“Apa kamu yakin? Kamu tidak salah lihat?” tanya Siara memastikan.“Astaga, Ma. Mana mungkin aku salah lihat, mereka benar-benar bermesraan di balkon kamar utama. Ah, mana tau sekarang mereka masih di sana. Ayo kita cek, dari kamar Mama juga terlihat ‘kan? Ayo cepat!” Feria bersuara sambil menarik tangan Siara ke arah balkon.Setelah merasa sangat panas sendiri melihat kemesraan Avram dan Lavira. Ternyata Feria malah berlari cepat ke kamar Siara. Perempuan itu juga menceritakan dan memberitahu semua hal yang dia lihat kepada sang ibu. Sekarang Feria menarik tangan Siara ke arah balkon, ingin memberikan bukti jika apa yang dia katakan benar adanya.Srek ...Dengan cepat Feria menyibak gorden tinggi dinding kaca penghubung kamar dan balkon. Detik berikutnya dia mengintip ke atas, fokus kepada balkon kamar utama. Masih ada Avram dan Lavira di sana, sungguh aksi hangat sepasang suami istri berlangsung lama.“Itu itu, astaga, ternyata mereka masih ada di sana!” pekik Feria di balik dinding
“Bagus, dia akhirnya sekolah hari ini,” bisik Siara senang.“Iya, Ma. Aku jadi semakin tidak sabar,” balas Feria.Fero menatap ibu dan adiknya dengan wajah tak berminat. Detik berikutnya dia mengikuti arah pandang sepasang ibu dan anak tersebut. Saat ini mereka sedang berada di balik tembok, seperti biasa kegiatan pagi mereka. Menunggu Avram dan Lavira sarapan pagi, setelahnya baru mereka bisa menggunakan meja makan.Sekarang ini Lavira memang sudah menggunakan seragam sekolah. Setelah beberapa hari lalu dia izin sekolah dengan alasan aneh. Sekarang akhirnya perempuan itu kembali bisa ke sekolah. Meski sebenarnya Avram sendiri antara tak ingin dan tak rela lama-lama berpisah dari Lavira.Apa Avram sudah bisa digolongkan kepada pria bucin? Mungkin bisa, sebab saat ini pria itu terlihat benar-benar ingin selalu lengket dengan sang istri. Bahkan Lavira tak ditemukan di dalam kamar saja, Avram sampai heboh sendiri. Balasan dari selama ini pria itu berkurung dengan keseharian kertas dan ma
Keadaan sekolahan kali ini terbilang cukup sunyi karena masih jam pelajaran. Para murid dan guru masih sibuk dengan pelajaran di dalam kelas. Sehingga keadaan di luar kelas rata-rata tak ada, kecuali untuk kelas yang sedang ada jam olahraga.Joana sekarang sedang melangkah sambil bergerak menatap sekitar. Dia memperhatikan halaman belakan sekolah yang kini juga lebih sepi dari halaman utama. Perempuan itu tersenyum manis ketika merasakan jika rencananya bisa dilansungkan sekarang.“Bagaimana, aman?” tanya Marni dari seberang telepon.“Aman, Ma. Bisa kita mulai sekarang,” balas Joana senang.“Baguslah, sekarang siapa yang harus memanggil Lavira ke sana?”“Aku saja, aku akan memanggilnya dengan minta izin kepada guru kelas. Sekarang dia masih dalam jam pelajaran,” jawab Joana sembari melangkah ke arah kelas Lavira.“Baik, orang suruhan Mama juga sudah siap di tempatnya. Mereka tinggal bergerak ketika melihat perempuan gembel itu.”“Baik, aku tutup dulu, Ma. Aku sudah hampir sampai,” uja
“Jadi bagaimana? Apa mereka berhasil?” tanya Feria tak sabar menunggu berita dari ibunya.“Tentu saja berhasil, mereka sekarang sudah bergerak ke arah gedung tua di tengah hutan. Setelah ini kita akan aman dan tak akan ada lagi yang membuat kesal. Mansion ini sedari awal milik kita, jadi hanya kita yang boleh berkuasa di sini,” balas Siara angkuh.“Tentu saja, aku sekarang tinggal menunggu berita kematian dia. Kenapa juga mereka harus menyiksa dulu? Harusnya langsung dibunuh saja, buang-buang waktu,” cetus Feria malas.“Kalau Mama yang berada di posisi mereka, pasti juga akan melakukan hal yang sama. Menyiksa musuh terlebih dahulu, itu rasanya lebih seru,” pungkas Siara licik.“Tapi aku kesal saja kalau belum mendengar berita kematian dia. Seharusnya sekarang dia langsung mati saja,” tutur Feria. ‘Dengan begitu, aku bisa semakin cepat memiliki Avram,’ sambungnya di dalam hati.“Sudahlah, sekarang kamu kenapa sudah pulang padahal baru jam segini?” tanya Siara menatap sang putri.“Karen
