah saat dimana pasangan harus menerima kekurangan maupun kelebihan masing-masing, jadi bagaimanapun anda, meski saya tidak menyukainya, saya harus bisa dan ikhlas menerimanya.”
Jujur saja, Noa terharu mendengar ucapan Laura, itu seperti air hangat yang melelehkan es batu.
Begitu hangat, manis, begitu menyentuh dan membuat lega.
“Kamu siap untuk berhubungan layaknya suami istri, Laura?” tanya Noa, Laura tersenyum tipis dan mengangguk yakin.
Noa kembali meraih wajah Laura, kemudian memiringkan kepalanya sedikit, lalu menyatukan kedua belah bibir mereka.
Dengan cepat Laura sudah terlena dengan lumatan demi lumatan yang Noa lakukan pada bibirnya, saat Noa menyesap bibirnya, memasukkan lidah pada mulutnya. Kecapan demi kecapan, semua itu membuat Laura dimabuk kepayang.
Hingga tanpa Laura sadari, dia sudah berada di bawah kuasa Noa, suaminya itu mengungkungnya diantara tubuhnya yang besar dan berotot.
Saat Laura sadar, ciuman Noa sudah turun menuju lehernya, lalu dadanya.
Noa memperlakukan Laura dengan hati-hati dan penuh perasaan, membuat Laura mengerti artinya dicintai, disayangi.
Pakaian Laura dilepaskan dengan sangat lembut dan hati-hati, hingga tidak ada sehelai benang pun tersisa.
Diusapnya kulit Laura yang halus dan lembut, kemudian dikecupnya tiap inchi tubuhnya.
Noa benar-benar mengagumi dan menghargai tubuh istrinya, Laura sangat indah.
Kulitnya halus dan lembut, kenyal juga, sangat mulus tanpa cela. Mungkin karena memang selama menjadi istrinya Laura dirawat oleh pelayan dan salon terkenal. Meski begitu, sebelum jatuh miskin juga Laura sudah sangat cantik, hanya saja Laura tidak ada pikiran untuk mengurus dirinya. Jangankan mengurus diri, untuk makan saja sulit.
Noa mulai menjauh, lalu melepas pakaiannya sendiri.
Laura tidak bisa melepaskan matanya dari tubuh Noa yang terpahat sempurna, ototnya, posturnya, semuanya indah.
Laura jadi tidak mengerti, dengan tubuh seindah itu, meski wajahnya jelek, bagaimana bisa ada yang menolaknya? Apalagi Noa memiliki banyak harta.
Tapi tidak masalah, karena dengan para perempuan tidak menyukai Noa, jadi Laura bisa menjadi istri Noa.
Jika tidak ada Noa, mungkin Laura sudah hidup menderita. Laura tidak munafik, dia tidak suka hidup miskin.
Dari kecil dia menjadi putri, lalu tiba-tiba jatuh miskin, tentu saja dia shock dan tidak siap. Karena itu, dia sangat bersyukur menikah dengan Noa.
Noa kembali mendekat untuk mencium dada Laura, meremasnya pelan, menggelitik puncak dada Laura dengan lidahnya, membuat Laura mendesah merasakan geli.
Baru kali itu tubuhnya dijamah seorang pria, Laura menyukainya, mungkin karena itu adalah Noa, suaminya. Atau, mungkin karena dia memang sudah jatuh dalam pesona Noa. Entahlah, yang pasti Laura sangat menikmati sentuhan Noa, menginginkannya lebih dan lebih.
Laura merasa dirinya sudah tidak waras, dia sangat menginginkan Noa, ingin disentuh olehnya lebih.
Akan tetapi, kesenangan itu mulai sirna saat Laura merasakan sakitnya melakukan untuk pertama kalinya.
Jeritan Laura menggema di seluruh ruangan, padahal Noa belum masuk sama sekali, hanya sedikit, dan Laura sudah menjerit seperti itu. Bagaimana mungkin Noa bisa meneruskannya?
Dia pun memilih berhenti, "maafkan aku."
Noa mengecup kening Laura, kemudian mengenakan pakaiannya kembali dan pergi dari kamar istrinya, setelah menyelimuti dengan selimut tebal.
Laura terisak dan menangis.
Dia merasa bodoh, harusnya dia tahan rasa sakit itu, namun dia sangat kesakitan.
Sekarang dia merasa bersalah pada suaminya, karena Laura tidak tahan sakit.
Malam itu Laura tertidur setelah menangis.
Sedangkan Noa sedang berjuang menidurkan miliknya yang telah tegak sempurna.
Dia juga merasa bersalah karena memaksa Laura saat itu.
Setelah selesai dia kembali lagi, melihat Laura yang sudah terlelap. Dia mendekat lalu mengecup kening Laura, setelah itu dia ikut tidur disana, sambil memeluk Laura.
“Maaf aku telah membuatmu menangis, istriku.”
