Share

2. Pelayan Baru

Author: LiaBlue
last update Last Updated: 2022-11-25 17:10:56

“Cepat siapkan semuanya. Kenapa kau masih bersantai? Kedua anakku sebentar lagi akan segera ke sini untuk makan!” teriak Siara kepada Lavira.

“Baik, Nyonya,” sahut Lavira patuh. Gadis itu dengan cepat menyiapkan seluruh makanan yang sudah dia masak ke atas meja makan yang luas itu.

“Lelet sekali kerjamu, sepertinya keluarga Amrin tidak mengajarimu dengan keras. Biar aku yang mengajarimu untuk bisa lebih ligat lagi,” papar Siara angkuh. Lavira hanya diam, gadis itu tidak menyahut karena dia memang tidak berani untuk melakukan itu.

“Ma … aku sudah lapar!” Suara teriakan seorang perempuan menggema di setiap sudut mansion mewah itu.

Siara menoleh dan mendengus malas kedatangan seorang gadis muda seumuran dengan Lavira. “Sudah berapa kali Mama katakan, jangan berteriak seperti di hutan, Feria. Kamu bisa tidak mendapatkan suami kalau tetap berperilaku seperti itu. Jadilah perempuan yang elegan,” tegur Siara jengah.

Gadis yang dipanggil Feria itu hanya tertawa kecil sambil menarik kursi dan duduk di atas kursi itu. “Aku sudah sangat lapar, Ma. Jadi aku tidak tahan,” tutur Feria.

“Ada saja alasanmu. Sudahlah, kau … ambilkan putriku makanannya. Dia suka ayam bakar dan sayur wortel,” ujar Siara kepada Lavira.

“Siapa dia, Ma? Aku baru melihatnya sekarang, apa dia pelayan baru?” tanya Feria.

“Dia ini penebus hutang dari keluarga Amrin,” sahut Siara.

Feria terkejut mendengar kalimat Siara. Setelahnya gadis itu menoleh dan menilai wajah dan seluruh penampilan Lavira. ‘Hemm, dia cantik. Tapi penampilannya sangat buruk. Sepertinya dia tidak dirawat dan tertindas di keluarga Amrin. Jelas sih, kalau tidak mana mungkin dia menjadi penebus hutang. Berarti … wajah cantiknya ini adalah wajah alami? Aku iri dan aku tidak suka,’ batin Feria kesal.

“Ini, Nona.” Lavira memberikan sebuah piring berisi nasi dan lauk pauk sesuai dengan perkataan Siara tadi. Feria nampak terkejut saat mendengar Lavira memanggilnya nona.

Merasa bingung, Feria menoleh ke arah Siara seakan bertanya. Siara hanya mengedikkan bahunya acuh seakan tidak peduli. Melihat itu Feria tersenyum licik. “Kau sangat sesuai dengan sepupu monsterku itu. Sama-sama jelek,” hina Feria.

“Feria, jaga bicara kamu. Nanti dia mendengarnya, kita bisa dalam masalah,” tegur Siara waspada.

Feria menatap Siara dengan pandangan malas. “Bagaimana bisa dia mendengar aku kalau dia saja selalu mengurung diri di dalam ruangan tidak jelas itu. Bahkan sampai seumur ini, aku tidak pernah melihat wajahnya. Padahal kita satu atap,” gerutu Feria kesal.

Lavira nampak begitu terkejut mendengar kalimat Feria. ‘Jadi … bahkan mereka saja tidak pernah melihat wajah Tuan Dakasa? Semisterius itu kah dia?’ batin Lavira tidak percaya.

“Sudahlah, tidak usah dipikirkan itu. Yang penting jaga bicaramu, kita tidak tahu jika mungkin saja dia selalu memantau kita. Aku masih waras dengan tidak ingin berurusan dengan makhluk tidak waras seperti dia,” papar Siara.

“Itu, Mama sendiri pun mengatainya,” ujar Feria.

“Ck, sudahlah. Sekarang makan saja makananmu, katanya lapar,” balas Siara malas.

Baru saja Feria ingin menyuap makanannya. Gadis itu menggantung gerakannya saat melihat Lavira masih berdiri di sana dengan kepala tertunduk. “Kenapa kau masih di sini? Kau bisa membuat nafsu makanku menghilang. Enyahlah kau, dasar gembel,” hina Feria begitu kasar.