“Ini sudah lebih dua jam, kenapa dia masih belum memberikan kabar? Kabar terakhir sudah lewat dua jam tiga puluh menit. Apa dia sesibuk itu? Tapi ini seharusnya sudah jam istirahat .... Hubungi orang yang memantau, Lavira. Sedang apa dia sekarang, sehingga tak bisa mengirim kabar kepadaku,” celoteh Avram sekarang sudah meraih benda pipih tersebut.“Baik, Tuan. Akan saya hubungi mere ....”Tring ... tring ... tring ...Kalimat Rino terputus saat ponsel genggam pria itu lebih dulu berdering. Keningnya sedikit berkerut ketika melihat nama ketua dari pengawal yang memantau Lavira. Rino melirik Avram yang juga sedang menatapnya dengan wajah menunggu, terlihat tak sabar.“Hem,” deham Rino menerima telepon tersebut.“Gawat, Tuan. Nyonya Dakasa hilang.”Mata Rino melotot mendengar laporan tersebut. Melihat ekspresi Rino, Avram semakin merasa penasaran. Dia menatap temannya itu dengan wajah menunggu tak sabar.“Jangan main-main kau,” desis Rino dingin.“Maafkan kami, Tuan. Tadi Nyonya melarang
Siara dan Feria terkejut ketika melihat Avram keluar dari dalam lift. Pria itu bergerak cepat dengan wajah dinginnya. Sepasang ibu dan anak itu secara otomatis berdiri dan menatap Avram dengan wajah ngeri. Mereka tak berani bersuara, apalagi Feria yang kini antara ngeri dan kagum melihat wajah tampan pria itu.‘Astaga, kalau dari dekat seperti ini memang sangat tampan. Meski mengerikan, tetap saja dia tampan. Jika aku benar-benar menikah dengannya dan kami memiliki anak ... tidak bisa dibayangkan nanti anakku akan seperti apa. Aku cantik dan bapaknya tampan, ya ampuun,’ jerit Feria di dalam hati.‘Ingin ke mana dia? Jangan bilang kalau dia sudah tahu tentang penculikan itu? Apa dia sekarang ingin turun tangan sendiri?’ batin Siara malah merasa waswas saat ini.“Masih belum ada laporan baru tentang istriku?” tanya Avram di sela langkahnya dan suara itu terdengar oleh Siara serta Feria.“Belum, Tuan. Sepertinya mereka masih proses mencari,” jawab Rino terus melangkah.“Jika sampai terja
Sekumpulan mobil mewah masuk ke halaman salah satu sekolahan elit tersebut. Semua murid dan guru yang berada tak jauh dari sana secara otomatis menoleh ke arah sekumpulan mobil mewah itu. Kehebohan para pengawal Dakasa mencari Lavira di sekitaran sekolah membuat kepala sekolah menghentikan aksi belajar mengajar.Tentu saja, karena kepala sekolah dan para guru tak ingin menjadi amukan Avram, sang penguasa Dakasa. Bahkan mereka pun ikut mencari dan membantu para pengawal Dakasa mencari keberadaan Lavira. Bahkan mereka mengecek CCTV, tetapi tak menghasilkan apa-apa, sebab Marni sudah lebih dulu menyuruh orang untuk meng-hack CCTV tersebut.Brak ...Mereka semua terkejut ketika tiba-tiba seorang laki-laki keluar dan menutup pintu tak santai. Semua orang yang ada di sana ternganga, terutama para kaum hawa. Mereka semua terpana dengan wajah Avram yang baru saja keluar dari dalam mobil. Wajah tampan yang kini menjadi pusat perhatian semua orang, tanpa terkecuali.“Astaga, siapa pria itu? Di
Lavira menangis dalam diam kali ini. Air matanya terus mengalir, tetapi tak ada suara seperti tadi. Hatinya sakit, perih dan sesak ketika mendengar kenyataan cara kepergian sang ibunda. Ibu yang tak pernah dilihatnya secara langsung, hanya melalui foto. Ibu yang selama ini dia kita meninggal kerena melahirkannya, nyatanya karena dibunuh secara sengaja.Bak ada angin kegelapan, seketika hati bersih Lavira hampir dipenuhi oleh kabut dendam. Perempuan itu menangis dalam diam, menahan semua rasa sakit yang ada di tubuhnya. Siksaan itu masih berlanjut, Marni dan Joana benar-benar ingin membunuh Lavira dengan siksaan yang tiada henti.‘Mama ... aku ingin bertemu. Mungkin kita benar-benar akan segera bertemu, ya? Aku sakit hati, Ma. Aku sangat sakit hati, ternyata mereka sudah sangat keterlaluan. Dia yang membunuh Mama, sekarang dia juga ingin membunuhku. Apa salah kita, Ma? Andai aku masih diberi kesempatan untuk hidup, mungkin dendam ini akan awet ada di dalam hati, sehingga aku mengingink