Laura merasa sangat bahagia, saat dia bangun di pagi hari, Noa ternyata tidur disisinya, memeluknya erat.Walaupun Laura merasa bingung, kenapa Noa masih saja memakai topeng saat tidur? Topeng itu bahkan tidak bergeser sedikit pun.Sebenarnya Laura sedih, dengan Noa tidak mau memperlihatkan wajahnya. Entah itu baik atau buruk, Laura akan mencoba untuk menerimanya. Dengan Noa tidak mau menunjukkan pada Laura, membuat Laura merasa Noa masih belum mempercayainya.Tidak aneh sih, mungkin Noa masih menganggap Laura orang asing baginya, jadi Noa masih belum percaya.Karena Noa tertidur, Laura memiliki keinginan untuk membuka topeng itu. Namun, Laura tidak ingin mengkhianati kepercayaan Noa sedikit pun, jadi dia mengurungkan niatnya tersebut.Akan tetapi, Laura tidak bisa berhenti memandangi wajah tampan Noa. Yah, walaupun tampan karena Noa menggunakan topeng, apapun itu, Noa tetap tampan bagi Laura.Takut-takut, Laura menundukkan tubuhnya, untuk mendekati wajah Noa, kemudian mengecup bibir
“Sayang, mau jalan-jalan?” tanya Noa tiba-tiba, saat itu Laura sedang mengeringkan rambutnya dengan hairdryer, menoleh pada suaminya sambil menatap penuh antusias. “Jalan-jalan ke mana?” Noa mengedikkan bahunya, “entah, kamu maunya ke mana?” Laura terlihat berpikir sejenak, “aku sebenarnya tidak terlalu mengenal sekitar sini, tapi aku suka ke taman atau ke pantai,” ucap Laura antusias. Bibir Noa membentuk senyuman tipis, “kalau begitu kita ke pantai, aku memiliki villa dengan pantai pribadi, ada yacht kecil juga di depannya jika kamu ingin menaikinya, tapi, kamu sudah baikan? Maksudku, tidak sakit lagi?” Laura mengangguk pelan, “tidak terlalu sakit kok, lagi pula kita ke sana kan naik mobil” ucap Laura, masih saja antusias. Noa gemas melihat istri kecilnya tersenyum lebar seperti itu, dia terlihat bahagia hanya karena hal sederhana. “Kalau begitu aku akan siap-siap ya, kamu bawa apa yang dibutuhkan, jika tidak ada kau bisa mengatakannya padaku” kata Noa, dia kemudian berdi
Laura tidak bisa mengontrol ekspresi wajahnya setelah sampai di balkon lantai dua vila.Bagaimana tidak? Pemandangan pantai dan laut yang disajikan sangat indah, jadi Laura tersenyum lebar sekali.Noa yang melihat semua itu jadi ikut tersenyum, dia tidak menyangka hal sederhana seperti pemandangan pantai bisa membuat istri kecilnya bahagia.“Kamu suka dengan pemandangannya?” tanya Noa.Refleks Laura mengangguk antusias, “iya! Suka sekali! Dulu aku sering diajak ke pantai oleh papa, papa juga pernah ada kerja di luar kota, aku diajak dan kami – oh, maaf, aku tidak bermaksud cerewet.”Laura buru-buru menutup mulutnya, takut jika Noa kesal karena dia banyak bicara.Noa tersenyum, Laura bisa melihatnya karena Noa terus memakai topeng yang mulutnya terbuka. Laura sangat suka jika Noa memakai topeng itu daripada yang seluruh wajah, baginya Noa sangat tampan meski yang bisa dilihat hanya bibir dan dagunya saja.Wajah Laura mulai merona hebat saat tangan Noa terangkat untuk mengusap kepalanya
“Wajahku ditutup atau tidak, itu bukan urusanmu” ucap Noa dengan nada dingin. Suasana sudah menjadi dingin dan tidak mengenakkan, padahal saat itu masih sekitar jam setengah tiga sore. Udara yang hangat mendadak menjadi dingin karena Noa dan Dave. Laura yang bingung harus bagaimana sedang memutar otak untuk mendamaikan mereka. “Anu, Dave, bagaimana kau bisa ada disini? Apa kau tinggal disini?” tanya Laura. “Tidak, hanya saja aku ingin mengunjungi villa kakakku, ingin tahu bagaimana rupa istri kakakku yang payah itu, tapi malah bertemu denganmu” kata Dave. Laura memproses ucapan Dave sejenak, baru setelahnya dia menyahuti, “maksudmu, ini villa kakakmu?” tanya Laura sambil menunjuk villa milik Noa. Dave menggeleng, “tidak, tapi yang itu” Dave menunjukkan villa lain yang berada tepat di sebelah villa milik Noa. “Kenapa kamu menunjuk villa ku, sayang?” kata Noa. Dahi Dave mengerut mendengar villa besar yang Laura tunjuk itu milik Noa. “Ah, jadi itu milikmu, berarti kau anak pertam