“Maaf, Nona. Kalau begitu saya permisi,” pamit Lavira kaku.

Melihat kepergian Lavira, Feria menoleh ke arah Siara yang sudah menyuap makanannya. “Bagus juga dia ke sini, Ma. Jadi ada mainan, seru juga,” ucap Feria licik.

“Tentu, jadi kekhawatiranku selama ini tidak akan terjadi. Monster itu malah menikahi perempuan polos yang bodoh. Sangat mudah kita tindas, dengan begitu kita masih bisa menguasai mansion ini,” sahut Siara.

“Tapi kenapa Bang Fero masih belum pulang, Ma?” tanya Feria.

“Mungkin dia lembur, nanti kita hubungi dia. Makan saja,” jawab Siara.

*****

“Kau sudah menyiapkan semuanya?” tanya Avram kepada Rino.

“Sudah, Tuan. Seperti perkiraan Anda, Tuan Fero baru saja salah melakukan transaksi. Tapi saya sudah meminta dia untuk memperbaiki semuanya sebelum dia pulang,” balas Rino.

“Dasar pecundang tidak becus, akan sampai kapan dia menjadi bodoh seperti itu? Keadaan di bawah bagaimana?”

“Nyonya Siara dan Nona Feria memperlakukan istri Anda sebagai pembantu, Tuan,” ucap Rino.

Avram menoleh dan menatap datar Rino. “Aku tidak butuh laporan hal itu, Rino. Apa kau sudah tidak becus sama seperti Fero bodoh itu?” desis Avram nampak tidak suka dengan laporan Rino.

“Maafkan saya, Tuan. Nyonya Siara kembali membeli alat yang tidak penting. Harganya lumayan dan dia menggunakan nama Tuan Fero dari dana perusahaan,” jelas Rino.

“Baiklah, untuk saat ini akan aku biarkan saja dia terus bertindak. Kita lihat sampai mana dia bisa bertindak,” desis Avram.

“Makanan yang Anda pesan sudah mereka siapkan, Tuan. Apa Anda ingin makan malam sekarang?” tanya Rino.

“Nanti saja, aku ingin membersihkan diri dulu,” ujar Avram. Laki-laki itu berdiri dari duduknya dan berjalan menuju ke arah pintu. Namun, baru beberapa langkah, Avram kembali menoleh ke arah Rino.

“Apa dia ada di kamar sekarang?” tanya Avram.

“Iya, Tuan,” sahut Rino.

Avram nampak diam seakan memikirkan sesuatu. Beberapa detik kemudian laki-laki itu kembali melanjutkan langkahnya keluar ruangan. Rino menghela napas pelan saat melihat tubuh Avram sudah benar-benar menghilang di balik pintu.

“Aku hanya berharap hati gelap nan beku itu segera mencair dan tersentuh cahaya. Dia juga berhak bahagia,” gumam Rino.

*****

Lavira berjalan memahami setiap inci ruangan yang mulai sekarang mungkin akan menjadi tempat dirinya membaringkan tubuh. Namun, Lavira tidak yakin dengan hal itu mengingat Avram juga akan berada di ruangan yang sama. “Kamar ini sangat luas, maklum karena kamar utama, ya. Tapi aku malah takut tersesat hanya di dalam kamar ini,” gumam Lavira di sela langkahnya.

Lavira terus berjalan sampai akhirnya langkah gadis itu terhenti di depan pintu kamar mandi. “Ah, aku lupa kalau aku belum mandi,” gumam Lavira lagi.

Gadis itu secara perlahan masuk ke dalam ruangan itu sampai lupa membawa pakaian ganti. Hari sudah cukup larut, tetapi Lavira baru sempat membersihkan diri sebab dia selalu disuruh dan diperintah oleh Siara dan Feria. “Hah, hari ini melelahkan. Sudah jam sebeles malam tapi aku baru akan mandi. Kira-kira dingin tidak, ya?” ucap Lavira.

Cklek …

Avram membuka pintu kamarnya dan berjalan masuk dengan wajah datar itu. Laki-laki berumur dua puluh empat tahun itu diberitakan memiliki wajah menyeramkan atau berwajah buruk rupa. Berita itu muncul karena Avram sedari dulu mengurung diri. Sehingga dia terlihat seakan menyembunyikan wajahnya dari publik.