..Rasanya seperti keajaiban, Noa dan Dave yang tadinya seperti musuh bebuyutan, kini berubah menjadi akrab dan bahkan saling bercanda.Laura tercekat, mata indahnya berkedip-kedip tidak percaya, ini seperti sihir.Ah, mungkin Laura saja yang berlebihan, namun dia sungguh tidak menyangka Noa dan Dave akan menjadi seakrab itu.Lomba memancing dimenangkan oleh Noa, selisih dua gurita saja.Semua gurita dimasak dan dibagikan, yang memasaknya adalah Laura dibantu beberapa pelayan.Merasakan masakan gurita seperti yang dulu Laura buat bersama ayahnya, membuatnya merindukan sosok ayah. Namun, disisi lain dia juga sangat bahagia.“Ternyata kamu pinter masak juga ya Laura, andai aku mengenalmu duluan, pasti kita udah paca – aduuh!”Noa menyingkirkan Dave lalu mendekati Laura dan memeluk pinggang istrinya tersebut. Dave yang diperlakukan seperti itu mencebikkan bibirnya kesal, meski sebenarnya Dave mengatakan itu juga bercanda.Dave adalah anak lelaki yang baik, kedua orangtuanya merupakan seo
..Noa mengumpat pelan, baru kali ini dia merasa sangat ceroboh. Bagaimana bisa dia keceplosan seperti itu? Bagaimana jika nanti Laura memintanya menelfon Vanno untuk bukti?Ah, pikiran Noa sedang kacau sekarang. Dia dan Laura sudah kembali ke villa, Dave juga sudah pergi.Saat itu Laura sedang mandi, jadi Noa hanya menunggu sambil memainkan ponselnya, juga sambil memantau kerja perusahaannya.Selain masalah Laura, Noa juga memiliki masalah lain dengan perusahaan. Perusahaan yang Noa rintis sendiri dari nol sudah semakin berkembang pesat sekarang, terutama setelah Noa mengeluarkan produk mie instan.Awalnya produk itu masih dua varian rasa saja, yaitu mie goreng dan mie ayam bawang. Namun, karena langsung meledak di pasaran, jadilah sekarang produk itu memiliki banyak varian lain.Masalahnya adalah, sedang ada perusahaan besar yang mencoba untuk menjatuhkan produk milik perusahaan Noa.Karena itu, dia harus sering-sering memantau perusahaan. Apalagi, ibu tiri Noa itu suka sekali ikut
..“Laura!!”Baru saja Lara sampai di kelas, Ruby dan Lira telah menyambutnya, keduanya adalah teman yang paling dekat dengan Laura, meski anak-anak yang lain juga baik pada Laura.Prinsip Laura adalah baik pada semua orang, bahkan meskipun orang lain jahat padanya, tapi bukan berarti dia akan mudah dimanfaatkan.Tentu saja Laura tahu mana yang benar-bena baik, dan mana yang tidak.Sejauh ini, Ruby dan Lira memang tulus berteman dengannya.Ada pula teman yang awalnya baik, tapi setelah Laura mengatakan dia bukan berasal dari keluarga berada, dia malah pergi. Memang Laura mengakunya dia berasal dari keluarga biasa saja, dia bisa seklah di sekolah elit itu juga karena bantuan seseorang.Laura tidak berbohong kan? Dia memang bisa sekolah berkat bantuan suaminya, yang kaya raya juga suaminya, bukan Laura sendiri.“Kamu sudah baikan?” tanya Lira, dia ini duduknya ada di belakang Ruby, sedangkan Ruby sendiri duduk di samping Laura. Lira duduk sendirian karena ternyata dia agak dijauhi oleh
..Noa sangat terkejut mendengar ada beberapa siswa melapor jika Selyn dan Laura bertengkar.Wali kelas mereka adalah bu Sela, karena Noa menggantikan bu Sela mengajar bahasa Inggris, jadi sudah sepatutnya dia yang mengurusi kelas itu.Jadinya anak-anak itu melapor pada Noa, atau pak Vanno.Tentu saja Noa sangat khawatir, terutama pada Laura, istri kecilnya.Dengan setengah berlari, dia pun pergi ke tempat kejadian, yaitu taman.Sampai taman sudah ada Dave yang melerai mereka.Baik Selyn maupun Laura sama-sama berantakan. Selyn menangis, sementara Laura diam saja.Noa saat itu tercekat melihat Dave memeluk Laura dari belakang. Dia tidak ingin menjadi kekanakan dan cemburu atau apa, padahal Dave hanya melerai Laura dan Selyn.Selyn sendiri juga dipeluk temannya dari belakang.Namun, bagaimana bisa Noa tidak cemburu?Noa baru sadar dari lamunannya saat Selyn tiba-tiba datang untuk memeluknya.“Pak Vanno! Ini semua