Jangankan orang lain, Siara, Feria dan Fero yang tinggal satu atap saja tidak pernah melihat wajah Avram. Siara mengaku melihat wajah Avram terakhir kali saat laki-laki itu berumur lima tahun. Sudah begitu lama, sampai mereka tidak bisa membayangkan seperti apa rupa laki-laki yang terkenal dengan julukan psikopat gila itu.

‘Apa itu barang perempuan itu?’ Avram membatin sambil menatap sebuah tas di atas lantai tepat di bawah ranjang king size itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Amzahroni Damanik
bagus juga.
goodnovel comment avatar
Nur Hamidah
bagus kalau buat pembukaan
goodnovel comment avatar
Nur Hamidah
cukup bagus
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri Kecil Penebus Hutang   184. Tamat

    “Makan yang banyak, kamu tadi malam juga tidak makan, ‘kan? Banyak-banyak lauknya, ini, kamu suka ini.” Lavira memberikan sepotong ikan bakar kepada Elina. Elina terkekeh menatap Lavira yang begitu perhatian. “Makasih, Ma. Mama juga makan yang banyak, biar nanti kita sama-sama bulet, hehe.” Lavira ikut tertawa mendengar kalimat menantunya. Dia tak menyangka jika gadis kecil yang bertahun-tahun dia cari, akhirnya sekarang berada di depannya. Meski Elina belum mengingat siapa Alano dan keluarga, setidaknya sekarang Elina sudah menjadi istri Alano. Hal itu membuat Lavira merasa lebih tenang, dia juga tak menuntut Elina untuk mengingat dirinya. Seperti ini saja sudah membuat Lavira merasa senang. Sett ... Elina terkejut ketika tiba-tiba Alano memberikan secentong sayur brokoli di atas nasinya. Elina menoleh dan menatap Alano dengan wajah polos. Alano sendiri nampak santai, terus menyuap makanannya dengan ekspresi datar seperti biasa. Lavira tersenyum menatap itu, dia merasa senang keti

  • Istri Kecil Penebus Hutang   183. Nakal

    “Ini masuknya ke mana?”“Aku juga tidak tahu.”“Makanya lebih tarik, lebarkan sedikit lagi.”“Sudah tidak bisa ini, Mas.”Lavira dan Avram saling tatap tepat di depan pintu kamar Alano. Kamar yang mulai hari itu akan dihuni pula oleh Elina. Setelah tadi sepasang pengantin baru itu meminta izin untuk ke kamar lebih dulu. Lavira ingin menyusul dan mengantarkan makanan untuk Elina, sebab setahunya Elina belum makan malam.Namun, siapa sangka niat mereka malah mendapatkan perkata-perkataan demikian. Lavira tersenyum, dia berfikir hal yang diinginkannya. Kegiatan malam pertama para pengantin baru pada umumnya. Avram pun menatap senyum sang istri, dia terkekeh kecil.“Mereka akan kasih kita cucu ‘kan, Pa?” tanya Lavira cukup terdengarn polos.Avram kembali terkekeh geli. “Biarkan saja mereka, ayo kita kembali ke bawah. Kamu juga harus segera tidur, ini sudah larut.”“Iya, tapi ... Elin belum makan, Pa.”“Nanti kalau mereka sudah selesai, mungkin akan terasa lapar. Alan bisa bantu Elin ambil

  • Istri Kecil Penebus Hutang   182. Panggilan

    Sepasang insan sekarang sedang duduk di tepian ranjang sambil saling lirik. Mereka adalah sepasang pengantin baru yang baru saja sah setelah acara ijab qabul beberapa jam lalu. Alano dan Elina, mereka duduk dengan sudut mata sama-sama melirik satu sama lain.Alano pun menghela napas pelan. Dia nampaknya cukup bingung harus melakukan apa setelah ini. Lavira dan Avram tadi sempat menggoda dirinya. Alano si kaku, dia tak pernah memiliki kekasih. Dia tak tahu cara berhubungan dengan perempuan, tetapi dia adalah pria normal dan tak sepolos Avram dulu. Alano sudah dewasa, sehingga dia tahu kegiatan apa biasa dilakukan sepasang pengantin baru.Hanya saja, masalahnya sekarang adalah mereka pribadi. Alano dan Elina terbilang menikah tanpa ada kata cinta. Mereka hanya saling merasa nyaman satu sama lain untuk saat ini. Elina pun tertarik kepada Alano karena ketampanan pria itu, dan tentunya merasa nyaman. Elina sejujurnya tak paham dengan perasaannya sendiri, setiap kali melihat dan berdekatan

  • Istri Kecil Penebus Hutang   181. Ijab Qabul

    Elina menatap ke samping, di mana kedua orang tuanya berada. Dia tak menyangka jika dirinya benar-benar akan segera menikah dengan Alano. Kemarin-kemarin dia masih berpikir jika Alano hanya bercanda. Sampai akhirnya satu minggu kemudian kedua orang tua Elina datang ke Indonesia dan mengatakan jika mereka senang tahu Elina akan menikah dengan Alano.Elina meminta pernikahan ini tak usah ada pesta sebelum dirinya wisuda. Sebab dia tak ingin diserbu oleh para fans Alano selama di kampus. Hal itu akhirnya dituruti oleh Alano. Akhirnya mereka hanya akan mengadakan ijab qabul saja dulu, sebelum nanti mengadakan pesta mewah setelah Elina benar-benar wisuda.“Kami keluar dulu, Sayang. Nanti akan Mama jemput kalau sudah selesai.”“Iya, Ma,” sahut Elina sambil menarik napas.Cklek ...“Astaga, sahabatkuu ini. Kau menikungkuu!”Elina terkejut ketika tiba-tiba Mei masuk ke dalam ruangan tempatnya menunggu, Mei berteriak. Hari ijab qabul yang begitu tiba-tiba. Tak hanya mengejutkan Elina, tentu sa

  • Istri Kecil Penebus Hutang   180. Baru Kenal

    Elina menatap Lavira yang terlihat begitu antusias memperlihatkan berbagai macam bentuk mode gedung pernikahan. Perempuan itu masih tak paham dengan keadaan tiba-tiba ini. Baru tadi Alano mengatakan dia akan mengurus pernikaha, pria itu sudah memberitahu Lavira dan Avram. Sekarang Lavira nampak sangat semangat memperlihatkan berbagai macam dekorasi gedung pernikahan.“Kamu suka yang ini? Ini cantik juga, astaga, jadi bingung,” celoteh Lavira.“M-maaf, Tante. Ini beneran bakalan nikah?”Lavira menoleh dan menatap Elina yang nampak sangat bingung. Perempuan itu terkekeh, dia melirik Alano di samping Avram. Dua pria itu juga berada di sana, mereka duduk tak jauh dari tempat Lavira serta Elina berada. Kini mereka berempat sedang berada di sofa ruangan keluarga mansion Dakasa, setelah tadi Elina sudah sempat diajak makan malam oleh Alano.“Kamu tidak bilang lebih jelas sama, Elin, No? Dia kebingungan loh, ini,” ucap Lavira kepada Alano.“Udah, Ma. Dia mau.”“Masa iya, terus kenapa dia nany

  • Istri Kecil Penebus Hutang   179. PHP?

    “Kata orang-orang, dia itu psikopat. Jadi dia suka bunuh orang, aku ngeri kalau nanti menikah dengannya ... pas aku lagi tidur, malah dicekik dan mati.”Alano menatap Elina yang melanjutkan kalimatnya. Dia berdeham sambil tertawa kecil mendengar kalimat takut Elina. “Kalau memang begitu, seharusnya kau sedari tadi sudah aku cekik dan mati,” cetus Alano santai.Kalimat Alano itu membuat Elina terdiam. Perempuan itu kembali menggeliat pelan, sampai kelopak matanya bergerak pelan pula. Kening Elina berkerut ketika dia berniat membuka mata. Dengan mata sedikit memicing, akhirnya kini dua bola mata itu terbuka. Elina menatap sekitar sambil menggeliat, sampai pergerakannya terhenti ketika melihat paha seseorang tepat di samping tubuhnya.Mengikuti paha tersebut, Elina mendongak sampai akhirnya kedua bola matanya menangkap wajah tampan seseorang. Saat dua pasang bola mata itu beradu pandang, tepat ketika itu pula Elina melotot. Dia melotot karena terkejut melihat wajah tampan Alano di saat d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status